NovelToon NovelToon
Perempuan Di Balik Topeng Kemewahan

Perempuan Di Balik Topeng Kemewahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Cerai / Percintaan Konglomerat / CEO Amnesia / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Idayati Taba atahiu

Perempuan di Balik Topeng
menceritakan kisah Amara, seorang gadis desa sederhana yang jatuh cinta pada Radit, seorang pria kaya raya yang sudah memiliki dua istri. Radit, yang dikenal dengan sifatnya yang tegas dan dominan, terpesona oleh kecantikan dan kelembutan Amara. Namun, hubungan mereka menghadapi banyak rintangan, terutama dari Dewi dan Yuni, istri-istri Radit yang merasa terancam.

Dewi dan Yuni berusaha menghalangi hubungan Radit dan Amara dengan berbagai cara. Mereka mengancam Amara, menyebarkan fitnah, dan bahkan mencoba untuk memisahkan mereka dengan berbagai cara licik. Amara, yang polos dan lugu, tidak menyadari kelicikan Dewi dan Yuni, tetapi Radit, meskipun jatuh cinta pada Amara, terjebak dalam situasi sulit.ujian

Radit harus memilih antara kekayaan dan kekuasaannya, atau menuruti hatinya yang telah jatuh cinta pada Amara. Kisah ini menjelajahi tema cinta, kekuasaan,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idayati Taba atahiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

Mentari senja menembus jendela kamar mewah Dewi. Ia duduk di depan cermin besar, menata rambutnya dengan cermat. Senyum licik menghiasi bibirnya ketika Yuni masuk ke kamar, tatapannya menyiratkan kecemasan.

"Dewi, sudah siap rencananya?" tanya Yuni, suaranya bergetar sedikit.

"Tentu saja, Yuni. Aku sudah punya rencana yang sempurna untuk menyingkirkan Amara," jawab Dewi, nada suaranya menyeramkan. "Aku akan menghasut Amara untuk bertemu dengan seseorang yang akan kupromosikan untuk klub kita."

"Siapa orang itu, Dewi?" tanya Yuni penasaran.

"Namanya Dimas," jawab Dewi dengan senyum sinis. "Ia adalah seorang promotor klub yang memiliki banyak kenalan. Aku akan mengarahkan Dimas untuk berperilaku mesra dengan Amara. Nanti aku akan memfoto mereka dan menunjukkannya pada Radit."

Yuni menangguk mengerti, matanya berbinar sedikit menyenangkan. "Rencana yang cerdas, Dewi. Aku harap ini berhasil."

"Tentu saja akan berhasil," ujar Dewi percaya diri. "Radit akan muak dengan Amara dan akan meninggalkannya."

"Oh, iya Dewi, Dimas sudah ada di Jakarta," tambah Yuni dengan nada bersemangat. "Aku sudah menghubungi dia selama kamu sibuk dengan Radit."

Dewi tersenyum puas. "Bagus. Sekarang segera berikan kertas ini pada Amara. Katakan padanya bahwa ia harus bertemu dengan Dimas di Kupu-kupu Klub malam ini. Katakan juga bahwa aku akan menunggunya di rumah."

Yuni menerima kertas itu dengan senyum licik. Ia berjalan keluar dari kamar Dewi, siap menjalankan perintahnya.

*******

Amara sedang bersiap-siap untuk menjenguk ayahnya. Yuni masuk ke kamar Amara, wajahnya menunjukkan ketenangan palsu.

"Amara, aku punya kabar baik. Dewi ingin membantumu untuk mengembangkan bisnis kita ," ujar Yuni dengan nada lembut. "Ia ingin kau bertemu dengan seorang promotor klub yang memiliki banyak kenalan, namanya Dimas."

"Di mana aku harus menemunya, Yuni?" tanya Amara sedikit khawatir.

Yuni menyodorkan selembar kertas pada Amara. "Dewi sudah menyertakan alamat dan waktunya. Ia akan menunggumu di rumah."

Amara menangguk mengerti. Ia percaya pada Dewi dan Yuni. Amara berhenti dari niatnya menjenguk ayahnya dan berjalan keluar dari rumah, menuju Kupu-kupu Klub.

******

Udara sore mulai menyeruak dingin. Amara berjalan keluar dari rumah Radit, langkahnya terburu-buru. Ia berhenti di pinggir jalan, menyapa taksi yang berhenti di depannya.

"Ke Kupu-kupu Klub, Pak," ujar Amara, menyodorkan alamat yang Yuni berikan padanya.

Sopir taksi menangguk dan menyalakan mesin mobil. Amara menatap kota yang mulai dihiasi lampu-lampu senja dari jendela taksi. Hatinya berdebar-debar, ia merasa sedikit takut dengan pertemuan yang akan terjadi.

Saat itu, ponsel Amara berdering. Ia melihat nama "Dewi" tertera pada layar. Amara menjawab panggilan itu dengan suara yang bergetar.

"Amara, maaf, ada perubahan rencana," ujar Dewi dengan nada yang santai. "Jangan ke klub malam ini, temui Dimas di Cafe Tiara. Aku akan mengirimkan alamatnya dan nomor telepon Dimas padamu."

Amara merasa bingung dengan perubahan rencana itu. Ia menanyakan alasannya pada Dewi, namun Dewi hanya menjawab dengan santai, "Ada sedikit masalah di klub. Lebih baik kau menemui Dimas di cafe saja."

Dewi mengirimkan alamat cafe dan nomor telepon Dimas melalui pesan teks. Amara membaca pesan itu dengan hati-hati.

"Pak, mohon diantar ke Cafe Tiara, ya," ujar Amara pada sopir taksi.

Amara memberikan alamat cafe yang Dewi kirimkan. Sopir taksi menangguk dan mengubah arah mobil.

Amara menatap kota yang semakin meriah di tengah hujan rintik-rintik. Ia merasa sedikit takut, namun ia tetap berusaha untuk tetap tenang. Ia hanya berharap pertemuan ini akan berjalan lancar dan menguntungkan bisnis Radit.

Tetapi dalam hatinya, Amara merasakan sesuatu yang tak beres. Ia mendengar kicauan burung hantu di tengah hujan. Kicauan yang menyiratkan ketidakberuntungan.

******

Mobil taksi berhenti di depan Cafe Tiara. Amara menatap bangunan berlantai dua itu dengan rasa penasaran. Lampu-lampu cafe menyinari jalan dengan nuansa romantis. Hujan rintik-rintik menyeruak dingin, membasahi kota dengan suasana sepi.

Amara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debar jantungnya. Ia melihat ke ponselnya, memastikan lagi nomor Dimas. Dengan hati-hati, ia menghubungi Dimas.

"Halo, Dimas? Saya Amara," sapa Amara dengan suara yang sedikit bergetar.

"Amara? Aku sudah menunggumu," jawab Dimas dengan suara yang menyenangkan. "Aku di meja dekat jendela."

Amara mencari meja dekat jendela. Ia melihat seorang pria bertopi merah dan baju putih yang bertengger di salah satu meja. Gaya berpakaiannya ala-ala anak rapper, dengan kalung besar yang menghiasi dadanya. Amara merasa sedikit takut, namun ia tetap berjalan mendekati pria itu.

"Dimas? Saya Amara," ulang Amara, suaranya mencoba tetap tenang.

Dimas langsung tersenyum ketika Amara mendekati meja. "Amara? Senang bertemu denganmu. Aku sudah menunggu."

Ia bangkit dari kursinya, menawarkan Amara kursi di hadapannya. Amara terkejut ketika Dimas mengucapkan namanya dengan sangat pede, seolah-olah ia sudah mengenalnya lama.

"Kau sudah mengenal aku?" tanya Amara, mencoba menyembunyikan rasa kebingungannya.

Dimas tertawa kecil. "Tentu saja. Dewi sudah mengirimkan fotomu padaku."

Amara menatap Dimas dengan heran. "Oh, begitu..."

"Senang bisa bertemu denganmu, Amara," sambung Dimas dengan suara yang menawan. "Aku Dimas, seorang promotor klub yang akan membantumu untuk mempromosikan klub suamimu."

"Oh, iya, benar. Aku Amara, istri Radit," jawab Amara dengan senyuman yang sedikit kaku.

"Radit? Wow, kebetulan sekali. Aku adalah seorang penggemar klub suamimu, 'Golden Night'. Tempat itu sangat keren!"

"Terima kasih," jawab Amara, merasa sedikit lega dengan kehangatan Dimas. "Aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik."

Mereka berbincang banyak hal tentang promosi klub milik Radit. Amara menceritakan tentang konsep klubnya, sedangkan Dimas berbagi ide-ide kreatifnya. Amara merasa terkesan dengan semangat Dimas dalam mempromosikan klub.

"Aku yakin kita bisa berkolaborasi dengan baik," ujar Amara dengan suara yang lebih rileks.

Dimas tersenyum manis, "Aku juga yakin. Kita akan membuat 'Golden Night' menjadi klub terpopuler di kota ini."

Amara mengangguk, tersenyum balas pada Dimas. Ia merasa optimis dengan kemitraan baru ini.

Di sisi lain, Dewi mengintai dari kejauhan, mengamati pertemuan Amara dan Dimas dari balik jendela cafe. Ia memakai masker dan topi koboy yang menutupi wajahnya, sehingga Amara sulit mengenalinya. Dewi diam-diam mengambil ponselnya dan memfoto Amara yang sedang berbincang dengan Dimas.

"Pertemuan yang menarik," gumam Dewi, senyum sinis menyeruak di bibirnya. "Segera Radit akan tahu segalanya."

Dewi menyimpan ponselnya dan berjalan menjauh dari cafe. Ia ingin menunggu saat yang tepat untuk menunjukkan foto itu pada Radit. Ia yakin foto itu akan menimbulkan kecurigaan dan kecemburuan Radit pada Amara.

Amara dan Dimas pun berpamitan setelah berbincang lama. Amara berterima kasih pada Dimas atas waktunya.

"Terima kasih atas ide-idenya, Dimas. Aku sangat menghargai kesediaanmu membantu," ujar Amara dengan suara yang hangat.

Dimas menangguk, "Sama-sama, Amara. Aku sangat senang bisa membantu. Kita akan terus berkoordinasi."

Amara berjalan keluar dari cafe, menuju taksi yang menunggunya. Ia merasa lega karena pertemuan dengan Dimas berjalan lancar. Ia tak menyadari bahwa ia telah menjadi korban permainan licik Dewi.

Amara menatap kota yang mulai dihiasi lampu-lampu malam. Hujan rintik-rintik masih menyeruak dingin, membasahi jalan dengan suasana sepi. Amara berharap kemitraan baru ini akan membantu Radit dan menuntun ia menuju kebahagiaan. Tetapi ia tak tahu bahwa kebahagiaan itu tersembunyi di balik topeng kelicikan dan kebohongan.

1
nao chan
Semangat terus ya, ditunggu kelanjutan ceritanya!"
Idayati Taba atahiu: amin..trimkasih kak
total 1 replies
Alexander_666
Alur cerita ini mengejutkan dan memikat hatiku.
Idayati Taba atahiu: terimaksih kak...lanjutkan membaca yaa
total 1 replies
Jock◯△□
Intrik yang kuat!
Idayati Taba atahiu: trimkasih kak...lanjutkan membacanya yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!