Dalam kehidupan yang dipenuhi dengan tantangan dan pertempuran, cinta sering kali menjadi cahaya yang memandu. Zayyy, seorang pemuda yang karismatik dan tak kenal takut, telah berjuang melawan musuh dan tantangan, tidak hanya untuk melindungi artefak berharga, tetapi juga untuk menjaga cintanya dengan Angelina. Namun, di tengah semua itu, ada suatu kebenaran yang tak terhindarkan: hidup adalah perjalanan yang penuh dengan keputusan sulit, pengorbanan, dan kehilangan.
Saat bayangan gelap mulai mendekat, Zayyy harus menghadapi tidak hanya musuh yang mengancam, tetapi juga perasaannya sendiri. Pertarungan untuk cinta dan harapan akan membawa Zayyy pada jalan yang penuh dengan kenangan indah dan kesedihan yang mendalam. Di sinilah kisahnya dimulai, di mana setiap detik berharga dan setiap pertempuran adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar—sebuah perjalanan menuju pengertian sejati tentang cinta dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohamad Zaka Arya Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Menyusuri Jalan Raya ke Taman Pandan Wilis
Matahari bersinar cerah di atas Nganjuk saat Zayyy dan Angelina memutuskan untuk melanjutkan petualangan mereka. Kali ini, tujuan mereka adalah Taman Pandan Wilis, tempat yang terkenal dengan pemandangan yang menyejukkan dan suasana yang damai.
Sebelum berangkat, mereka memutuskan untuk berhenti sejenak di tempat jualan Mie Djoetek untuk mengisi perut. Aroma mi yang harum menggoda selera mereka, dan tak butuh waktu lama untuk membuat keputusan.
“Zayyy, aku mau Mie Djoetek yang pedas!” Angelina berkata dengan semangat, matanya berbinar penuh antusiasme.
“Pedas? Apakah kamu yakin?” Zayyy mengerutkan dahi, sedikit khawatir. “Kamu tahu kan, pedasnya bisa bikin kamu menangis?”
Angelina tertawa. “Justru itu yang aku suka! Pedas itu menantang. Selain itu, kita butuh energi untuk petualangan kita nanti.”
Zayyy mengangguk, terpengaruh oleh semangat Angelina. “Baiklah, kalau begitu. Kita pesan dua porsi Mie Djoetek, satu pedas dan satu biasa. Oke?”
Mereka memesan mi dan duduk di kursi kayu yang disediakan di luar warung, menunggu pesanan mereka tiba. Sambil menunggu, mereka berbincang tentang rencana mereka untuk hari itu.
“Setelah makan, kita langsung ke Taman Pandan Wilis, ya?” Zayyy memastikan.
“Ya! Aku sangat ingin melihat pemandangannya. Dan mungkin kita bisa berfoto di sana?” Angelina menjawab dengan semangat.
Tak lama setelah itu, pesanan mereka tiba. Dua piring Mie Djoetek disajikan dengan tampilan menggugah selera, dengan irisan daging, sayuran, dan sambal merah yang menggoda. Angelina tidak sabar untuk mencicipinya.
“Selamat makan!” seru Zayyy sambil mengangkat sendoknya.
Mereka mulai menyantap mi dengan lahap. Angelina tidak bisa menahan diri untuk mencoba Mie Djoetek pedasnya. Begitu suapan pertama masuk ke mulutnya, ia langsung merasakan sensasi pedas yang membakar.
“Gila! Pedas banget!” Angelina berteriak, tetapi senyumnya tetap lebar. “Tapi enak!”
Zayyy tertawa melihat reaksi Angelina. “Kamu memang gila! Tapi aku senang kamu menikmati makanan ini.”
Mereka melanjutkan makan sambil bercanda, menertawakan satu sama lain saat Zayyy mencoba untuk tidak mengeluarkan air mata ketika mencoba Mie Djoetek yang pedas. Akhirnya, mereka selesai makan dan membayar. Dengan perut yang kenyang, mereka siap untuk melanjutkan perjalanan.
Mobil Zayyy melaju di jalan raya yang mengarah ke Taman Pandan Wilis. Jalanan tampak ramai dengan kendaraan lain, tetapi pemandangan di sekitar membuat perjalanan mereka terasa menyenangkan. Pepohonan yang rimbun, ladang hijau, dan rumah-rumah penduduk menciptakan suasana yang asri.
“Zayyy, lihat! Ada pasar tradisional di sebelah!” Angelina menunjuk ke arah pasar yang ramai. “Kita bisa mampir sebentar?”
“Baiklah, kita mampir sejenak. Aku penasaran dengan apa yang dijual di sana,” jawab Zayyy, lalu mengalihkan arah mobil ke parkiran pasar.
Mereka turun dari mobil dan berjalan menyusuri lorong-lorong pasar. Berbagai barang dijajakan, mulai dari sayuran segar, buah-buahan, hingga kerajinan tangan. Angelina tak henti-hentinya berkomentar tentang barang-barang yang menarik perhatiannya.
“Zayyy, lihat ini! Kerajinan dari bambu! Bagus sekali!” Angelina menunjuk pada kerajinan tangan yang indah.
“Bisa jadi oleh-oleh,” jawab Zayyy, kemudian mereka berdua menghampiri pedagang kerajinan tersebut. Mereka bernegosiasi dan akhirnya membeli beberapa barang yang mereka sukai.
Setelah berkeliling di pasar, mereka kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju Taman Pandan Wilis. Tak lama kemudian, mereka tiba di lokasi tujuan.
Suasana di taman sangat menyenangkan. Pepohonan rindang dan bunga-bunga berwarna-warni menghiasi setiap sudut.
“Ayo, kita cari tempat yang bagus untuk berfoto!” Angelina bersemangat, mengajak Zayyy untuk menjelajahi taman.
Mereka berjalan menyusuri jalur setapak, menikmati udara segar dan aroma bunga yang harum. Angelina terlihat bahagia, berlari-lari kecil sambil mengamati setiap sudut taman. “Lihat! Ada jembatan kecil di sana!” katanya sambil menunjuk ke arah jembatan kayu yang indah.
Mereka berlari ke jembatan dan berdiri di tengahnya. “Ini tempat yang sempurna untuk foto!” Zayyy berkata, mengeluarkan ponselnya.
Angelina berpose dengan latar belakang taman yang indah. Zayyy mengambil beberapa foto, memastikan untuk mendapatkan sudut terbaik. “Senyum, Angel! Ini akan jadi kenangan yang luar biasa.”
Setelah puas berfoto di jembatan, mereka menjelajahi lebih jauh ke dalam taman. Beberapa pengunjung lainnya juga terlihat menikmati keindahan taman. Ada yang piknik, ada pula yang bermain frisbee. Suasana penuh keceriaan dan tawa.
“Zayyy, aku ingin duduk di rumput sebentar,” Angelina berkata, menunjuk area terbuka yang dikelilingi bunga.
Mereka mencari tempat yang nyaman dan duduk di rumput. Zayyy mengeluarkan bekal yang mereka bawa, berupa snack dan minuman. “Ini untuk melengkapi perjalanan kita,” katanya sambil menyerahkan makanan kepada Angelina.
Angelina mengambil snack dan menggigitnya. “Hmm, enak! Seharusnya kita sering melakukan ini. Menghabiskan waktu bersama di luar ruangan.”
Zayyy mengangguk setuju. “Aku setuju. Terkadang, kita butuh waktu untuk bersantai dan menikmati hidup. Terlalu banyak tekanan dari sekolah dan kegiatan lainnya.”
Mereka berbincang-bincang, saling berbagi cerita tentang harapan dan impian. Angelina menceritakan keinginannya untuk meraih beasiswa di perguruan tinggi. Zayyy, di sisi lain, membagikan cita-citanya untuk menjadi seorang pengusaha sukses.
“Zayyy, apa yang akan kamu lakukan jika kamu berhasil membuka restoran?” tanya Angelina.
“Aku ingin membuat suasana yang nyaman bagi semua orang. Mungkin mengadakan acara musik live di restoran, agar orang-orang bisa menikmati makanan sambil mendengarkan musik,” jawab Zayyy dengan bersemangat.
“Wah, itu ide yang luar biasa! Aku ingin sekali datang ke restoranmu nanti,” Angelina tersenyum lebar.
Setelah beristirahat, mereka melanjutkan menjelajahi taman. Mereka menemukan area dengan permainan anak-anak, di mana anak-anak berlarian dan tertawa. Zayyy dan Angelina ikut terhibur melihat keceriaan mereka.
“Lihat anak-anak itu! Mereka sangat bahagia,” kata Angelina, menatap anak-anak yang bermain.
“Ya, itu mengingatkanku pada masa kecil kita. Dulu kita juga seperti mereka,” Zayyy menjawab dengan senyuman nostalgia.
Mereka akhirnya menemukan tempat di pinggir danau kecil yang dikelilingi pepohonan. Di sana, mereka dapat melihat ikan-ikan yang berenang dan bebek-bebek yang bermain di permukaan air. “Ini tempat yang sempurna untuk berfoto!” Angelina seru, lalu mereka mulai berpose lagi.
Setelah berfoto-foto, mereka duduk bersantai di tepi danau. Suasana tenang dan damai membuat mereka merasa nyaman. Zayyy mengambil napas dalam-dalam. “Hari ini sangat menyenangkan, Angel. Aku merasa sangat beruntung bisa menghabiskan waktu bersamamu.”
Angelina menatap Zayyy, merasa hangat di hati. “Aku juga merasakannya, Zayyy. Setiap momen bersamamu adalah kenangan yang berharga.”
Mereka terdiam sejenak, menikmati keindahan alam di sekitar mereka. Udara segar, suara alam, dan kebersamaan mereka membuat semua masalah terasa jauh.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk kembali ke mobil dan pulang. Di perjalanan pulang, Zayyy mengemudikan mobil sambil mendengarkan musik yang mengalun lembut dari radio. Suasana penuh kehangatan, dan keduanya terdiam, merenungkan hari yang luar biasa ini.
Saat melewati perempatan terminal lama, mereka melihat lampu merah yang berkedip. “Zayyy, kita bisa mampir ke Taman Pintar setelah ini?” Angelina bertanya.
“Baiklah! Aku rasa itu ide yang bagus. Kita bisa melihat-lihat dan belajar sesuatu yang baru,” jawab Zayyy, merasa senang dengan ide tersebut.
Setibanya di Taman Pintar, mereka berdua langsung disambut dengan suasana yang ceria. Anak-anak dan orang dewasa tampak antusias mengeksplorasi berbagai fasilitas yang tersedia. Mereka melihat berbagai permainan edukatif dan pameran yang menarik.
Angelina tampak sangat senang ketika mereka berkeliling, mempelajari hal-hal baru. “Zayyy, lihat! Ada wahana sains di sana! Kita harus mencoba!”
Zayyy mengangguk. “Ayo, kita coba semua wahana! Hari ini adalah hari petualangan kita!”
Mereka melanjutkan hari yang penuh kesenangan, menjelajahi Taman Pintar dan menciptakan lebih banyak kenangan bersama. Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Zayyy dan Angelina menyadari betapa pentingnya momen-momen sederhana seperti ini dalam hidup mereka.
“Semoga kita bisa melakukan ini lagi, Zayyy,” Angelina berujar sambil tersenyum.
“Aku pasti akan mengatur lebih banyak petualangan seperti ini. Bersama kamu, semuanya terasa lebih berarti,” jawab Zayyy, mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Angelina.
Dan di tengah keceriaan mereka, harapan akan masa depan dan petualangan yang lebih banyak lagi bersinar terang, mengantarkan mereka menuju hari-hari yang penuh cinta dan kebahagiaan.