Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33 - Acara Pernikahan
Denis menatap Mila dengan serius dalam beberapa detik. Lalu perlahan dia mengulas senyuman dan mengangguk satu kali.
"Syukurlah kalau kau mengerti." Abas senang sekali melihat tanggapan Denis. Dia langsung memeluk anak itu.
Sementara Mila tampak mematung di tempat dengan raut wajah bingung. Dia tidak terlihat senang atau pun sedih. Namun saat Abas menatapnya, Mila langsung mengukir senyuman.
"Ayo kita tunggu mobil pesananmu di depan. Nanti terlambat," ajak Abas. Dia menggenggam tangan Mila sambil menggendong Denis.
Abas melirik Mila. Dia heran melihat perempuan itu biasa saja dengan pengakuannya tadi terhadap Denis. Mila bahkan tidak berkomentar sedikit pun.
'Apa ada yang salah? Nanti deh aku bicarakan sama dia. Sekalian kasih cincin lamaran,' batin Abas. Tak lama menunggu, mobil pesanan Mila akhirnya datang.
Abas, Mila, dan Denis langsung beranjak pergi. Mereka tiba di gedung acara pernikahan Tari dan Ferry dilaksanakan hanya sekitar beberapa menit.
Abas menarik nafasnya dalam-dalam, lalu dikeluarkan dari mulut. Ia melakukan itu berulang kali.
"Sudah, nggak apa-apa, Bas. Ada aku dan Denis yang menemanimu," tutur Mila.
"Iya, Yah. Biarkan saja mama memulai kehidupan barunya. Kalau dia udah bikin sakit hati Ayah, nanti pasti dapat karmanya kok. Kata bu guru hukum karma itu nyata," ucap Denis.
Sungguh, bagi Abas ucapan Denis lebih menenangkan dibandingkan Mila. Seketika senyuman terkembang di wajah Abas.
"Kau benar juga, Den. Makasih udah selalu bikin Ayah bahagia ya," balas Abas seraya mengusap puncak kepala Denis.
Selanjutnya, Abas, Mila, dan Denis segera melangkah masuk ke gedung. Di depan pintu terlihat ada kedua orang tua Ferry beserta Tari.
Abas berusaha rileks dan fokus menghadapi Irwan saja di sana. Terlihat Irwan bersama istrinya yang dikenal dengan nama Arni.
Melihat kedatangan Abas, Tania dan Roni saling tersenyum miring. Seperti biasa, mantan mertua Abas itu selalu meremehkan mantan menantu mereka.
"Pasti datang karena pengen makanan gratis doang. Yakin deh, kalau..." ucapan Tania terhenti saat melihat Abas melingus melewatinya dan memilih menghampiri Irwan dan Arni.
Tania sampai dibuat melongo. Apalagi Abas dan Irwan terlihat akrab sekali. Selain itu, atensi mereka juga tak lepas dari Mila yang tampak memegangi tangan Denis.
Karena penasaran, Roni dan Tania bergegas menghampiri posisi Irwan dan Arni.
"Kau mengenal pria ini?" cetus Roni sembari menunjuk ke arah Abas.
"Iya. Dia sudah ku anggap seperti anak sendiri. Anggaplah anak didikku," jawab Irwan santai. Dia lalu merangkul Abas dengan akrab. "Dia sekarang sukses dengan usahanya sendiri," tambahnya.
Roni dan Tania saling bertukar pandang. Mereka memilih bungkam karena tidak tahu harus berkata apa lagi.
"Kenapa? Apa kalian juga mengenal Abas?" tukas Irwan.
"Enggak! Kami heran saja karena kau terlihat akrab sekali dengannya dibanding yang lain," sahut Roni dengan senyuman canggung.
"Kalau begitu kenalkan namanya Abas, dan ini Mila yang awalnya rekan kerja jadi pacarnya. Terus ini Denis anaknya Abas," ujar Irwan. Sepertinya Abas sespesial itu di mata Irwan. Ia sampai memperkenalkan Abas segitunya.
"I-iya. Kenalkan kami besannya Pak Irwan," ungkap Roni sambil mengukir senyuman paksa. Begitu pun Tania. Keduanya sejak tadi merasa terheran-heran. Apalagi saat Irwan mengajak Abas berkenalan dengan keluarganya yang lain, bahkan kedua kakak kandung Ferry.
"Ini kebetulan yang sial," geram Tania sambil menatap Abas sinis dari kejauhan.
"Sudahlah, yang penting Abas nggak bilang kalau kita mantan mertuanya," bisik Roni.
kan mungkin aja entar hartanya dikasih anak Alina. secara itu kan cucu tuan Irwan... punya hak atas warisan kakeknya.
ingat entar tambah parah Lo bas....,