NovelToon NovelToon
PACAR TARUHAN

PACAR TARUHAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Office Romance / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:3.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

🏆 Juara 3 YAAW 2024 Periode 2🏆

"Permisi Mas, kalau lagi nggak sibuk, mau jadi pacarku?"

———

Daliya Chandana sudah lama memendam rasa pada sahabatnya, Kevin, selama sepuluh tahun. Sayangnya, Kevin tak menyadari itu dan malah berpacaran dengan Silvi, teman semasa kuliah yang juga musuh bebuyutan Daliya. Silvi yang tidak menyukai kedekatan Daliya dengan Kevin mengajaknya taruhan. Jika Daliya bisa membawa pacarnya saat reuni, ia akan mencium kaki Daliya. Sementara kalau tidak bisa, Daliya harus jadian dengan Rio, mantan pacar Silvi yang masih mengejarnya sampai sekarang. Daliya yang merasa harga dirinya tertantang akhirnya setuju, dan secara random meminta seorang laki-laki tampan menjadi pacarnya. Tak disangka, lelaki yang ia pilih ternyata seorang Direktur baru di perusahaan tempatnya bekerja, Narendra Admaja. Bagaimana kelanjutan kisah mereka?Akankah Daliya berhasil memenangkan taruhan dengan Silvi? Atau malah terjebak dalam cinta segitiga yang lebih rumit?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Merepotkan

"Loh, mau kemana mbak?" sapa seorang OB yang melihat Daliya keluar dari lift di lantai satu. "Bukannya Pak Direktur ada di atas?"

"Iya, mau beli minum, Man," jawab Daliya pada Parman, nama OB itu.

"Kenapa nggak nyuruh saya yang beliin aja, mbak?" tanya Parman lagi. Memang, biasanya urusan beli minum atau hal-hal remeh lainnya selalu dilimpahkan kepada para OB.

"Nggak usah Man, biar sekalian bisa mendinginkan otak," jawab Daliya sambil melangkah menuju kafe yang ada di sana.

Sesampainya di kafe, Daliya langsung memesan minuman untuk Joanna. Ia hanya menebak-nebak saja apa yang kira-kira disukai wanita itu dilihat dari karakteristiknya. Tak lupa ia memesan minum untuk dirinya sendiri karena berada beberapa menit di samping Joanna membuatnya dehidrasi. Belum lagi saat dirinya teringat betapa mesranya Joanna dengan Ren.

Huh! Daliya mengepalkan tangannya ke atas meja. Jadi selama ini ucapan Ren yang bilang tertarik padanya itu hanya main-main saja? Bukankah dua hari yang lalu mereka sudah hampir berciuman, apa bagi Ren itu semua tidak ada artinya?

"Padahal sejak kemarin aku selalu kepikiran tentang dia, bisa-bisanya dia malah membawa wanita lain di depanku?" Daliya menggerutu sambil mengusap sudut-sudut matanya yang mulai berair. Ingin menangis, tapi malu kalau terlihat orang.

Lima menit kemudian, minuman pesanan Daliya selesai. Dengan langkah berat, gadis itu kembali menuju lift untuk pergi ke lantai atas. Kalau boleh memilih, sekarang ia lebih baik ditugaskan di luar saja seharian ketimbang harus bertemu wanita menyebalkan seperti Joanna.

"Permisi Nona," Daliya sudah kembali mengaktifkan mode senyum karirnya. "Ini minumannya Non," ujarnya sambil menaruh minuman itu ke atas meja.

Dih, kenapa kesannya aku seperti pembantunya? Batin Daliya kesal.

Masih dengan kaki berada di atas meja dan kedua tangan bermain ponsel, Joanna melirik minuman yang dibawa Daliya. Seketika itu juga matanya melotot, sampai-sampai Daliya takut bola matanya akan keluar.

"Apa-apaan ini? Siapa yang suruh you beli minuman manis buat I? I tuh lagi diet! You mau menggagalkan rencana diet I?"

Hah? Daliya terheran-heran. "Maaf Nona, tapi bukannya tadi Nona bilang terserah? Jadi saya belikan yang sekiranya Nona suka,"

"Bodo amat! Ganti!"

"Kalau begitu, Nona mau dibelikan apa?" Daliya mencoba membuat nada bicaranya terdengar tenang. Padahal sebenarnya di dalam hati dirinya ingin sekali menyiramkan minuman itu ke wajah Joanna.

"Ya you mikir, lah! Masa gitu aja nggak tahu!"

Jadi sekarang aku harus jadi cenayang, nih? Daiya mulai menggelengkan kepalanya pusing. Tapi ia masih mencoba untuk berlapang dada.

"Baik Nona, kalau begitu saya akan menggantinya dengan yang baru," Daliya mengambil kembali minuman dari atas meja dan membawanya keluar. Sambil misuh-misuh di dalam hati tentunya.

"Loh? Kok keluar lagi mbak? Kenapa?" Parman yang sedang mengepel lantai di sekitar lift terheran-heran.

"Aku juga bingung kenapa Man," Daliya mendessah kesal. Ia kemudian mengulurkan minuman itu kepada Parman. "Minum nih,"

"Wih, mimpi apa saya semalam dapat minuman mahal gratis, mbak?" Tatapan Parman tampak berbinar-binar. "Ini serius buat saya, mbak?"

"Iya, minum aja," angguk Daliya. Ia kembali berjalan menuju kafe.

"Saya pesan minuman untuk diet mbak," Daliya memesan pada seorang barista.

"Kopi atau teh?" tanya barista itu.

"Terserah lah, pokoknya yang nggak manis," tukas Daliya asal. Barista itu mengangguk dan mulai meracik minuman pesanan Daliya.

Tak menunggu waktu lama, minuman itu sudah dibawa Daliya menuju lantai atas. Lagi-lagi Daliya bertemu dengan Parman yang kali ini sedang asyik meminum Frappuccino yang ia berikan tadi.

"Enak, Man?" goda Daliya karena pemuda itu saking fokusnya sampai tak menyadari kedatangan Daliya.

"Hehehe, enak mbak, makasih banyak!" Parman menjawab sambil memamerkan deretan giginya yang putih. Daliya tertawa sambil mengibaskan tangan tanda 'sama-sama'.

"Permisi, Non," Daliya langsung membuka pintu ruangan Direktur. "Ini minuman pesanan Nona Joanna,"

Lagi-lagi, Joanna hanya melirik minuman yang disuguhkan Daliya.

"Siapa bilang I suka kopi?"

"Nona juga nggak bilang kalau nggak suka kopi," jawab Daliya mulai terpancing emosi.

"You berani jawab I?" Joanna merengut sambil menunjuk wajah Daliya. "You tuh cuma asisten di sini, jadi jangan belagu!"

"Maaf Nona, tapi di sini Nona hanyalah tamu. Anda bukanlah bos saya, jadi mohon jangan seenaknya menyuruh saya. Kalau Nona memang ingin minum sesuatu, tolong bicara dengan jelas, karena saya juga masih banyak pekerjaan," Daliya menjelaskan dengan tenang, tapi Joanna langsung berdiri sambil berkacak pinggang.

"You nggak tahu I siapa?" wajah Joanna sudah berubah menyeramkan, seolah-olah gadis itu siap menyantap Daliya hidup-hidup.

"Tentu saja saya tahu. Pak Ren sudah memberitahu saya tadi. Nona adalah putri dari Pak Ibrahim, pemilik perusahaan MIB Shop,"

"Terus You masih berani menentang I? You nggak takut I pecat?"

"Maaf Nona, urusan pecat memecat adalah urusan perusahaan kami. Perusahaan ayah Nona jelas tidak bisa ikut campur. Jika Pak Ren tidak berniat memecat saya, maka yang lain juga tidak bisa,"

"You!"

"Lagipula saya tidak berniat menentang Nona sama sekali. Saya kan hanya bertanya, sebenarnya Nona mau minum apa? Supaya saya tidak perlu bolak-balik dari lantai bawah ke sini dan membeli minuman yang salah," Daliya masih dengan pendiriannya.

"You nyebelin banget, sih!" wajah Joanna memerah saking kesalnya. "I bakalan laporin kelakuan You ke Ren! Biar you dipecat!" Joanna lantas beranjak keluar dari ruangan. Daliya buru-buru menyusul dengan panik.

"Anda mau kemana?"

"Mau nyusul Ren!"

"Pak Ren sedang ada meeting!"

"Bodo amat! Emang I peduli? I harus omongin kelakuan You ke dia! Biar You dikasih pelajaran!"

"Tunggu! Anda tidak bisa—"

Sudah terlambat. Joanna sudah bergegas menuju ruang meeting yang berada tak jauh dari sana. Bahkan tanpa mengetuk terlebih dulu, ia langsung membuka pintu kaca itu.

"REN!" panggilnya dengan nada manja, setelah itu ia langsung berlari ke arah Ren.

"Joanna? Kamu ngapain di sini? Bukannya aku sudah bilang tunggu saja di ruangan ku?" Ren bertanya dengan nada kesal. Ia paling tidak suka jika ada orang yang mengganggunya saat bekerja. Daliya yang sudah ikut masuk ke ruangan itu segera menundukkan kepala meminta maaf.

"Maafkan saya Pak!"

"Ren! I nggak mau lagi sama perempuan itu! Dia nyebelin banget! Masa perempuan itu bilang I merepotkan dan jangan mengganggu! Padahal kan you yang suruh dia jagain I!"

"Tidak Pak, saya—" Daliya mencoba menjelaskan, tapi Joanna langsung menyahut.

"Perempuan itu bahkan mau nampar I, Ren!"

What? Daliya mendelik. "Maaf Nona, kapan saya—"

"Ren! I takut! Dia perempuan jahat!" Joanna mulai berakting, pura-pura menangis sambil memeluk Ren.

Astaga! Daliya geregetan. Tahu begitu aku tampar beneran tadi!

"Sudahlah," Ren memijit keningnya yang terasa berdenyut. "Daliya, kamu keluar,"

"Tapi Pak, saya kan tidak—"

"Daliya, tolong keluar," ucapan Ren yang terdengar tegas membuat Daliya mau tidak mau menutup mulut. Hatinya mencelos ketika melihat tatapan tajam pria itu terarah kepadanya. Sambil menahan tangis, Daliya menundukkan kepala dalam-dalam.

"Maaf Pak, kalau begitu saya permisi," pamitnya sambil berjalan keluar ruangan dengan langkah gontai.

1
retiijmg retiijmg
Terima kasih kak uda bikin cerita yang bagus
🙏🫶🫶🫶
Komang Tri Arianta
Luar biasa
retiijmg retiijmg
hahahahahaha.
retiijmg retiijmg
aq pendukung ren sama daliya 😁
retiijmg retiijmg
baper tingkat dewa tiap ada ren ngomong
retiijmg retiijmg
bnr2 dibuat baper 😄
retiijmg retiijmg
jadi baper baca pertemuan ren dan daliya
xopitt 89_
Luar biasa
Sonya Bererenwarin
Renn..... Bucin akutt😂😂😂
Sonya Bererenwarin
Luar biasa
Ahmad Nashrullah
delia jadi cewek jg gampangan makanya,,,,,,,berharga dikit aja napa,,,,,,biar lelaki menghargaimu,,,,,,,biar dirimu s berharga itu tahu g
pipi gemoy
👍🏼👏🏼🙏🏼☕
Imas deemashayoe Deemashayoe
Luar biasa
Trisna
Tante Dessy sengaja deh... buat suasana panas.
punya dendam kah sama Ren
pipi gemoy
😂😂😂😂😂😂😂😂👻
pipi gemoy
hahahahaha bener itu amalan ya Bu ibu rempong 😂😂😂😂😂👻
pipi gemoy
vote Thor ✌🏼
pipi gemoy
😂👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👍🏼
Dali ya 🌹
pipi gemoy
😂😂😂😂😂😂😂😂😂👻
kocak🌹
pipi gemoy
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!