Niat hati memberikan kejutan kepada sang kembaran atas kepulangannya ke Jakarta, Aqilla justru dibuat sangat terkejut dengan fakta menghilangnya sang kembaran.
“Jalang kecentilan ini masih hidup? Memangnya kamu punya berapa nyawa?” ucap seorang perempuan muda yang dipanggil Liara, dan tak segan meludahi wajah cantik Aqilla yang ia cengkeram rahangnya. Ucapan yang sukses membuat perempuan sebaya bersamanya, tertawa.
Selanjutnya, yang terjadi ialah perudungan. Aqilla yang dikira sebagai Asyilla kembarannya, diperlakukan layaknya binatang oleh mereka. Namun karena fakta tersebut pula, Aqilla akan membalaskan dendam kembarannya!
Akan tetapi, apa jadinya jika di waktu yang sama, kekasih Chilla justru jauh lebih mencintai Aqilla padahal alasan kedatangan Aqilla, murni untuk membalaskan dendam kembarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Salah Cari Lawan
“Sekarang katakan kepadaku. Kenapa semua murid, ... kenapa semua orang harus tunduk kepadamu?!”
“Yakin kamu lebih baik dari orang lain?”
“Atau sebenarnya kamu sadar, kamu tak lebih baik dari sampah yang masih bisa didaur ulang!”
“Hanya karena orang tuamu, kamu anggap kaya dan berkuasa?”
“Memangnya kamu tidak mengenal keluargaku?”
“Lantas, bagaimana jika yang kamu hadapi justru mereka yang sekadar makan apalagi sekolah saja, harus memeras keringat dan mengharapkan belas kasihan?”
“Semudah itu kamu mempermainkan kehidupan bahkan nyawa orang lain?!”
Aqilla meledak-ledak kepada Liara yang masih tengkurap tak berdaya di hadapannya. Kepala Liara yang ada persis di depan kaki Aqilla, terlihat sulit untuk sekadar bergerak.
Penghakiman yang Aqilla lakukan disaksikan oleh banyak orang, termasuk Vanya dan Kesya.
“Sekarang apa? Mau kamu apa? Masalahmu denganmu apa?”
“Di hadapan semuanya, ayo jelaskan!”
“Apa yang membuatmu merasa harus selalu dihormati? Apa yang membuatmu merasa orang lain tidak boleh lebih dari kamu? Kamu NPD?”
“Ayo jelaskan! Apa perlu, kita undang orang tua kita?”
“Karena Stevan?”
“Kamu menyukainya, tapi Stevan tidak?”
“Hingga kamu melakukan segala cara untuk melenyapkan aku, agar kamu bisa mendapatkan Stevan?”
“Karena hanya dengan menyingkirkan aku dari kehidupan Stevan, kamu merasa tidak ada lagi saingan?”
“B–baajingan kamu, Chilla!” geram Liara dengan suara gemetaran.
Kedua tangan Liara berangsur mengepal. Stevan berpikir, Liara akan melakukan balasan. Itu kenapa, ia segera menghentikannya. Stevan menggandeng sebelah tangan Aqilla dan masih ia anggap sebagai sang kekasih.
“Sekali lagi kamu bikin gara-gara, aku pastikan kamu dikeluarkan dari sekolah ini!” tegas Stevan sembari menatap malas Liara. Di hadapannya, kepala Liara berangsur menengadah dan kedua maya itu menatapnya penuh kekesalan.
“Pergi! Aku tidak mau lagi melihatmu! Aku tidak sudi melihat manusia pembully sepertimu!” tegas Stevan.
Karena Liara tetap bertahan di hadapannya, Steven yang menepis tatapan Liara. Sengaja menyuruh Vanya maupun Keysa untuk membawa Liara pergi dari sana.
“Jangan lupa yah, Liara. Kelakuanmu akan menghancurkan kamu. Karier orang tua kamu juga bisa hanya tinggal nama, andai kelakuanmu ini tersebar! Semuanya sungguh hanya tinggal menunggu waktu!” tegas Aqilla.
“Dan buat siapa pun, ingat. Kalian enggak perlu takut kepada orang seperti Liara. Jika ria macam-macam ke kalian, cukup rekam dan viralkan!” lanjut Aqilla yang kemudian menyinggung unggahan Rumi. “Unggahan kamu menghilang tanpa jejak, bahkan akun kamu sampai mendadak raib, yah, Rum?”
“Enggak usah khawatir, Rum. Nanti aku bantu ramaikan. Aku pastikan, hari ini juga, unggahan kamu kembali kelihatan di media sosial!”
“Biar lebih rame. Bapak sama anak, sama-sama berprestasi. Bapaknya berbakat meniduri wanita muda. Sementara kamu, ... kamu berbakat menjadi pecundang! Musuh dalam selimut, sebutan itu sangat cocok buat kamu!” Aqilla menatap Rumi yang hanya sesekali meliriknya. Sebab Rumi yang sudah gemetaran parah, terus menunduk ketakutan.
“Unggahan Rumi dan sampai hilang, selain Rumi yang sampai tutup aku*n? Yang mana sih?” pikir Stevan.
Baru Stevan sadari, dirinya telah melewatkan banyak hal, dan fatalnya sepertinya sangat penting untuk sang kekasih.
“Prok ... prok ... prok!”
Awalnya hanya satu siswi yang tepuk tangan dan itu untuk apa yang Aqilla lakukan kepada Liara. Namun lama-lama, semua teman kelas Asyilla kecuali Rumi, kompak memberi Aqilla tepuk tangan.
“Jika Aqilla begitu berani melantangkan perlawanan, sepertinya dia memang sengaja balas dendam. Dan sepertinya, dia sudah menyiapkan semuanya secara matang!” pikir Liara maupun Rumi, nyaris di waktu sama.
Liara terusir dari sana. Vanya dan Keysa jadi kerepotan karena harus membawa Liara. Keduanya memapah Liara yang sekadar menggerakkan tubuh saja, amat sangat kesakitan.
Ketika jam istirahat tiba, grup sekolah diramaikan oleh kiriman misterius dari nomor asing. Nomor asing tersebut mengunggah foto tangkap layar dari grup pembenci Chilla. Di grup yang menjadikan foto wajah Chilla terkapar di lantai penuh luka tersebut berisi Liara, Rumi, Sasy, Vanya, dan juga Keysa. Obrolan kelimanya juga disebar, hingga semua yang selama ini dirahasiakan, jadi perbincangan hangat di semua kalangan. Sebab selain disebar di forum sekolah, unggahan tersebut juga diunggah di media sosial.
Sederet akun gosip tak ketinggalan untuk meramaikan. Hingga berita skandal pan Pendi dan Sasy yang masih panas-panasnya, makin digodok oleh netizen.
Tak sampai di situ. Karena disebarnya video saat Chilla dirundung dan diperlakukan layaknya binatang di gudang sekolah, juga turut disebar.
“Kalian salah cari lawan. Kebiasaan kalian menganggap remeh orang lain lah, yang menghancurkan kalian sendiri!” batin Aqilla menatap puas setiap apa yang meramaikan jagad internet.
Bodohnya Liara dan anggota genk-nya. Semua kejahatan yang mereka lakukan diabadikan menjadi foto bahkan video. Masing-masing dari anggota memiliki serpihan video dan beberapa di antaranya diunggah di grup untuk dijadikan nostalgia sekaligus kemenangan.
“Bukankah grup ini sudah aku hapus? Kok masih bisa diakses? Apa jangan-jangan, ada yang goblok nyebarin? Siapa? Rumi ... Sasy, atau ...?” pikir Liara.
Di tempat duduknya dan memang masih di dalam kelas, Liara menyaksikan kehancurannya. Statusnya sebagai anak petugas pajak, juga turut diungkit. Iya, orang tuanya langsung diseret sekaligus dikaitkan dengan ulahnya dan dikata netizen ‘biadab’.
Selain orang tua, keluarga, dan juga pekerjaan mereka, sekolah Chilla bernaung juga dipertanyakan kualitasnya. Apalagi, satpam di sana sampai membantu.
Kini, Liara dan anggotanya yang tersisa, sudah langsung diawasi oleh setiap mata di sekolah. Pihak sekolah juga langsung memanggil mereka.
“Rumi, ... amankan mentalmu! Jangan sampai kamu akting pura-pura gi*la hanya untuk menghindari hukuman yang sudah sepantasnya kamu dapatkan! Karena meski usia kamu masih kurang, hukuman resmi untukmu akan tetap menunggu kamu!” tegas Aqilla kepada Rumi yang juga dipanggil oleh pihak sekolah.
Rumi yang duduk di tempat duduk depan Aqilla, terdiam bingung memandangi Aqilla. “Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah memaafkanmu. Sampai kapan pun, kamu tetap akan menjadi orang paling jahat dalam hidupku. Karena gara-gara kamu, aku selalu dimarahi papaku!”
“Apakah karena bagi papa kamu, aku lebih baik dari kamu?” sergah Aqilla serius tapi santai sambil bersedekap. Selain itu, ia juga berdiri dari tempat duduknya, meski ia tak turut dipanggil oleh guru yang sedang mengajar.
Walau sebelumnya sempat berucap sangat lantang penuh dendam. Balasan Aqilla barusan, membuat Rumi bungkam. Sungguh, Rumi tak membalas dan memang tidak bisa.
“Salahku apa, jika aku lebih baik dari kamu? Tanyakan itu juga kepada papamu. Karena sampai detik ini, bahkan sampai kapan pun, aku tidak pernah meminta papamu untuk membanding-bandingkan kita!”
Apakah maharaja akan mencintai Aqilla secara ugal ugalan seperti mama elra kepada papa syukur 😍
Penasaran.......
amin🤲