Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakral
Andin di jemput oleh seorang wanita yang berpenampilan cantik namun sayangnya terlihat tidak bersahabat. Ekspresi dingin yang di tebarkan oleh sang wanita menyebabkan orang yang melihatnya takut dan tidak berani menatap matanya. Sebut saja dia Elsa. Seorang ahli beladiri yang di tugaskan oleh sang kakek untuk mendampingi Andin.
Andin di bawa dari kontrakannya menuju rumah utama di mana sang kakek. Andin sempat terkejut melihat kediaman sang kakek. Kediaman kakek yang di luar dari ekspetasinya selama ini. Andin begitu terkejut dengan kemegahan dari kediaman sang kakek. Di tambah riasan untuk pernikahan yang di ramcang oleh sang kakek telah sukses membuat Andin merasa bagaikan seorang putri, meski pernikahan ini terjadi dalam lingkungan keluarga namun pernikahan ini terlihat begitu megah dengan dekor yang begitu cantik.
Andin kini telah di arahan menuju kamar pengantin untuk segera di rias. Sebelum proses rias di lakukan, Elsa mempersilahkan Andin untuk mandi dan belulur. Setelah mandi Andin di pakaikan gaun yang begitu berat namun sangat cantik. Rambut di tata sedemikian anggunnya dengan polesan kosmetik yang tidak begitu tebal namun masih menonjolkan kecantikan.
Andin keluar dari kamar di sambut sang kakek yang telah rapi menggunakan setelan jas berwarna hitam.
Akad nikah pun terjadi, Andin dan Rian kini menanda tangani beberapa berkas yang akan mengikat mereka secara negara sebagai suami istri setelah ucapan ikrar suci yang di sebutkan Rian untuk menerima Andin sebagai istrinya.
Acara berjalan dengan santai setelah acara sakral itu selesai. Rian masih menggunakan setelan jasnya tampak sedang berbincang-bincang dengan berapa tamu undangan. Rian beberapa kali mencuri pandang melirik kearah Andin yang sibuk melamun. Andin duduk sendirian meski banyak orang di sekitarnya.
"Permisi, aku temani istriku dulu ya" izin Rian kepada lawan bicaranya.
Setelah mendapat persetujuan dari beberapa lawan bicaranya, Rian menghampiri Andin dan duduk di sisi kanan gadis yang bergelar istri.
"Kamu tidak lapar?" tanya Rian basa-basi.
"Sebenarnya lapar, hanya saja baju ini terlalu berat untuk membuatku mencari sesuatu yang bisa aku masukan ke dalam perut," ujar Andin menundukan pandangannya pada gaun yang ia kenakan.
Rian berdiri lalu pergi menuju meja hidangan yang telah khusus di isi dengan berbagai macam makanan.
"Aku ambilkan yang ini... Ini juga.... Aku tidak tahu dia suka yang mana. Tapi mungkin yang ini dia mau..." ujar Rian bermonolog pada dirinya sendiri.
Setelah piring di tangannya penuh dengan makanan Rian memberikannya kepada Andin.
Ada senyuman di wajah Andin melihat piring yang di pegang Rian penuh dengan makanan.
"Terima kasih tuan" ujar Andin, mata mereka saling bertemu ketika Andin mengucapan ucapan terima kasih.
Deg... Deg.... Deg
Jantung Rian berdetak kencang melihat senyuman gadis di hadapannya.
"Ada apa dengan jantungku ini?" batin Rian. Merasa ketidak nyamanan di jantungnya, Rian akhirnya memutuskan pergi meninggalkan Andin sendiri yang di sibukan dengan beberapa makanan enak.
Rumah megah itu seketika sepi karena semua tamu undangan sudah pada pulang. Rian dan kakek sedang berbincang-bincang di balkon lantai dua.
Kakek menjelaskan kepada Rian sebuah fakta kenapa dirinya harus memilih Andin sebagai istrinya. Alasan yang utamanya yaitu dia percaya bahwa Andin bisa menjadi teman hidup Rian. Fakta yang mengejutkan bagi Rian yaitu Andin adalah cucu kandung sang kakek. Rian sempat membantu sang kakek mencari paman dan anaknya namun semua terbengkalai karena Rian sibuk dengan urusan asmaranya. Setelah mendengar semua penjelasan sang kakek, Rian memaklumi semua tindakan sang kakek untuk menjaga cucu sematawayangnya itu.
"Aku janji, meski cinta di antara kami belum tumbuh. Namun aku akan berusaha untuk menanam benih cinta itu" ujar Rian berjanji kepada sang kakek. Meski janji itu terasa berat di hatinya. Pasalnya nama Ara masih tercetak di hatinya.
Kakek hanya bisa menepuk pundak Rian sambil mengeluarkan senyuman yang lebar kepada cucu lelakinya itu.
"Aku yakin itu" ucap kakek singkat.
Kakek pergi meninggalkan Rian sendiri. Di hati Rian masih tersimpan Ara namun dia harus berusaha menghilangkan Ara dalam hatinya karena statusnya sebagai suami dan dia harus menjaga perasaan sang istri.
Rian berjalan ke kamarnya untuk memantau sang istri pasalnya sebelum berjumpa dengan sang kakek, Rian menyempatkan diri untuk mengantar Andin ke kamar mereka.
Rian mengetuk kamar itu karena ia tidak ingin Andin terkejut jika ia masuk tanpa mengetuk. Tak ada suara dari dalam yang menandakan adanya makhluk. Rian membuka pintu tersebut yang teryata tidak di terkunci. Namun di urungkannya karena handphonenya bergetar.
Rian lupa mengaktifkan nada deringnya karena ia takut mengganggu acara sakral yang sedang berlangsung.
Rian membalikan badannya menuju balkon lantai dua. Ia memandang langit di sana sambil melihat 105 kali telepon masuk dari Ara.
Ada chat yang Ara kirim untuknya.
Ri... Kamu serius menikah hari ini
Ri... Angkat teleponku
Ri....
Ri... Kamu jangan begini dong
Ri... Kamu cowok kenapa ngambek begini...
Ri... aku mau ri... aku mau jadi istrimu
Ri angkat telepon ku
Riaaaannnnn
Rian I Love you
Rian
Pandangan Rian nanar melihat isi chat yang telah menumpuk. Rian menghapus semua chat yang di kirim Ara tanpa membukanya kembali. Hanya beberapa saja yang ia baca yang lain sudah terhapus dan ia kembali mengnonaktifkan nomornya.
"Ara... Maaf kamu terlambat" ucapnya lirih. Rian menghapus butiran air matanya yang hampir saja jatuh. Begitu miris kisah cintanya. Di hati Rian masih ragu akan pernikahannya karena dirinya masih sangat mencintai Ara sang kekasih.
Rian mengeluarkan cicin pemberian Ara dari jari manis di sebelah kanan dan melemparnya kearah kebun.
"Jika kamu benar jodhoku pasti sesulit apapun jalan di depan akan kita lalui tapi jika kamu bukan jodhoku maka semuda apapun jalan di depan pasti sulit kita lalui" ujar Rian sebelum meninggalkan balkon kamar.
Rian berjalan ke ruang kerjanya sebelum dirinya masuk kedalam kamar pengantin yaitu kamar pribadinya. Rian mengambil laptop dan mengetik beberapa kata kepada sang managernya untuk melakukan pengunduran diri di dunia intertaiment.
Rian juga memberitahu kepada sahabatnya itu untuk ikut kerja sama di perusahaannya.
Setelah mengurus beberapa pekerjaannya, Rian kembali melangkahkan kakinya menuju kamar nya. Rian kembali mengetuk pintu kamar meski tidak ada sahutan dari dalam kamar.
"Apa dia sudah tidur ya?" batin Rian karena ketukan di awal tidak ada suara dan ketukan berikutnya juga sama. Rian tidak putus asa, dia mencoba kembali mengetuk dan tetap tidak ada sahutan dari dalam.
Rian memegang hendle pintu dan ternyata pintu tersebut tidak terkunci. Rian melangkahkan kakinya masuk kedalam dan bertapa terkejutnya Rian melihat...