Ryo seorang pengusaha yang sukses harus menelan musibah dari tragedi yang menimpanya. Sebuah kecelakaan telah membuatnya menjadi lumpuh sekaligus buta. Istrinya sudah tidak Sudi lagi untuk mengurusnya.
Aura, adik sang istri tak sengaja hadir ditengah mereka. Aura yang memerlukan uang untuk kebutuhan hidupnya kemudian ditawari sang kakak sebuah pekerjaan yang membuat semua kejadian cerita ini berawal.
Pekerjaan apakah yang ditawarkan pada Aura?
dan bagaimana nasib Ryo selanjutnya?
Biar tau kisah selengkapnya, yuk ... di intip kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 - Di Minimarket
Sesampainya mereka di minimarket. Aura yang mendorong kursi roda Ryo dan mulai memilih barang-barang yang diperlukan.
Tak berselang lama, handphone Ryo berdering.
"Tolong antar aku ketempat yang lebih tenang, aku angkat telpon dulu, lalu kau bisa lanjutkan belanjanya" pinta Ryo pada Aura.
"Baik Mas" sesaat Aura memandang sekeliling, kemudian kursi roda Ryo diarahkan ketempat yang lebih sepi agar bisa menjawab telpon.
Ryo berjarak hanya beberapa meter dari Aura. Ia menelpon di dekat dinding dan tumpukan dus, tempat yang memang agak sepi.
Tak berselang lama, telpon genggam masih di jemari Ryo dan masih berada di sebelah kuping pria itu, tiba-tiba retina Ryo membulat melihat sebuah pemandangan yang kurang menyenangkan. Ia seolah tidak menggubris lagi suara di sebrang telpon.
Ia melihat dengan matanya, Aura tengah di goda bahkan hampir dilecehkan oleh beberapa pria yang tadi sempat Ryo lihat ketika memasuki minimarket.
Hampir saja Ryo spontan beranjak dari kursi rodanya. Naluri lelakinya bersengatan di tubuhnya, ingin rasanya menghajar para pria itu. Untung ia cepat sadar bahwa ia masih berpura-pura buta dan lumpuh. Rahangnya mengatup keras, nafasnya seolah tertahan kemarahannya, tapi ia harus tetap tenang.
Seketika itu Ryo mematikan sambungan telpon yang masih samar-samar bersuara, kemudian mengganti nomer lalu ia menghubungi Yunda dengan masih menatap tajam kearah para pria yang mengganggu Aura.
Ryo mengatur nafasnya agar lebih tenang, walaupun Ia geram melihat wanita yang selama ini bersamanya di goda oleh para pria brengsek, namun ia tidak bisa melakukan apa-apa karena ia masih harus merahasiakan keadaannya pada orang lain terutama Aura dan Jesica.
Untungnya beberapa pria penjaga minimarket dan beberapa orang pembeli mencoba menolong Aura dan walaupun dengan sedikit perlawanan, mereka berhasil mengusir para pria berandal itu keluar.
Aura kemudian sedikit berlari kearah Ryo.
"Ada apa? apa yang terjadi? kenapa kau seperti ketakutan?" tanya Ryo berpura-pura.
"Um, tidak apa-apa Mas ..." dengan suara yang agak tersengal, Aura mencoba menutupi sesuatu yang Ryo lihat.
"Kok seperti ada keributan disana tadi?" tanya Ryo lagi seolah tidak melihat kejadian itu.
"I-itu cuma berandalan yang iseng Mas. Ayuk kita pulang, oya, kita ke kasir sebentar ya Mas" dengan sedikit tergesa gesa dan menyisakan rasa takut, Aura mendorong kursi roda Ryo kearah kasir.
Di jalan menuju pulang, Ryo dan Aura memang tidak menggunakan kendaraan, jadi Aura mendorong kursi roda Ryo hingga ke apartemen yang berjarak hanya beberapa kilo meter dari minimarket tadi.
Ryo menelpon Yunda, tanpa Aura tahu siapa yang Ryo telpon, karena Ryo hanya berkata 'Bagaimana? sudah beres, ... bagus'
Aura hanya menganggap telpon itu adalah urusan bisnis atau pekerjaan.
Senyum sinis dibibir Ryo menandakan sesuatu yang lain.
....
Di sebuah gang sepi tergeletak empat pria yang sudah tidak berdaya, terkulai penuh luka, darah dan lebam. Mereka hanya bisa meringis kesakitan di atas aspal.
Di hadapan mereka berdiri gagah tujuh pria berjas hitam berbadan besar tegap yang tengah memegang alat pemukul, besi panjang juga beberapa senjata api.
"Sekali lagi kalian mengganggu wanita di minimarket tadi, kepala kalian yang akan berakhir disini, paham kalian!"
Salah seorang dari pria berjas hitam bersuara berat mengancam para pria berandalan yang tadi menggoda Aura.
Salah seorang lagi pria berjas hitam menodongkan senapan laras panjang kearah kepala pria yang tergeletak, "Jawab! dasar preman bodoh!"
"P-paham tuan" dengan suara parau takut diselingi rintihan kesakitan pria berandal tadi menjawab terpaksa.
Sementara itu di dalam minimarket, beberapa pria penjaga minimarket yang menolong Aura tadi diberi sebuah amplop berisi uang tunai agak banyak oleh salah satu pria berjas hitam, mereka tampak keheranan dan saling melempar pandang. Tanpa menjelaskan apa-apa pria berjas hitam pergi keluar minimarket.
Ryo berharap ia bisa cepat memberitahu keadaan yang sebenarnya dan bisa benar-benar melindungi Aura tanpa bantuan anak buahnya.