Emanuel Abraham Lincoln seorang pria dewasa yang berumur 28 tahun merupakan CEO Dari perusahaan Besar yang bernama E,A Company
Emmanuel Merupakan suami dari seorang wanita cantik yang bernama Rossa, mereka sudah lama menikah dan di karuniai seorang
putra Yang Kini Berusia 2 tahun, putra mereka Di beri nama Kenzie Junior Abraham Lincoln.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehadiran Daffa
"Aku bangga padamu, Luis! Kau itu benar-benar anak yang pintar! Paman Rendra juga pasti sangat bangga padamu!" ujar Emmanuel.
"Han bilang kau memanggilku ke mari untuk memeriksa seseorang. Siapa orang itu, El?" tanya Luis.
"Oh yah. Aku sampai lupa apa tujuanku memanggilmu. Ke marilah!" Emmanuel menarik tangan Luis dan membawanya ke hadapan Silvia yang masih setia terduduk di atas sofa.
"Dia mendapat tamparan dari Rossa membuat pipinya jadi sedikit membengkak dan memerah. Tolong periksalah dia," ujar Emmanuel sembari menunjuk ke arah Silvia Silvia pun hanya bisa terdiam di tempatnya.
Luis yang mendengar itu pun seketika terkejut. "Rossa?"
"Ya. Tadi dia datang ke sini dan mengamuk seperti orang gila," jelas Emmanuel membuat Luis menggeleng-gelengkan kepalanya secara perlahan.
"Wanita liar itu memang tidak pernah berubah!" sungut Luis.
"Lupakan wanita itu. Dia tidak penting. Yang terpenting sekarang kau harus mengobati pipi Silvia," ujar Emmanuel dibalas anggukan kepala oleh Luis. Luis pun segera duduk di samping Silvia dan mulai mengobati luka di pipi Silvia dengan sangat teliti dan hati-hati.
Entah mengapa, di saat Emmanuel melihat itu, Emmanuel merasa sedikit terbakar. Ia merasa cemburu melihat tangan Luis menyentuh pipi Silvia. Namun sebisa mungkin ia menahan rasa cemburunya itu, ia harus mengingat bahwa Luis hanyalah seorang dokter yang sedang mengobati Silvia.
'Tahan, El. Kau harus mengingat kalau Luis hanyalah seorang dokter. Kau tidak boleh marah!' gumam Emmanuel dalam hatinya, berusaha menegarkan dirinya sendiri.
Beberapa menit kemudian.
"Lukanya sudah aku obati, El. Tinggal menunggu beberapa hari saja rasa perih dan sakitnya akan hilang dengan sendirinya," ujar Luis seraya berdiri dari duduknya.
"Bagaimana bekas lukanya?" tanya Emmanuel dengan nada khawatir.
"Kau tenang saja. Luka tamparan itu tidak akan meninggalkan bekas sama sekali," ujar Luis membuat Emmanuel baru bisa bernafas dengan lega.
"Baguslah jika begitu. Untuk bayarannya, aku akan transfer ke rekeningmu," ucap Emmanuel.
"Tidak perlu, El," ujar Luis begitu sungkan.
"Tidak usah sungkan padaku. Kita ini keluarga," ucap Emmanuel tersenyum simpul.
"Terimakasih, El. Kau memang yang terbaik," puji Luis ikut tersenyum.
"Han, antar Leo pulang!" titah Emmanuel pada Han.
"Baik, Tuan!" Han pun segera menuntun Luis untuk pergi dari sana.
"Bagaimana lukamu? Apa masih sakit?" tanya Emmanuel sembari duduk di samping Silvia.
"Rasa sakitnya langsung hilang ketika Dokter itu mengobatiku," jawab Silvia sembari memegangi pipinya yang kini tidak sakit lagi.
"Syukurlah." Emmanuel menghebuskan nafasnya secara panjang.
Di sisi lain.
Han dan Luis terlihat memasuki lift untuk menuju ke lantai utama. "Han ...." seru Luis.
"Iya, Tuan?" sahut Han langsung menoleh.
"Emmanuel sangat bucin ya, Han. Hanya karena bekas tamparan itu dia sampai memanggilku ke mari. Kau lihat kan tadi raut wajahnya seperti apa? Dia terlihat sangat khawatir pada gadis itu. Ini pertama kalinya aku melihat Emmanuel khawatir seperti itu pada seorang wanita," ujar Luis tersenyum penuh arti.
"Saya pun berfikir seperti itu, Tuan. Sepertinya Tuan Emmanuel sedang jatuh cinta pada Nona Silvia," ujar Han ikut sependapat dengan Luis.
"Mungkinkah sebentar lagi Kenzie akan mendapatkan ibu baru, Han?"
"Kita doakan saja, Tuan. Semoga itu beneran terjadi. Kasihan Kenzie. Sejak kecil dia tidak mendapatkan perhatian dari seorang ibu," ujar Han.
"Kau benar, Han."
Tin!
Pintu lift terbuka. Han dan Luis hendak keluar dari lift tersebut tetapi langkah keduanya langsung terhenti ketika mereka melihat seseorang di hadapan mereka.
"Kau?!" pekik Han dan Luis bersamaan.
"Hai, Bro!" sapa Dafa seraya tersenyum licik.