setelah suatu insiden tragis yang menewaskan keluarganya, seorang pemuda bernama arka tiba - tiba di hadiahi sebuah "Sistem" oleh makhluk misterius. sistem ini memberikan arka misi-misi untuk mengeliminasi makhluk supranatural dari berbagai dimensi.
setiap kali ia berhasil menyelesaikan misi, ia mendapatkan poin untuk membeli kemampuan baru atau memperkuat dirinya. Namun, setiap misi beresiko, dan jika ia gagal, ia harus membayar "hukuman", yaitu kehilangan bagian tubuh atau ingatan tertentu. Akankah arka bertahan hidup dan membalas dendam, atau malah terjerat kekuatan sistem yang lebih besar dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian kegelapan : Pengorbanan yang yak terhindarkan
Arka merasakan dunia di sekitarnya terdistorsi dalam kegelapan yang pekat, seperti tenggelam dalam kedalaman yang tak terbatas. Tubuhnya terasa ringan, seolah melayang tanpa kendali, dan udara yang seharusnya mengelilinginya kini berubah menjadi sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Detak jantungnya hampir tak terdengar, tenggelam oleh suara riuh yang berputar-putar di dalam kepalanya.
Namun, suara itu—suara yang sudah terlalu familiar—kembali muncul.
> [Sistem Pembalasan: Proses pengorbanan aktif. Seluruh data akan disinkronisasi. Penyimpanan dan pemulihan sebagian memori berhasil.]
Sebentar, Arka mengira bahwa ia mendengar suara jantungnya berdetak lagi, lebih keras dari sebelumnya. Namun, begitu ia membuka matanya, yang terlihat bukanlah dunia yang biasa ia kenal. Apa yang ia lihat adalah dunia yang terbalik—langit yang berada di bawah, tanah yang melayang di atasnya. Segala sesuatu terasa terbalik, dan perspektifnya seolah terdistorsi oleh sesuatu yang lebih besar daripada dirinya.
Di tengah ketidakpastian ini, sebuah sosok muncul, melayang dengan anggun di hadapannya. Sosok itu mengenakan jubah hitam yang hampir menyatu dengan kegelapan itu sendiri, wajahnya tak terlihat, hanya ada sepasang mata yang bersinar dengan cahaya biru yang tajam, menatap langsung ke dalam jiwanya.
"Selamat datang di sisi lain," suara itu terdengar dalam benaknya, dingin dan jauh, namun juga penuh dengan pemahaman. "Tempat ini bukanlah dunia yang pernah kamu ketahui, Pengembara. Kamu telah mencapai titik di mana semua pilihanmu akan diuji, dan nasibmu dipertaruhkan."
Arka menatap sosok itu, rasa takut bercampur dengan kebingungan. Ia berusaha menggerakkan tubuhnya, namun ia merasa seolah terjebak dalam jaring energi yang tak terlihat. "Apa ini? Apa yang terjadi pada aku? Aku… aku tak bisa bergerak!"
Sosok itu tersenyum, senyum yang tidak terlihat namun bisa terasa melalui kata-katanya. "Kamu sekarang berada di antara dimensi, di tempat yang disebut sebagai 'Sisa Alam'. Di sini, semua yang telah terjadi dan yang akan terjadi saling bertautan, tempat yang membentang di antara kehidupan dan kematian, masa lalu dan masa depan."
Arka berusaha mencerna kata-kata itu, merasakan setiap kata menghantam kepalanya. "Aku… aku tidak peduli tentang tempat ini! Aku harus kembali! Ada seorang pria berjubah, dia…" Suara Arka terhenti saat dia menyadari bahwa ingatannya mulai kabur. Sosok berjubah, energi gelap, serangan, semua itu mulai memudar seperti bayangan yang hilang di dalam kabut.
"Dia adalah bagian dari proses ini," jawab sosok itu dengan suara yang lebih tenang, namun mengandung kekuatan yang tak terbantahkan. "Sebagai penjaga dimensi ini, dia adalah ujian terakhir yang harus kamu hadapi. Tapi untuk sampai ke sana, kamu harus menyeberang lebih dulu. Dan di sini, tidak ada tempat untuk yang lemah."
Tiba-tiba, sebuah kilatan cahaya biru menyilaukan memotong percakapan mereka, dan Arka merasakan tubuhnya terlempar ke depan, menembus kegelapan dan keluar ke sebuah ruang yang lebih terang. Begitu ia mendarat, tubuhnya tersentak. Sebuah dunia baru terbentang di depannya—bukan hanya sekadar dimensi, tetapi juga sebuah medan pertempuran yang megah.
Di sekelilingnya, medan perang yang luas dengan lanskap yang hancur, penuh reruntuhan dan puing-puing, seperti bekas sebuah perang besar yang telah lama berlalu. Di kejauhan, ada sosok-sosok lain—makhluk-makhluk asing dengan wajah yang tak dapat dijelaskan, bergerak dengan tujuan yang jelas dan tekad yang tak terbendung.
"Tugasmu belum selesai, Arka," suara dari sosok berjubah kembali terdengar, kini lebih jelas, lebih mendalam. "Kamu harus bertahan. Setiap makhluk yang kamu hadapi di sini adalah bagian dari ujian yang akan menentukan nasibmu. Mereka akan menguji bukan hanya kekuatan fisikmu, tapi juga keteguhan mentalmu."
Arka berdiri di tengah medan itu, dengan Sistem Pembalasan yang berfungsi sebagai satu-satunya sumber daya yang bisa diandalkan. Insting bertarungnya terasah tajam, namun ia tahu, di sini, setiap langkah yang diambil bisa menjadi langkah terakhir. Setiap musuh yang muncul bukan hanya untuk mengalahkan, tetapi juga untuk menguji seberapa jauh ia siap mengorbankan dirinya.
Tiba-tiba, sebuah suara menggelegar terdengar di sekelilingnya, datang dari salah satu arah. Arka menoleh, dan di sana, dia melihat sebuah sosok raksasa yang melangkah maju, dengan tubuh penuh kulit bersisik yang bercahaya biru. Makhluk itu memegang pedang besar yang menyala dengan api hitam, siap untuk menyerang.
"Dimana kamu akan berlari, Pengembara?" suara makhluk itu menggeram. "Kamu telah dipilih untuk berhadapan dengan kami. Dan kami tidak akan memberi ampun."
Arka merasakan kekuatan yang tiba-tiba mengalir dalam tubuhnya, dari Sistem Pembalasan yang sepertinya berfungsi secara otomatis, memberi tahu dirinya tentang potensi serangan. Namun, rasa takut kembali mengalir di nadinya. Ini bukan hanya ujian fisik, tapi juga pertarungan yang akan menguji seluruh kemampuannya untuk bertahan.
Makhluk itu melangkah maju, pedangnya diangkat tinggi. Dengan langkahnya yang berat, tanah di sekitarnya bergetar, seolah takut menghadapi kekuatan yang akan datang.
Tapi Arka tahu, dia tak punya pilihan selain bertarung. Dengan seluruh energi yang dimilikinya, dia meraih pedangnya—senjata yang ia ambil saat pertama kali berada di dunia ini—dan bersiap menghadapi makhluk itu.
"Jika ini ujian terakhirku, aku akan melewatinya!" teriak Arka, dengan tekad yang kuat.
Makhluk itu mengayunkan pedangnya dengan kekuatan yang mengerikan. Arka hanya memiliki satu kesempatan. Ia harus menyerang titik lemah makhluk itu sebelum serangan berikutnya datang.
Namun, sebelum pedang itu menyentuhnya, sebuah suara lain terdengar, kali ini berbeda.
> [Sistem Pembalasan: Tindakan pengorbanan telah dipilih. Tunggulah konsekuensinya.]
Layar yang ada di depan Arka berkedip, dan seketika tubuhnya dipenuhi rasa panas yang luar biasa. Sebuah pilihan telah diambil untuknya. Kini, tak ada jalan mundur.
Tepat saat pedang raksasa itu hampir mengenai Arka, tubuhnya terbelah oleh cahaya putih yang meluncur cepat dari dalam dirinya. Sebuah pengorbanan besar—keputusan yang akan mengubah segalanya—mulai mempengaruhi dirinya dengan cara yang tak terbayangkan sebelumnya.
Apakah Arka akan berhasil melawan makhluk itu? Apa konsekuensi dari pengorbanannya?