Bayangkan terbangun dan mendapati dirimu dalam tubuh yang bukan milikmu. Itulah yang terjadi padaku setiap kali matahari terbit. Dan kali ini, aku terperangkap dalam tubuh seorang pria asing bernama Arya Pradipta. Tidak ada petunjuk tentang bagaimana aku bisa ada di sini, atau apakah ini hanya sementara. Hanya ada kebingungan, ketakutan, dan kebutuhan untuk berpura-pura menjalani hidup sebagai seseorang yang tak kukenali.
Namun, Arya bukan orang biasa. Setiap hari aku menggali lebih dalam kehidupannya, menemui teka-teki yang membuat kisah ini semakin rumit. Dari panggilan misterius, kenangan yang menghantui, hingga hubungan Arya dengan seorang gadis yang menyimpan rahasia. Di setiap sudut hidup Arya, aku merasakan ada sesuatu yang menunggu untuk ditemukan, sesuatu yang lebih besar dari sekadar tubuh yang kumiliki sementara.
Dalam perjalanan ini, aku menyadari bahwa kehadiranku dalam tubuh Arya bukanlah kebetulan. Ada kekuatan yang menyeret
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Rahasia yang Tersembuny
Kembali dari retreat, aku merasa hidup Arya mulai memiliki pola yang lebih jelas di mataku. Aku semakin memahami bahwa perjalanannya bukan sekadar kisah percintaan yang terputus, melainkan sebuah pencarian jati diri yang penuh lika-liku. Namun, perasaan lega yang muncul usai retreat seketika digantikan oleh rasa penasaran yang mendalam. Aku merasa ada sesuatu yang besar dan tersembunyi—sebuah rahasia yang sengaja Arya simpan rapat-rapat.
Hari itu, aku memutuskan untuk kembali ke apartemen Arya dan mencari lebih banyak petunjuk. Rasanya, ada beberapa hal yang masih belum aku temukan, sesuatu yang bisa membantu menghubungkan semua titik yang berserakan dalam kehidupannya. Seolah-olah ada bagian yang belum kusentuh, yang menyimpan jawaban dari semua kegelisahan Arya selama ini.
---
Di apartemen Arya, aku mulai memeriksa kembali ruangannya satu per satu. Aku membuka lemari, memeriksa setiap sudut yang mungkin pernah kulewatkan. Dan akhirnya, di belakang salah satu laci meja, aku menemukan sebuah kotak kecil yang tampak usang. Kotak itu terkunci, tapi dengan sedikit usaha, aku berhasil membukanya.
Di dalamnya, terdapat beberapa foto lama dan selembar surat yang sudah menguning. Foto-foto itu memperlihatkan Arya bersama seorang wanita yang tampak lebih tua, mungkin seseorang yang cukup dekat dengannya. Senyum wanita itu terpancar hangat, seolah ada ikatan kuat antara mereka berdua. Tapi yang paling menarik perhatianku adalah surat yang diselipkan di antara foto-foto tersebut.
Aku membuka surat itu dan mulai membacanya. Kata-katanya penuh emosi, seakan ditulis dengan perasaan mendalam dan kepedihan. Dari tulisan tersebut, aku mengetahui bahwa wanita itu adalah ibunya—seseorang yang Arya cintai dan hormati. Dalam suratnya, ibunya menulis tentang penyesalan dan cinta yang tidak sempat tersampaikan, tentang bagaimana ia berharap Arya bisa hidup bahagia meski tanpa kehadirannya. Di situ juga terungkap bahwa ibunya telah pergi meninggalkan Arya sejak ia masih kecil.
Pecahannya mulai terlihat jelas sekarang. Rasa kehilangan yang selama ini Arya rasakan, keresahan yang membayangi kehidupannya—semua itu sepertinya berasal dari luka masa kecilnya, luka karena ditinggalkan oleh sosok yang seharusnya selalu ada di sampingnya. Tiba-tiba aku merasakan kehangatan mengalir di dadaku, seolah aku pun bisa merasakan kesedihan Arya. Kehilangan ibunya mungkin adalah alasan mengapa Arya merasa tidak pernah utuh, mengapa ia selalu merasa kosong meski dikelilingi banyak orang.
---
Dengan surat itu di tangan, aku duduk di sofa apartemen Arya, merenungkan semua hal yang baru saja terungkap. Mungkin inilah alasan mengapa Arya selalu merasa perlu mencari jati dirinya. Kehilangan ibunya telah menciptakan ruang kosong di dalam hatinya, ruang yang ia coba isi dengan berbagai cara, namun tak pernah bisa ia penuhi sepenuhnya.
Aku teringat kata-kata Nina tentang bagaimana Arya sering terlihat bingung dan tidak fokus, tentang bagaimana ia selalu tampak seperti orang yang mencari sesuatu. Kini, semuanya mulai masuk akal. Arya bukan hanya mencari dirinya sendiri, tetapi juga mencari bagian dari dirinya yang hilang sejak kecil—sosok ibu yang ia butuhkan, tetapi tidak pernah bisa ia miliki secara utuh.
Aku duduk dalam keheningan, terhanyut dalam pemikiran yang mendalam. Rasanya, aku semakin memahami siapa Arya sebenarnya. Kehidupan yang ia jalani selama ini adalah cermin dari luka dan kehilangan yang ia simpan rapat-rapat. Meski begitu, di balik semua itu, Arya tetap berusaha kuat dan tegar, tetap berusaha menjalani hidupnya meski ada bagian dirinya yang patah.
---
Malam itu, aku tidak bisa tidur. Surat itu terus terngiang-ngiang dalam pikiranku, mengingatkanku pada hubungan kami yang semakin rumit. Di tengah pencarianku untuk memahami Arya, aku mulai merasa ada bagian dari diriku yang juga perlu kuselami. Seolah-olah kehidupan Arya telah menjadi cermin yang memperlihatkan sisi-sisi terdalam dari diriku sendiri, sisi yang mungkin selama ini tak pernah kusadari.
Pagi harinya, aku memutuskan untuk mengunjungi tempat di mana Arya biasa menghabiskan waktu untuk merenung, sebuah taman yang berada di pinggir kota. Dengan suasana sejuk dan pepohonan rindang, tempat itu memang memberikan kesan tenang dan damai, cocok untuk mencari ketenangan batin. Di sana, aku duduk di bangku taman dan membiarkan pikiranku mengalir.
Aku mencoba merasakan kehadiran Arya di tempat itu, mencoba memahami alasan mengapa ia selalu merasa betah di sana. Mungkin bagi Arya, tempat ini adalah pengganti dari sosok yang ia rindukan. Di taman ini, ia mungkin merasa lebih dekat dengan kenangan tentang ibunya, seolah-olah di sini, ia bisa berbicara dengannya dalam keheningan.
Saat aku termenung, tiba-tiba sebuah suara kecil menyadarkanku. Seorang anak kecil yang sedang berlari-lari menghampiriku sambil tersenyum ceria. Anak itu mengingatkanku pada masa kecil, masa di mana segalanya terasa begitu sederhana dan bahagia. Melihat senyumnya yang polos, aku bisa merasakan betapa berbedanya masa kecil Arya yang penuh kesendirian dan rasa kehilangan.
---
Hari itu, aku pulang dengan perasaan campur aduk. Kini, aku semakin mengerti mengapa Arya selalu merasa hampa. Kehilangan yang ia alami sejak kecil telah meninggalkan luka mendalam yang sulit sembuh, dan pencariannya akan jati diri adalah cara untuk menyembuhkan luka itu.
Namun, ada satu hal yang membuatku merasa lebih bersemangat. Dengan pengetahuan baru ini, aku yakin bisa membantu Arya untuk lebih memahami dirinya sendiri. Jika aku bisa membantunya menemukan kedamaian, mungkin suatu hari nanti, Arya bisa belajar menerima masa lalunya dan hidup dengan bahagia, tanpa bayang-bayang kehilangan yang selama ini mengikutinya.
Dengan tekad itu, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan terus mencari cara untuk menyembuhkan luka Arya. Mungkin dengan memahami dirinya lebih dalam, aku juga bisa menemukan sisi-sisi dalam diriku yang selama ini tersembunyi, sisi yang hanya bisa ditemukan melalui perjalanan ini.
Bab ini adalah titik balik, sebuah langkah menuju pemahaman yang lebih dalam tentang hidup, tentang kehilangan, dan tentang apa artinya menemukan kedamaian di tengah kekosongan.