Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Pengejaran Dalam Bayangan
David dan Leo kini berdiri di tengah badai masalah yang tak pernah mereka bayangkan. Waktu berjalan begitu cepat, dan tenggat 24 jam yang diberikan Bayangan untuk menyelamatkan Sarah semakin menipis. Meski hatinya diliputi ketakutan, David tahu ia harus tetap tegar, terutama di hadapan Leo, putra satu-satunya yang kini menjadi sekutu dan harapannya.
---
Rencana Pengejaran
Malam itu, David, Leo, dan Andrew berkumpul di ruang kerja, menyusun strategi untuk menyelamatkan Sarah tanpa mengorbankan keamanan keluarga mereka. Leo yang cerdas telah menganalisis pesan-pesan ancaman Bayangan, dan dengan keterampilan teknologi yang luar biasa, dia berhasil melacak lokasi terakhir yang diduga menjadi tempat Sarah disekap.
“Aku mendapatkan koordinat ini, Papa,” ujar Leo sambil menunjuk peta digital di layar laptopnya. “Tempat ini terpencil, di pinggiran kota. Aku yakin Sarah ada di sini.”
Andrew mengangguk sambil mengerutkan dahi. “Tapi tempat ini dikelilingi oleh penjaga bayaran. Kalau kita mau masuk, kita harus punya rencana yang matang dan cepat.”
David menatap Leo dan Andrew dengan sorot mata penuh tekad. “Kita akan masuk, tapi harus dengan cerdik. Bayangan mungkin telah menyiapkan perangkap, jadi kita tak boleh lengah.”
---
Dialog Intens di Tengah Persiapan
Rachel, yang tak tahu menahu tentang rencana mereka, mendapati David tengah bersiap untuk keluar di tengah malam. Ia menatapnya dengan penuh kekhawatiran, sementara Leo berdiri di samping David, mengenakan jaket tebal.
“Kalian mau pergi ke mana malam-malam begini?” tanya Rachel, matanya penuh kecemasan. “David, Leo, apa yang sebenarnya kalian sembunyikan dariku?”
David mencoba menenangkan Rachel, meski dalam hatinya ia tahu ini adalah misi yang sangat berbahaya. “Rachel, aku harus menyelesaikan sesuatu. Percayalah, aku akan melakukan segalanya demi keluarga ini.”
Rachel menggeleng, air matanya mulai mengalir. “David, kau tahu aku tidak bisa hidup tanpa kalian. Jika ini berbahaya, tolong pikirkan lagi.”
Leo, yang tak ingin melihat ibunya khawatir, memeluk Rachel dengan hangat. “Mama, kami akan baik-baik saja. Aku janji.”
Rachel hanya bisa mengangguk, meski hatinya berat melepas mereka. Dalam keheningan, ia berdoa agar suami dan putranya kembali dengan selamat.
---
Permainan Psikologis dan Penjebakan
Setibanya di lokasi, mereka menemukan bahwa Bayangan telah memasang berbagai perangkap di sekitar tempat tersebut. Namun, Leo yang telah mempelajari banyak hal dari dunia teknologi berhasil menonaktifkan beberapa sistem keamanan menggunakan alat sederhana yang ia bawa.
“Papa, sekarang kita harus bergerak dengan cepat. Mereka bisa tahu kita ada di sini kapan saja,” kata Leo, suaranya penuh fokus dan ketenangan yang tak lazim untuk anak seusianya.
David mengangguk dan memberi sinyal pada Andrew untuk maju. Namun, tak lama setelah mereka mendekati pintu masuk gedung tua itu, suara Bayangan tiba-tiba terdengar melalui speaker yang tersembunyi di sekitar mereka.
“David, kau sungguh berani membawa anakmu ke dalam permainan ini. Aku ingin tahu, seberapa jauh kau akan melindunginya?”
Suara Bayangan membuat jantung David berdebar. Ia menggenggam tangan Leo erat, berusaha memberikan ketenangan. “Leo, jangan dengarkan dia. Fokus pada rencana kita.”
Leo mengangguk, tapi dalam hatinya ada ketegangan yang ia sembunyikan rapat-rapat. Ini bukan hanya sekadar permainan fisik, tetapi perang mental antara mereka dan Bayangan.
---
Pertarungan dan Komplikasi
Mereka berhasil menyusup ke dalam gedung, namun menemukan bahwa tempat itu adalah labirin penuh lorong gelap dan pintu palsu. Di beberapa ruangan, mereka menemukan kamera pengawas yang merekam setiap gerakan mereka. Leo yang pintar mencoba menembus sistem keamanan tersebut, namun Bayangan tampak selalu selangkah di depan mereka.
“Papa, dia sengaja membuat kita terjebak di sini,” ujar Leo sambil mengetik cepat di laptopnya, berusaha menemukan jalur alternatif.
Andrew yang mulai cemas menyarankan agar mereka mundur dan mencari rencana lain, namun David menolak. “Tidak, kita sudah terlalu jauh. Sarah ada di sini, dan aku tidak akan membiarkannya begitu saja.”
Tak lama kemudian, mereka mendengar suara langkah mendekat. Bayangan mengirimkan beberapa penjaga untuk menghadang mereka. Pertarungan pun tak terhindarkan. Andrew maju melawan para penjaga dengan sigap, sementara David melindungi Leo yang terus mencoba mengakses sistem gedung untuk menemukan lokasi Sarah.
“Kamu hebat, Leo,” bisik David di sela-sela ketegangan. “Aku bangga padamu.”
Leo hanya mengangguk, matanya tetap fokus. “Papa, aku hanya ingin kita semua selamat.”
---
Setelah berhasil menemukan lokasi Sarah, mereka menuju ke ruangan di ujung koridor gelap. Pintu besi besar berdiri di depan mereka, dan suara Sarah terdengar lemah dari dalam. David mendekati pintu, memanggil nama Sarah dengan cemas.
“Sarah! Ini aku, David. Kami akan membawamu keluar dari sini.”
Namun, saat mereka hendak membuka pintu, suara tawa Bayangan kembali terdengar. “Selamat datang, David. Ini yang aku tunggu-tunggu. Kau datang tepat pada waktunya.”
Tiba-tiba, seluruh ruangan diterangi oleh cahaya terang, dan mereka menyadari bahwa tempat itu dipenuhi kamera. Bayangan telah mempersiapkan semuanya untuk merekam kejatuhan David di hadapan publik. Ia berniat menyebarkan rekaman tersebut sebagai bukti untuk menghancurkan reputasi David.
David terdiam, napasnya tertahan. Leo yang berada di sampingnya berbisik, “Papa, kita harus tetap tenang. Ini mungkin jebakan terakhirnya.”
David menatap Leo dan Andrew. Mereka tak punya banyak pilihan, namun mundur bukanlah jawabannya. Dengan keberanian yang tersisa, David membuka pintu tempat Sarah disekap.
Saat pintu terbuka, mereka mendapati Sarah terikat di kursi dengan wajah pucat. Namun yang mengejutkan, di sampingnya terdapat sebuah kotak yang berisi timer, menghitung mundur ke titik nol.
David dan Leo terperangah. Waktu terus berjalan, dan mereka hanya memiliki beberapa menit untuk menyelamatkan Sarah sebelum ledakan terjadi.
“Papa, kita harus cepat!” Leo berteriak.
David menggenggam tangan Leo dengan erat. “Percayalah, Leo. Kita akan keluar dari sini.”
Di tengah ketegangan itu, bab berakhir dengan suara detik timer yang semakin mendekati titik nol.