Suami Lumpuh Dan Adik Ipar

Suami Lumpuh Dan Adik Ipar

BAB 1 - Sambutan tidak hangat

Di sebuah siang yang terik, seorang wanita cantik berkulit putih lembut terlihat memerah di wajahnya karena terpapar matahari yang menyoroti kulitnya.

Wanita bernama Aura, berdiri di depan pagar sebuah mansion mewah dengan peluh yang menetes di sekitaran pelipisnya. Sesekali ia menyeka keringat dengan punggung tangannya.

Ia mengambil handphone dari dalam tasnya yang sederhana, kemudian mulai menelpon seseorang sambil masih menatap dari sebrang pagar kearah halaman mansion yang angkuh megah bak kastil kerajaan.

“Kak, aku sudah diluar pagar. Kau ada didalam kan? apa tidak ada pelayan yang bisa membukakan pintu?. Disini panas sekali” kata si wanita cantik sambil menahan panas yang menyengat.

“Kau sudah diluar? ya sudah taruh saja amplop yang kuminta di pagar, nanti pelayan yang mengambilnya. Sekarang kau pulang saja!” telpon seketika itu mati sepihak.

Aura mengerutkan alisnya tanda heran. ‘Hah? pulang?!. Apa-apaan kakak, aku disuruh pulang lagi. Tadi dia yang menyuruhku kesini membawakan berkas ini di siang bolong, sekarang dia seenaknya menyuruhku pulang!’ tidak habis pikir dengan sikap kakaknya, Aura berdiri dengan masih memandangi handphone di tangannya.

Aura kemudian mengetik sebuah pesan singkat di WA untuk Jesica, Kakaknya.

- Kakak keterlaluan!. Apa aku tidak boleh sama sekali menginjakan kaki dirumahmu!, bahkan untuk sekedar berteduh atau minum air putih! -

Tapi pesan itu hanya di baca, Jesica tidak membalasnya. Akhirnya dengan terpaksa dan kekesalan yang menyebar, Aura pulang dengan gontai di terik yang menyengat.

Dua pekan kemudian, Jesica meminta Aura untuk kembali mendatangi mansion mewahnya. Kali ini Jesica berkata pada Aura bahwa ia diperbolehkan masuk kedalam rumah.

Sesampainya di pintu depan mansion, Aura yang sudah di sambut oleh pelayan disana diarahkan untuk masuk melalui pintu belakang.

“Non Aura ya? maaf, Nonya Jesica menyuruh saya mengantar Non Aura lewat pintu belakang, mari lewat sini, Non” ucap seorang wanita bertubuh mungil yang mengenakan seragam pelayan.

“Lewat belakang? memangnya kenapa kalau lewat depan mbok?” tanya Aura masih tidak mengerti dengan sikap kakaknya.

“Maaf Non, di ruang tamu ada teman-teman Nyonya Jesica, saya cuma disuruh Nyonya tadi, kalau ada Non Aura disuruh masuk lewat pintu belakang” jawab si pelayan menjelaskan.

‘Hm, kakak memang keterlaluan’ gerutu Aura.

Sesampainya di dapur, karena pintu belakang memang langsung menuju ke dapur. Aura masih tidak mengerti alasannya diminta datang kesana oleh Jesica. Saat Aura akan menelpon Jesica, tiba-tiba Jesica sudah berada di depannya.

“Aura!, kenapa diam saja!. Ayo antarkan minuman ini ke depan. Teman-temanku sudah menunggu!” perintah Jesica pada Aura. Yang diluar dugaan Aura, ia membayangkan kakaknya akan menyambutnya dengan hangat, tapi justru ia disuruh mengatar minuman.

Belum hilang keheranan Aura, Jesica sudah berlalu dari hadapanya. Ia tak mengira kakaknya akan bersikap seperti itu padanya.

Dua bulan sebelumnya, Jesica yang baru menikah dengan Ryo, sang pengusaha kaya raya tinggal di Luar Negeri setelah sebelumnya melangsungkan pernikahan di Luar Negeri. Sayang Aura tidak bisa menghadiri pernikahan mereka, karena Aura tidak memiliki uang untuk naik pesawat. Jesica sama sekali tidak memberi Aura bantuan dana untuk sekedar ongkos pergi ke Luar Negeri menghadiri pernikahannya.

Baru sekitar tiga pekan yang lalu, Jesica pulang ke tanah air sendiri, karena Ryo suaminya masih harus tinggal beberapa waktu lagi di Luar Negeri.

Semenjak kepulangan Jesica, Aura belum pernah di undang untuk main atau sekedar mampir ke mansion mewah milik Ryo, suami Jesica. Jesica pernah berkata pada Ryo bahwa ia malu untuk mengundang adiknya yang miskin untuk berkunjung ke mansion yang mewah itu.

Aura dengan terpaksa mengantar minuman ke ruang tengah, dimana teman-teman Jesica yang berpakaian glamor saling tertawa sambil memamerkan perhiasan masing-masing.

Ketika satu persatu gelas kristal berisi minuman di letakkan di meja, seorang dari teman Jesica berceletuk saat melihat Aura.

“Jes, kau punya pembantu baru?. Hey!, lumayan juga pembantumu. Awas bisa jadi perkara nanti kalau suamimu pulang” canda salah seorang teman Jesica sambil melirik Aura.

Aura berharap kakaknya akan membelanya. Aura mulai merasakan panas di dadanya. ‘Kurang ajar teman kakak!. Seenaknya saja bicara!’

Aura yang menunggu pembelaan dari Jesica merasa heran, kenapa kakaknya diam saja, justru malah ikut tertawa.

“Maaf, saya bukan pem-”

“Mbok!. Ambilkan cake coklat yang di kulkas!. Cepat mbok!” suara Aura terpotong oleh teriakan Jesica yang seolah sengaja memotong kalimat adiknya.

Aura hanya bisa menghela nafas. Kesal dengan kelakuan kakaknya, akhirnya ia kembali ke dapur.

“Hey Jes, suara pembatumu yang tadi itu kok mirip dengan suaramu ya?” ujar salah satu wanita berambut pirang yang tengah merokok dengan gelas kristal di sebelah tanganya.

“Aku sih gak merasa, jangan samain suaraku dengan dia dong, gak level ah!” kilah Jesica.

Sore menjelang, acara Jesica sudah selesai. Di ruang makan, setelah selesai beres-beres, Aura yang akan pulang berniat tidak ingin pamit pada kakaknya, tetapi keburu di cegah Jesica.

“Hey, mau kemana?” tanya Jesica acuh sambil mengepulkan rokok dari bibirnya.

“Pulang” jawab Aura penuh kekesalan.

“Sudah, kau disini saja bantu-bantu si mbok. Itu juga kalau kau mau uang, kalau tidak mau ya terserah” kata Jesica sambil menggeser kursi di meja makan kemudian duduk disana.

“Kak!, kenapa sih kau selalu merendahkan aku?! Aku kan adikmu!” protes Aura yang sudah tidak tahan dengan sikap kakaknya.

Jesica melirik pada pelayannya yang berada disana, dan pelayan sudah mengerti kalau itu adalah isyarat ia harus berlalu dari sana.

Kini hanya Jesica dan Aura di ruang makan yang mewah.

“Duduk!” perintah Jesica pada adiknya.

“Tidak! Aku berdiri saja. Aku juga akan pulang sebentar lagi” jawab Aura ketus menahan geram.

“Terserah!. Aura, kau harusnya sadar diri, kau itu miskin, aku sudah berbaik hati membolehkanmu kesini. Malah bilang aku merendahkanmu!, kau memang sudah rendah dimataku. Kau juga harusnya berterimakasih karena aku memberimu pekerjaan disini, tapi kau malah menolak. Apa kau pikir mencari pekerjaan diluar sana mudah?. Lagipula, apa gaji si Bagas cukup untuk kebutuhanmu?”

“Tidak perlu bawa-bawa Mas Bagas!, aku sudah bersyukur dengan keadaanku sekarang!”

“Ha ha ha, … Aura .. Aura, kau ini bodoh atau apa sih?. Gaji si Bagas itu jauh di bawah gaji pak Dimin tukang kebunku disini, terus kau bilang kau bersyukur dengan keadaanmu?, omong kosong!. Begini saja, kalau kau mau kerja disini, besok pagi-pagi kau datang kesini, tapi kalau kau memang keras kepala menolak dan masih nyaman dengan kemiskinanmu, maka jangan pernah datang kerumah ini atau meminta bantuanku lagi!”

Aura diam sejenak, kemudian mengambil tas kecil yang berada di meja. “Akan kupirkan!” Aura berlalu tanpa pamit pada kakaknya, melangkahkan kaki ke arah pintu belakang dimana ia masuk dari sana.

Terpopuler

Comments

VALLENDA

VALLENDA

mampir kak

2024-09-12

0

Yurika23

Yurika23

makasih ya kak...

2024-09-06

1

🌸ReeN🌸

🌸ReeN🌸

baru mampir kak

2024-09-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!