NovelToon NovelToon
Menjadi Pelunas Hutang Suami

Menjadi Pelunas Hutang Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jumli

Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.

Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.

Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.

Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tabrak

Rio berdiri tertegun di depan gerbang sekolah, matanya memandang sosok pria yang tampak asing namun juga famili. Hendra, ayahnya. Apa yang terjadi? Rio yakin sekali bahwa ayahnya sudah meninggal, sebagaimana yang Ia tahu dari Luna, ibunya.

Perasaan bingung dan cemas menyelimuti anak itu.

"Ayah," gumamnya tak percaya.

Ia memandangi pria itu dengan tatapan tak berkedip, bahkan mengucek matanya beberapa kali, berharap bayangan itu akan hilang. Tapi sosok itu tetap ada di sana, berdiri tegak, dengan raut wajah yang familiar.

"Apakah ini mungkin?" tanya Rio dalam hati, merasa seakan seluruh dunia berubah begitu saja. Ia ingin berlari mendekat, namun ada sesuatu yang menahannya. Ketakutan atau mungkin kebingungan yang luar biasa.

Sementara teman-temannya sibuk bercanda di sekitar, Rio terus terdiam, matanya tak lepas dari pria tersebut. Setiap langkah yang diambil sosok Hendra itu, seperti menyayat hatinya. Kenapa ibunya tidak pernah memberitahunya bahwa ayahnya mungkin masih hidup?

"Ayah!" panggil Rio kencang membuat banyak mata tertuju padanya. Tapi sosok yang Ia pikir adalah Hendra itu tidak berbalik sama sekali saat Rio memanggil.

"Apa dia bukan Ayahku?" tanya nya entah kenapa siapa.

"Rio, kamu kenapa?"

Teman-teman Rio bertanya apa yang terjadi pada salah satu kawan mereka itu.

"Itu seperti Ayahku yang sudah meninggal," tunjuk Rio memberitahu teman-temannya. Anak-anak yang masih kelas empat SD itu mengikuti arah telunjuk Rio.

Kemudian mereka melihat pria tersebut melihat ke arah mereka, dan sepertinya ada kilatan pengenalan di matanya pada Rio.

"Rio, apa kau yakin dia Ayah mu?" tanya salah satu teman Rio. Anak itu seakan tidak percaya karena orang yang Rio bilang adalah Ayahnya, malah pergi dengan acuh seakan tak kenal setelah melihat mereka sejenak.

"Aku tidak tahu," lirih Rio tidak mengerti. Jika itu benar-benar Hendra, Ayahnya. Kenapa Ia malah pergi dan tidak menyapa Rio?

___________________

Kevin, yang sedang duduk di kursi belakang mobil dengan wajah menyeringai, memandangi Rio dari kejauhan. Dia melihat anak berseragam merah putih itu berjalan lunglai di tepi jalan, matanya kosong, seolah terlarut dalam pikirannya. Dengan senyum nakal di bibirnya, Kevin menoleh ke arah sopir mobil yang sedang mengemudi.

“Pak, cepat tabrak Rio,” ujar Kevin sambil terkekeh pelan, suaranya dipenuhi nada bermain.

Sopir mobil, yang sudah lama mengenal Kevin dan keluarganya, apalagi Ibu dari anak itu, sempat terkejut mendengar perintah tersebut.

"Tapi, Den. Itu sangat berbahaya."

Sang sopir tidak berani karena bisa saja berakibat fatal bagi mereka dan terutama Rio.

"Cepat tabrak atau Kevin laporin ke Mama," ancam Kevin dengan suara lebih serius, matanya menyipit tajam. Tentu saja, dia tidak benar-benar berniat melakukan apa yang baru saja ia katakan, tapi Kevin suka menguji batas, terutama pada orang yang bisa ia kendalikan.

Apalagi Rio yang suka mengambil perhatian semua orang di rumah membuat Kevin seakan terabaikan dan sering di marahi. Padahal kenyataannya tidak lah seperti itu, justru Kevin dan Marni lah yang suka mencari masalah pada Luna dan anak-anaknya.

Sopir terdiam tidak tahu harus bagaimana. Hanya saja, dia tahu Kevin, meski masih kecil, punya pengaruh besar. Maka, sopir itu menarik setir, dengan sedikit keliru, dan mobil pun melaju sedikit lebih cepat menuju Rio yang sedang asyik dengan pikirannya sendiri.

Sedangkan Rio, yang sedang terlarut dalam kebingungannya, tak mendengar suara mobil yang mendekat. Ia terus berjalan tanpa arah, pikirannya sibuk membayangkan wajah Hendra, ayahnya.

'Apakah dia benar-benar ayahku?' batin Rio berulang-ulang.

Wajah pria yang ia lihat tadi di gerbang sekolah sangat mirip dengan Hendra, tapi sikapnya, pandangannya, semua terasa asing. Kenapa dia seperti tidak mengenali Rio?

Rio ingin sekali memanggilnya, berlari menghampirinya, tapi tubuhnya terasa kaku, seolah ada sesuatu yang menghalangi. Ia terhenti sejenak, bertanya-tanya apakah mungkin dia hanya seseorang yang kebetulan memiliki wajah yang sama dengan ayahnya. Tapi jika begitu, kenapa rasanya begitu nyata? Wajah itu, ekspresi itu, ada sesuatu yang begitu familiar, yang membuatnya ragu.

Tiba-tiba, suara klakson mobil terdengar begitu keras dan Rio mendongak hanya untuk melihat mobil yang melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Tubuhnya seakan membeku, tak mampu bergerak.

Dalam kebingungan Rio merasakan ada sebuah tangan yang menarik kuat tubuh nya. Rio sempat melihat sosok itu.

"Ayah?" Gumamnya tak percaya.

lalu Rio merasa terbanting dan tidak sadarkan diri, sebab tarikan kuat oleh orang yang Ia sebut Ayah itu.

"Den, pegangan!" teriak supir Kevin yang merasa kaget saat melihat Rio tiba-tiba di hampiri oleh seseorang.

Karena keterkejutannya, supir itu membanting setir ke arah lain untuk menghindari semakin banyaknya korban. Namun karena Ia hilang kendali, mobil itu berputar dan keluar dari jalur.

"Ah..., Mama!" teriak Kevin ketakutan di belakang kemudi dan ingin keluar dari mobil.

"Den, jangan lepaskan sabuk pengaman nya!"

Teriakan Supir tidak Kevin Indahkan, Anak itu memucat ketakutan, sedangkan sang Supir semakin hilang kendali pada kemudi dan fokus memandangi spion ke arah Kevin karena takut Kevin keluar dan....

Bugh!

Belum sempat supir kembali mengingatkan Kevin, mobil mereka sudah menabrak pohon mengakibatkan guncangan kuat sampai Kevin yang sudah terlepas dari sabuk pengaman nya terpental ke depan.

_____________________

"Huhuhu.... Anakku!" raugan kesedihan Marni rasakan di depan pintu UGD, di mana anak semata wayangnya sedang di tangani di dalam sana.

"Mbak, tenang Mbak. Kevin pasti akan baik-baik saja."

Luna yang juga ada di sana menenangkan Marni. Kedua wanita itu syok saat di beritahu anak mereka masuk rumah sakit. Tapi untung nya Rio tidak terluka parah dan hanya ada sedikit goresan.

Hal itu sangat jauh berbeda dengan Kevin yang mengalami pendarahan parah pada kepala serta dadanya yang mengalami benturan hebat.

"Diam kamu Luna! Semua ini pasti gara-gara anak sialan mu itu!" marah Marni pada Luna.

Padahal anak mereka sama-sama terluka, tapi Marni malah marah-marah kepada Luna yang tidak tahu pasti seperti apa kejadian yang sebenarnya.

"Mbak. Marah nya nanti dulu, sekarang kita harus berdoa agar Kevin selamat."

Luna mengerti akan rasa terpukul Marni. Ia pun mungkin akan melakukan hal yang sama jika berada dalam situasi yang sama. Karena di dalam sana Kevin sedang berjuang dengan maut.

Plak!

"Aku bilang kau diam!" teriak Marni setelah memberikan tamparan keras pada pipi Luna.

Wanita malang yang memiliki niatan baik itu hanya memegangi pipinya yang terasa perih. Ternyata menjadi orang baik sungguh sangat terhina sekali, padahal Ia hanya ingin menenangkan tapi malah di tampar.

"Marni, Luna. Bagaimana anak-anak?"

Nisa dan Daru muncul bersamaan, terlihat kecemasan di raut wajah Nisa. Namun Daru hanya datar-datar saja seakan tidak terjadi apa-apa.

"Suamiku, anak kita Kevin. Huhuhu...."

Marni segera mendekati Daru dan hendak memeluk pria itu untuk mencari ketenangan. Tapi walaupun di saat seperti ini Daru tetap tidak peduli dan menyingkirkan tangan Marni yang meraih tubuh kekarnya.

Marni semakin sedih dengan sikap Daru.

"Tidak bisakah kamu menenangkan ku sebentar saja," lirih Marni.

Ceklek.

Belum sempat Daru membalas, ruangan UGD sudah terbuka dan keluarlah Dokter.

"Apakah ada orang tua pasien?" tanya Dokter.

Marni segera maju di ikuti yang lain.

"Kami Dok," kata Marni.

"Pasien kehilangan banyak darah. Stok darah O- sedang habis saat ini. Siapa yang golongan darahnya sama dengan pasien?"

"Saya A, Dok," ujar Marni cepat.

"Saya juga golongan darah A," sahut Daru.

"Lalu, di mana orang tua pasien yang memiliki darah serupa?"

Pertanyaan Dokter tersebut membuat semua orang terdiam termasuk Marni.

1
Ripah Ajha
semangat ya Thor, I like karyamu🥰
Ripah Ajha: entahlah Thor dua2nya keren🥰🥰🥰
Jumli: Terimakasih 🙏
minta nilainya kak.
menurut kakak lebih enak baca cerita Monika, atau cerita Luna?
total 2 replies
Kura Ganjar
penasaran
Jumli: terimakasih atas dukungannya 🙏
total 1 replies
Ripah Ajha
lanjut Thor🥰
Jumli: siapppp
total 1 replies
Ripah Ajha
sama2 Thor, karyamu keren, semangat lanjut ya🥰
Jumli: iya, ini masih semangat 💪
doain lolos bab terbaik 😭😌
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat ya Thor, makin keren cerita nya👍
Jumli: makasih banyak untuk dukungan nya kak.
minta Doanya supaya cerita ini tidak mengecewakan 🙏😁
total 1 replies
Jumli
makasih banyak untuk 5 bintang nya🙏🙏😭
Ripah Ajha
keren👍
Jumli: makasih banyak untuk 5 bintang nya 🙏😭
total 1 replies
Ripah Ajha
hayoo siapakah Luna sebenarnya?
Jumli: masih rahasia. author juga masih mikir mau jadiin Luna kayak gimana😅

besok baru update cerita Monika ya. jangan lupa mampir di sana
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!