banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.
karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.
mengandung *** bijaklah dalam membaca
Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.
William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"s*alan!!!. Apakah dia m*ninggal, padahal belum seberapa aku menyiksanya". William segera berjongkok menggoyangkan tubuh Zahra tapi tak ada respon, dirabanya nadi tangan Zahra masih berdenyut kemudian beralih ke hidung dan masih bernafas.
"Cih ternyata dia hanya pingsan". Ucap William keluar kamar Zahra.
Tuuuut
Tuuuut
"Ishhhh ada apa sih, ini sudah jam istirahat ku. Kenapa kamu menelpon ku". Teriak laki-laki diseberang telepon sebab dirinya sudah tertidur pulas kini harus terbangun karena mendengar deringan telepon.
"Cepat datang kerumah ku, aku tidak mau dia m*ninggal". Kata William membuat laki-laki tersebut terdiam beberapa saat.
"Siapa yang meninggal ? Kamu m*mb*nuh orang ?". Tanya nya yang penasaran.
"Tidak usah banyak tanya cepat datang kemari atau tidak reputasi mu jadi dokter akan hancur". Ancam William membuat laki-laki itu langsung mematikan teleponnya dan bergegas pergi kerumah William.
Tak berselang lama akhirnya dokter Arnan datang dengan sedikit berlari kecil. Dokter Arnan adalah sepupu William.
Ayah William dan ayah Arnan bersaudara, mereka begitu dekat jadi setiap William membutuhkan tenaganya maka tak tanggung-tanggung William langsung menghubungi nya tanpa melihat waktu.
"Siapa yang mau diperiksa, apa istri kamu". Tanpa banyak bicara William menyuruh Arnan untuk mengikutinya.
Dikamar pembantu tersebut sudah ada Zahra yang terbaring diatas ranjang dengan wajah pucat memar dan juga tangan yang luka.
Arnan begitu tercengang melihat pemandangan yang menurutnya begitu mengerikan bagaimana tidak yang terbaring disana adalah istri William
"Astaga apa yang kamu lakukan kepada istrimu". Pekiknya berjalan kearah Zahra.
"Aku menyuruhmu mengobatinya bukan bertanya tentang hal yang tidak penting". Ucap William dengan wajah datar membuat Arnan mengomel dalam hati.
"Kamu menyiks*nya ?". Tanya Arnan lagi.
"Kenapa kamu tega sekali meny*ksa istri kamu sendiri sampai seperti ini. Dan apa ini kenapa dia berada dikamar pembantu. Astaga kamu benar-benar suami yang tak punya perasaan. Dia rela menggantikan kekasihmu yang kabur itu demi nama baik keluarga, tapi begini perlakuan mu. Tak ada terimakasih sekalipun untuk nya". Arnan mengomel sepanjang mengobati luka Zahra sedangkan William hanya terdiam tanpa ingin berkomentar.
"Aku sudah mengobati nya. Dan ini resep obatnya, ingat obatnya selalu diminum takutnya nanti luka ditangannya sakit. Besok aku akan menyuruh Natasha kesini Mengganti perban nya agar tidak infeksi". Ucap Arnan kemudian berlalu meninggalkan William yang memegang kertas berupa resep obat yang akan dibelikannya di apotik.
****
Setelah beberapa jam pingsan Zahra terbangun dengan mengerjapkan matanya, saat ingin bangun kepalanya begitu sakit dan juga tangannya.
Dilihatnya sekeliling tak ada satu orang pun.
"Siap yang mengangkat ku kesini dan siapa yang mengobati luka ku". Gumamnya berfikir.
"Tidak mungkin dia, apalagi tadi tega menyiksa ku tanpa ampun". Gumam nya lagi.
Zahra terus berfikir, tak lama pintu kamarnya terbuka menampakkan William yang sedang membawa makanan dan juga obat ditangannya.
Zahra hanya menatap laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu dengan wajah datar. Hatinya seakan mati ketika mengingat begitu br*ngas nya William menyiks*nya tanpa ampun padahal dirinya tak punya salah apapun.
"Makanlah, dan minum obat mu sendiri. Aku tidak mau kamu m*ti konyol disini. Bikin susah saja". Ucap William mengempas sedikit makanan dan juga obat diatas meja samping tempat tidur Zahra.
William yang menatap Zahra hanya terdiam merasa geram sebab dirinya sudah capek-capek menyediakan semuanya tapi Zahra tak ada respon bahkan berucap terimakasih pun tak ada.
"Kenapa hanya diam, cepat makan". Sentak William membuat Zahra menatapnya dengan tajam.
"Kenapa menatapku seperti itu, sudah berani kamu melawan ku HAAAAA!!. Dasar perempuan kampungan yang tidak punya sopan santun". Kata William sedikit berteriak.
"Cih, sopan santun ?. Jika anda berkata demikian, bercermin lah terlebih dahulu". Ucap Zahra yang kini berbicara formal, hatinya begitu sakit melihat laki-laki yang ada didepannya itu.
"Jaga ucapan mu perempuan s*alan". Ucap William mencengangkan dagu Zahra dengan kuat.
Zahra hanya meringis menahan sakit. Kali ini dirinya tak mau kalah lagi walaupun disakiti berkali-kali.
"Jangan pernah sekali-kali membalikkan perkataan ku. Atau kamu akan tahu akibatnya". Zahra hanya tersenyum kecut mendengar ucapan William.
William yang melihat Zahra tidak berteriak meminta ampun langsung mempererat cengkraman nya hingga dagu Zahra memerah.
Tapi lagi-lagi Zahra hanya diam menahan sakit.
"B*nuh saya bila itu membuat anda puas tuan William Alexander". Ucap Zahra.
"Jangan mimpi, aku akan menyiks*mu hingga kamu m*ti secara perlahan karena tak mau mengakui kesalahan mu". Ucao William melepas cengkeraman nya dengan kasar.
"Sssshhhhh" desis Zahra memegang dagunya.
"Bahkan anda menyiksa saya sampai m*ti pun tak pernah saya menjawab dimana keberadaan mbak intan karena memang saya tidak ada niatan untuk menyembunyikan nya". Willi hanya membuang muka.
"Jika suatu saat nanti Anda mengetahui kebenaran nya. Anda pasti akan menyesal telah melakukan peny*ksaan ini terhadap saya. Ingat kata-kata ini". Kata Zahra dengan penuh penekanan
William berbalik menatap tajam Zahra "menyesal ? Hahahaha tidak ada kata penyesalan dalam kamus ku".
"Kita lihat saja nanti".
William pergi meninggalkan Zahra karena sudah tidak ada lagi yang harus dilakukannya.
***
"Apakah enak ?". Ucap Louis dengan bahasa Jerman yang berada satu selimut dengan intan.
Mereka sedang melakukan pemotretan disalah satu hotel Berlin Jerman. Keduanya sedang beradu didalam selimut dengan hanya memakai pakaian d*lam.
Intan menggigit bibirnya ketika Louis mengeluarkan sedikit miliknya menyentuh milik intan.
Louis Rukan adalah pemain film dewasa yang sudah terkenal di Berlin. manager intan sengaja mengajaknya kerja sama agar mereka cepat terkenal melalu Louis.
Louis yang memang mata keranjang ketika melihat intan yang m*lus langsung menyetujui nya dengan senang hati apalagi adegan tersebut akan berdua dengan intan.
Intan yang merasakan enak menahan suaranya agar tidak keluar karena tak mau membuat Indra marah kepadanya.
Memang saat ini Indra berada diluar kamar karena permintaan Louis agar leluasa menj*m*h tubuh intan tanpa ada yang cemburu.
bersuara lah sayang, kekasih mu sudah tidak ada didepan pintu. Dia sedang makan di restoran hotel". Kata Louis dengan bahasa Jerman.
Intan masih menahannya sebab bukan cuma Mereka berdua tapi juga ada sang fotografer disana. Louis yang melihat kegelisahan intan segera menyuruh fotografer itu keluar karena memang pemotretan sudah selesai.
"bersuara lah dengan nyaring sayang karena sebentar lagi kamu akan merasakan milik ku menembus menembus milik mu yang sempit dan nikmat itu". Louis menyeringai menatap intan.
"Ahhhhhh". Desahan intan keluar begitu saja ketika mereka sudah berdua saja. Intan sudah tak tahan dengan apa yang diperbuat oleh Louis benar-benar membuatnya terbang melayang.
intan terus saja merancau merasakan nikmat ketika Louis menghi*s*p gunung kembarnya yang berwarna coklat.
Louis yang mendengar teriakan itu semakin gencar mengg*rayangi tubuh intan.
"Wajah mu sungguh manis sayang ketika berteriak begitu menggoda". Intan tersipu malu mendengar gombalan Louis.
"Aku mau lebih Louis. Masukkan lah milik mu yang panjang itu agar aku bisa merasakan dibawa terbang bersama mu". Louis tersenyum licik mendengar ucapan intan. Menurutnya intan seperti perempuan murahan yang selalu dipakainya.
"Baik sayang, apakah punyaku lebih n*kmat dan b*sar dari kekasih mu". Tanya Louis.
"Tentu, walaupun hanya melihatnya saja tapi aku bisa merasakan betapa nikmat dan perkasanya Milik mu itu. Membayangkannya saja membuatku merinding". Kata intan meremas milik nya sendiri, membayangkan milik Louis masuk menembus dinding rahimnya.
Intan mulai menc*um Louis dengan penuh nafsu karena tak mau dianggap jika tak menggairahkan melihat keberanian intan tentu Louis begitu senang.
Setelah puas bermain akhirnya Louis memasukkan miliknya kedalam milik intan. Intan memekin kala benda tumpul yang begitu besar mencoba masuk disana.
Dengan dorongan paksa akhirnya milik louis berhasil masuk membuat intan kesakitan karena miliknya begitu besar dari pada Indra.
"percepat Louis ini nikmat sekali". Ucap intan ketika Louis mulai menggerakkan benda tumpulnya.
"milik mu begitu nikmat sayang".
Des*han bersahutan dikamar hotel tersebut, begitu nyaring ditelinga mereka masing-masing. Setelah bertempur lama akhirnya mereka tumbang karena telah mencapai kenikmatan.
Bersambung...