NovelToon NovelToon
Between Hate And Love

Between Hate And Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Dira Namari, gadis manja pembuat masalah, terpaksa harus meninggalkan kehidupannya di Bandung dan pindah ke Jakarta. Ibunya menitipkan Dira di rumah sahabat lamanya, Tante Maya, agar Dira bisa melanjutkan sekolah di sebuah sekolah internasional bergengsi. Di sana, Dira bertemu Levin Kivandra, anak pertama Tante Maya yang jenius namun sangat menyebalkan. Perbedaan karakter mereka yang mencolok kerap menimbulkan konflik.

Kini, Dira harus beradaptasi di sekolah yang jauh berbeda dari yang sebelumnya, menghadapi lingkungan baru, teman-teman yang asing, bahkan musuh-musuh yang tidak pernah ia duga. Mampukah Dira bertahan dan melewati semua tantangan yang menghadang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan Malam

"Dira, lo yang ngerjain gue, kan?!" teriak Naomi, langsung menghampiri Dira dengan wajah merah padam. Semua murid di tempat les menoleh, memperhatikan mereka berdua. Dira hanya mengangkat alis, menatap Naomi dengan tenang. "Gue ngerjain lo? Buktinya mana?" Dira menjawab dengan nada santai, tapi ada sindiran yang tajam di balik ucapannya. "Lagian, tangan gue kayak gini juga gara-gara lo. Gimana coba gue bisa ngerjain lo dengan tangan yang terluka?" lanjutnya sambil menunjuk perban di tangannya. Dira dengan sengaja mengungkit insiden yang menyebabkan tangannya terluka, yang semua orang tahu disebabkan oleh Naomi.

Murid-murid di sekitar mulai berbisik-bisik, membicarakan apa yang terjadi. Naomi merasa malu, wajahnya semakin memerah ketika semua mata tertuju padanya. Tempat les itu dipenuhi anak-anak dari keluarga kelas atas, dan meskipun tidak ada yang satu sekolah kecuali Levin dan Dira, gosip cepat menyebar di lingkungan mereka. Naomi, yang biasanya angkuh dan percaya diri, kini terlihat terpojok.

Tak tahan menjadi bahan pembicaraan, Naomi bergegas keluar dari kelas, kepalanya tertunduk menahan rasa malu. Dira menatap kepergiannya dengan senyum simpul, puas melihat Naomi akhirnya dipermalukan di depan banyak orang. Tapi di sisi lain, Levin yang duduk di pojokan ruangan menatap Dira dengan pandangan tajam, seolah dia mengetahui sesuatu.

Setelah selesai les, Dira segera keluar dan bertemu dengan Gerry yang sudah menunggunya di depan minimarket terdekat. "Ger, wow, rencana kita berhasil! Naomi tadi dipermalukan habis-habisan di depan banyak orang. Setidaknya rasa kesel gue sedikit berkurang, meskipun gue masih dendam karena tangan gue jadi kayak gini," ujar Dira sambil memperlihatkan perban di tangannya.

"Tapi, Dir... dia curiga nggak sama lo?" tanya Gerry dengan nada khawatir. Dia tahu risiko yang mereka ambil cukup besar, apalagi kalau Naomi atau Levin curiga dan mencari tahu. "Tenang aja, Ger. Lagian dia mau nyalahin gue juga nggak punya bukti. Gue udah main aman," jawab Dira yakin, senyumnya tetap terukir di wajah.

"Ya udah, yuk kita pulang. Gue khawatir sama mobil gue yang ditinggalin tadi," ujar Gerry, masih tampak cemas memikirkan mobilnya yang terparkir jauh.

Namun, saat mereka bersiap untuk pulang, Levin keluar dari tempat les dengan mobilnya. Dari kejauhan, ia melihat Dira dan Gerry bersama, naik motor milik Vanya. Matanya menyipit, seolah memperhatikan mereka dengan lebih saksama, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanannya tanpa berkata apa-apa.

Dira berdiri di dapur, matanya berkisar pada berbagai bahan dan alat yang berantakan. "Aduh, gimana nih? Gue kan nggak bisa masak. Mau gofood, nggak punya duit. Kalau dipaksain, gue yang masak bisa ancur dapur ini," keluhnya sambil mengaduk bahan-bahan yang tampaknya tidak membentuk apa yang dia inginkan.

Dengan tekad bulat, Dira membuka buku resep dan mencari tutorial masakan di internet. Jam menunjukkan pukul 4 sore ketika dia mulai memasak. Dari memotong bahan hingga mencampur bumbu, Dira berusaha keras mengikuti setiap langkah dengan teliti. Waktu berlalu, dan akhirnya, pada pukul 6.30 malam, dia menyelesaikan masakannya.

"Akhirnya beres juga masakan gue. Not bad lah buat pemula," ujarnya dengan sedikit rasa bangga, sambil memandangi hasil kerjanya di atas meja. Namun, ketika keluarga Levin termasuk Mamah Maya, Vanya, dan Levin menyantap masakan Dira, reaksi mereka sangat berbeda.

"Huekk, makanan apa ini..." Mamah Maya mengerutkan dahi dan segera memuntahkan makanan yang baru saja dicicipinya. "Kan Mamah Rico udah bilang pasti makanan yang dibuat sama si stupid ini bakal kayak gini rasanya. Najis banget, nggak enak!" Vanya dan Levin, yang mencoba menelan makanan tersebut, tidak bisa menahan ekspresi jijik mereka. Makanan yang disiapkan Dira ternyata sangat jauh dari ekspektasi mereka.

"Ya sudah, begini saja. Malam ini kita makan di luar saja," Mamah Maya akhirnya memutuskan, suaranya tegas. "Kamu tetap harus memasak, dan harus bisa membuat makanan yang bisa kita makan."

Dira menunduk, wajahnya memerah menahan rasa malu dan kecewa. "Iya tante," jawab Dira lirih, dengan kepala tertunduk. "Dira bakal masak yang lebih enak dari ini."

Meskipun malu dan merasa frustrasi, Dira bertekad untuk belajar dari kesalahan dan memperbaiki masakannya di masa depan. Malam itu, keluarga Levin pergi makan di luar, sementara Dira tetap bertekad untuk memperbaiki kemampuannya di dapur.

Dira merasakan kemarahan yang membuncah di dalam hati ketika mendengar sindiran Rico. "Apaan sih, lebih enak? Orang ini hancur gini, mana ada lebih enak?" ucap Rico dengan nada sarkastik, membuat Dira semakin kesal. "Kalau bukan anak Mamah Maya atau adiknya Levin, udah gue injek lo," umpat Dira dalam hati, berusaha menahan emosinya.

Mamah Maya dan anak-anaknya, termasuk Dira, akhirnya memutuskan untuk makan malam di luar. Begitu mereka tiba di restoran yang dipilih, Dira terkesima. "Wow, restoran apaan ini mewah banget, gila sih! Emang banyak duit itu keluarga, hidupnya sederhana banget sampai nggak punya pembantu," pikir Dira sambil memandangi interior restoran yang sangat elegan dan berkelas.

"Lama banget ya, Mah. Kita nggak ke sini. Terakhir kali kita ke sini sama Papa, Papa harus ninggalin kita tahun kemarin," ucap salah satu anak Mamah Maya dengan nada nostalgia, membicarakan kenangan mereka bersama almarhum Papa. Percakapan tersebut menciptakan suasana melankolis di meja makan.

"Udah ya, jangan dibahas lagi. Papa kalian itu sudah senang di surga. Kita cuma bisa berdoa untuk Papa kalian," kata Mamah Maya dengan lembut, mencoba mengalihkan perhatian anak-anaknya dari kesedihan.

"Ya udah, ayo kalian pesen mau makan apa. Kamu juga, Dira. Pesan aja," lanjut Mamah Maya, sambil menunjuk buku menu yang ada di tangan Dira. Dira, yang dari tadi hanya tertunduk, akhirnya mengangkat kepalanya dan membuka buku menu dengan semangat yang baru.

"Sumpah, dari tadi gue laper banget. Belum makan dari siang, ya Tuhan," keluh Dira, sambil membuka menu dengan cepat. Pilihan makanan yang beragam dan tampak lezat membuat perutnya semakin keroncongan. Dira berusaha memilih dengan hati-hati, ingin memesan sesuatu yang bisa mengisi perutnya yang kosong dan menghapus rasa lapar yang mengganggu.

"Buset, mahal-mahal banget ini makanan. Gila sih!" keluh Dira, menatap harga-harga di buku menu dengan mata terbelalak. "Aduh, gue pengen banget makan enak, tapi nggak enak kan kalau dibayarin kayak gini, pesannya yang mahal-mahal." Setelah berpikir sejenak, Dira akhirnya memutuskan, "Yang ini aja, Tante," sambil menunjuk nasi goreng dengan telur ceplok.

Mamah Maya menatap Dira dengan senyum lembut. "Aduh, Dira, kamu tuh nggak usah malu-malu. Pesan aja yang lain, jangan nasi goreng terus. Tante tahu kok kamu suka makan. Pesan aja yang lain, jangan itu. Nasi goreng itu bosen," kata Mamah Maya dengan nada menyanjung.

Dira merasa lega mendengar dorongan itu. "Beneran nih? Wah, cacing-cacing di perut gue bisa pesta nih malam ini," ujar Dira dengan senyum lebar, merasa senang bisa memesan makanan yang lebih variatif.

Tak lama setelah itu, Mamah Maya beralih pada Vanya. "Eh, Vanya, Mama mau tanya. Kamu udah minggu ini nggak pergi les, itu kamu ke mana ya?" tanya Mamah Maya dengan nada penasaran. Vanya terlihat menunduk, wajahnya menunjukkan kegugupan.

1
merry jen
jgn slhinn dri mu dirr dsnii kmu knn ngebelaiin dr kmu perbuatan Naomi jg ke terlaluan wjr lhh kmu blss
merry jen
Dira berushh sndrii ajj ,,kmu gk bs MTK tp kn kmu pyn kelbhnn yg lainn ,semngtt
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓 menuju Hiatus
pocipan mampir
yu follow untuk ikut gabung ke Gc Bcm thx
Iind
halooo kak,.iklan meluncuuurrr ✈️✈️
merry jen
knp lgg tuu Dinda ,,
and_waeyo
Semangatt nulisnya kak, jan sampai kendor❤️‍🔥
Lucky One: makasih udah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!