Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perkara kamar
Alena berdecak kala memasuki kamar yang masih tetap sama dengan kamarnya yang di Surabaya.semua interior warna pink, ini sangat membuat Alena malas. hal pertama yang Alena lakukan adalah mengobrak abrik isi lemari yang di dalamnya di isi oleh pakaian Sella. Alena membuang semuanya ke ranjang.
"kak, apa yang kau lakukan!!" teriak sella dari luar, dia hampir menangis melihat semua pakaiannya berserakan di ranjang. Sella melihat sang ayah berusaha meminta bantuan agar Alena tidak melanjutkan aksinya. sang ayah yang di tatap dengan wajah sendu oleh Sella jadi tidak tega, dia menghampiri Alena yang masih sibuk mengeluarkan segala barang milik Sella.
"apa yang kau lakukan,, NADIRA BERHENTI!!" pekik tuan Arlo dengan emosi yang memuncak.
"kau tanya apa yang aku lakukan?? anda belum rabun kan? anda tidak lihat aku sedang mengobrak abrik isi lemari ini Tuan Arlo Fernandez?" Alena tak kalah tegas, dia tidak peduli dengan pandangan gelap yang Tuan Arlo tunjukan sekarang.
"kenapa?? kenapa kamu membuang pakaian adikmu begitu saja??"
"serius kau bertanya seperti itu?? menurutmu kenapa aku membuang pakaiannya?? aku membuangnya karena pakaian ini tidak pantas berada disini,, ini kamar saya, kamar milik Nadira Fernandez jika anda lupa,, kau masih waras bertanya demikian??" jawab Alena dengan nada sinis, dia juga membalas tatapan tajam Tuan Arlo,, tidak ada raut ketakutan seperti sebelumnya, tidak ada lagi Nadira yang setiap hari merengek minta perhatian darinya, semuanya seolah hilang di ganti dengan Nadira yang pembangkang dan keras kepala.
"Nadira, mengalah sedikit apa nggak bisa? Sella menyukai kamar ini makanya dia meminta izinku untuk menempati kamar ini,, kamu bisa kan menempati kamar sebelah?"
sedikit lembut, Tuan Arlo merendahkan sedikit nada suaranya.
"mengalah?? apa belum cukup aku mengalah selama ini?? belum cukup Sella mengingini yang seharusnya jadi milikku,, kau tidak ingat, bahkan semua pakaian yang aku punya jika Sella menyukainya maka kau memintaku untuk memberikan padanya,, kau lupa bahkan mobil yang di beli oleh KAKEKKU bukan dari uangmu karena kau memang tidak pernah memberi ku uang, saat itu Sella menginginkannya dan aku dengan rela memberi mobil itu padanya,, kau tidak lupa kan?? sekarang kau memintaku untuk mengalah lagi? "
perdebatan yang sangat menguras emosi sebenarnya, tapi Nadira sangat menyukai wajah masam ibu tiri dan adiknya saat dengan lantang Nadira menjawab setiap perkataan sang ayah. mereka jelas saja heran,, selama ini untuk sekedar berbicara tinggi satu kata saja Nadira tidak berani melakukannya,, Nadira bahkan menuruti semua kemauan ayahnya karena berpikir semoga dengan itu Nadira akan mendapat kasih sayang sang ayah tapi itu hanya sia sia.
"sekarang aku tanya padamu TUAN, pernahkah kau berpikir bahwa mungkin saja aku tidak rela memberikan semua itu? enggak kan!! hanya karena kamu aku memberikan itu, tapi untuk kali ini aku sudah tidak peduli,, yang jelas kamar ini selamanya akan tetap milikku, silahkan Sella kemasi barang murahanmu ini!!" Alena selesai,, dia berlalu dari sana meninggalkan ketiganya. dapat Alena lihat Sella sudah menangis sementara nyonya Melisa mengepalkan tangannya.
Sella menangis sesenggukan, berharap sang ayah kembali bertindak seperti sebagaimana sebelumnya.
"deddy,, tapi sella sudah nyaman di kamar ini hiks" Melisa mengusap lembut rambut sang putri yang kini sedang menangis di dalam pelukannya.
"Sella, untuk sementara kamu balik ke kamarmu yang dulu ya" Tuan Arlo membujuk putrinya dengan lembut, mendengar itu Melisa yang sedari tadi diam membuka suara tak terima.
"mass,, kamu menuruti anak itu??? Sella menyukai kamar ini kamu mengerti nggak sih, dan Sella juga udah lumayan lama loh menempati kamar ini, masa harus pindah lagi??" untuk pertama kalinya Melisa lumayan meninggikan suaranya pada sang suami, dia tidak terima, kenapa juga harus menuruti kemauan si Nadira itu.
"terus mau bagaimana lagi? ini memang kamar milik Nadira dan kita tidak bisa menyangkal itu, jadi sekarang Sella yang pindah ke kamar sebelumnya,, Sella kali ini saja deddy memohon pengertianmu hmm!!"
tidak ingin menghilangkan rasa percaya dari sang ayah, dengan berat hati Sella mengalah, dia mengemasi semua pakaiannya di kamar itu untuk di pindahkan ke kamar yang dulu memang dia tempati.
Alena kembali dengan seorang tukang kebun mengikutinya dari belakang dan membawa Cat di tangannya.sampai di kamar dia masih melihat Sella yang tengah mengemasi sisa barangnya. Alena hanya meliriknya sekilas lalu kembali berbicara pada tukang kebun itu.
"pak, ganti warna cat nya ya,, semuanya pakai warna putih, warna merah muda ini membuatku sakit mata!!" perintah Alena pada pria tua itu, dan dia mengangguk mata.
"kak kamu serius mau menganti Cat kamarnya?? bukankah kakak suka warna pink??" Sella melongo mendengar perkataan Nadira barusan, siapa yang nggak tahu bahwa selama ini Nadira hanya menyukai warna pink dan sekarang mau menganti Cat kamarnya begitu saja, tentu saja ini membuatnya sangat kaget bukan main.
"tentu saja,, tentang pertanyaan 'bukankah kau sangat menyukai warna pink?? sangat, tapi itu dulu dan sekarang aku tidak menyukai warna itu,, rasanya sangat norak,, oh iya kalau kau mau pakai bajuku ambil saja, aku sudah tak membutuhkannya lagi!!" jawab Alena tanpa melihat ke arah lawan bicara, dia hanya fokus melihat tukang kebun yang kini memulai cat nya.
"pak aku pergi sebentar,, saat pulang nanti semoga Cat nya sudah ya!"
"baik nona" Alena meninggalkan tukang kebun tersebut, tanpa mempedulikan Sella yang memandangnya penasaran Nadira pergi begitu saja.
______