Janetta, gadis empat puluh tahun, berkarier sebagai auditor di lembaga pemerintahan. Bertahan tetap single hingga usia empat puluh karena ditinggalkan kekasihnya yang ditentang oleh orang tua Janetta. Pekerjaan yang membawanya mengelilingi Indonesia, sehingga tanpa diduga bertemu kembali dengan mantah kekasihnya yang sudah duda dua kali dan memiliki anak. Pertemuan yang kemudian berlanjut menghadirkan banyak peristiwa tidak menyenangkan bagi Janetta. Mungkinkah cintanya akan bersemi kembali atau rekan kerja yang telah lama menginginkan Janetta yang menjadi pemilik hati Janetta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arneetha.Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
"Sudah lama ?”tanyaku.
"Tidak juga. Mungkin karena terlalu excited bertemu kamu, jadi aku secepat mungkin sampai disini,”katanya dengan senyum lebar. Senyum manis yang berhiaskan jenggot dan janggut yang membuatnya kehilatan pria sekali. Dadaku berdesir hangat melihat senyumnya.
“Harusnya aku jemput kamu saja di kost, atau kamu takut aku tahu kamu tinggal dimana?”tanyanya sambil menghisap kretek di tangan kanannya.
“Ah, tidak juga, kenapa harus takut. Malah kalau ada apa-apa sama aku, kan kamu bisa segera datang,”jawabku menggoda dan akhirnya membuat aku malu sendiri. Ya ampun, Janetta, koq malah dipancing-pancing sih.
“Tentu saja, dimana alamatmu?”tanyanya antusias.
“Amber City Kost, di Jalan Merkuri Nomor 13,”jawabku.
“Apa, Amber City? Aku juga tinggal disitu lho. Ya ampun, kita nggak pernah ketemu ya, aku di lantai tiga, kamu di lantai berapa?”
“Hah, serius An? Aku di lantai dua. Ah, aku nggak nyangka, apa aku pindah kost aja?”aku kaget luar biasa dan jantungku makin kencang degupannya.
“Hahahaha, kenapa? Kamu takut aku malam-malam nyamperin kamu ke kamar minta dimasakin mie instan ?”tanyanya dengan tawa yang sumringah.
Apa dia bahagia berada di tempat yang sama denganku. Karena tidak kupungkiri, ada kupu-kupu beterbangan di hatiku mendengar dia begitu dekat denganku. Ahh, aku semakin takut cinta lama ini bersemi kembali. Please, Janetta, sadarlah.
Kami terdiam beberapa saat, aku sibuk makan dan menyeruput minuman, dia sibuk menghisap kretek dan sesekali mencicipi makanan dihadapannya. Kami sama-sama gugup layaknya ABG yang baru jatuh cinta. Begitu kretek di tangannya habis jadi abu, Antonio akhirnya menceritakan kisahnya.
“Neta, aku mau cerita sama kamu tentang hidupku sejak kita berpisah. Tapi sebelumnya aku sungguh minta maaf sama kamu, karena rasa kecewa akibat penolakanmu dulu membuatku pergi dan memilih perempuan lain. Mungkin kamu tidak peduli dengan kisahku ini, tapi aku merasa semua peristiwa menyakitkan dalam hidupku adalah karena dosaku pergi darimu. Padahal aku sangat mencintaimu dan aku tahu kamu pun dulu begitu. Setahun setelah kita putus aku memutuskan menikah dengan Angel, adik kelasku di kampus yang sudah lama berusaha mendekati aku, bahkan saat kita masih berpacaran, dia suka mengirimi aku makanan dan hadiah, yang tentu saja kuabaikan. Aku menikahinya karena aku tidak bisa melupakanmu."
"Kupikir dengan ikatan yang sah dengan orang lain, aku bisa pelan-pelan membunuh rasa cintaku padamu. Aku menjalani hidupku bersama Angel dengan dasar kewajiban dan tanggung jawab. Dia selalu baik meski aku tidak bisa maksimal mencurahkan rasa sayangku padanya. Aku tetap menyimpan rasa cinta dan bersalahku padamu. Apalagi aku dengar, kamu selalu menutup diri terhadap orang lain. Angel merindukan kehadiran anak yang mungkin bisa jadi pengikat kasih sayang diantara kami. Demikian juga aku merindukan anak sebagai curahan kasih sayang agar aku bisa melupakanmu. Namun yang kami harapkan tidak kunjung tiba, kami berobat kemana-mana, medis dan non medis tapi tidak berhasil. Aku semakin terpuruk akan rasa bersalah kepadamu dan ingin meminta maaf kepadamu. Mungkin maaf darimu bisa membuka peluang bagi kami untuk memiliki keturunan. Tapi aku dengar dari teman-temanmu, kalau kamu sudah tidak bertugas di Manado lagi dan tidak ada yang tahu atau mungkin mereka tidak mau memberitahu keberadaanmu padaku."
"Di saat rumah tangga kami mulai retak, Angel yang mengganggap aku tidak berusaha maksimal, aku yang kecewa pada diri sendiri karena kondisikulah kami tidak bisa punya anak, belum lagi rasa bersalah yang semakin dalam padamu, di saat itu aku dipindahkan ke Medan. Di Medan ini, untuk menghilangkan stress, aku pergi ke klub dengan teman-teman, termasuk Merry. Dia teman sekantor tetapi beda divisi. Dalam kondisi mabuk, aku sebagai lelaki yang sedang putus asa dan kondisi jauh dari istri, tidak bisa menahan diri, dan terjadilah begitu saja. Awalnya kami sepakat melupakan hal itu, karena sama-sama dalam kondisi tidak sadar. Namun tiga bulan kemudian, dia meminta pertanggungjawabanku karena dia hamil akibat perbuatan kami malam itu. Awalnya aku kaget dan rasanya tidak mungkin mengingat kondisiku, namun Merry bersikukuh kalau dia hanya berhubungan denganku, bahkan dia mencari kontak Angel dan menghubunginya untuk mengatakan kalau dia mengandung anakku. Angel benar-benar kecewa kepadaku, dia menceraikan aku tanpa pernah mau bertemu dan mendengar penjelasanku. Aku meminta maaf melalui orangtuanya. Yah begitulah ceritanya, pria yang dihadapanmu ini sudah duda dua kali, sementara kamu masih menutup diri begini. Tolong maafkan aku, Neta. Aku bersedia melakukan apa saja untuk menebus dosaku padamu.”
Antonio menutup ceritanya. Aku diam dan tergugu, tanpa terasa air mataku menetes. Antonio mengambil tisu dan menyeka air mataku dengan penuh rasa sayang. Akhirnya pertahananku runtuh, aku menangis terisak. Antonio pindah duduk disampingku, menarik kepalaku dan membelai rambutku. Kubenamkan kepalaku kedadanya dan menangis terisak. Sampai akhirnya aku tenang baru Antonio kembali duduk dihadapanku.
“Sungguh aku tidak pernah mengutukmu atau berharap kamu tidak bahagia, An. Tidak pernah sekalipun aku menyangka kalau kamu akan menjalani kehidupan yang begitu rumit. Aku memang menutup diri karena aku tidak tahu harus bagaimana memulai dengan orang lain. Satu-satunya situasi yang membuatku merasa menderita adalah hubunganku dengan orangtuaku yang tak kunjung baik. Selebihnya aku menjalani hidup dengan baik. Memang orang-orang di sekitarku mencibirku sebagai perawan tua, gagal move on, tapi aku tidak peduli. Aku merasa cukup dengan yang aku punya sekarang. Aku sehat, aku punya pekerjaan, aku punya uang dan aku bisa melakukan apa saja yang aku mau. Sungguh kamu tidak perlu merasa bersalah seperti itu padaku. Rasa bersalahmu justru membuatku semakin ingin memelukmu. Peluk aku, An” ucapanku membuat Antonio bangkit dan memelukku. Ia pun menangis. Untung saja posisi meja kami adalah posisi terluar dari café ini, jadi tidak menjadi bahan perhatian orang lain.