berkali-kali tertipu, sehingga membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut,
karena sering kali kena tipu,Aya dan Jaka pun memulai bisnis mereka hingga akhirnya mereka pun bisa membedakan mana penipu dan mana orang yang benar-benar tulus,
mari baca novel pertama aku,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tabungan Aya
Waktu pun terus berjalan, Aya sudah mulai mahir membuat bakso otodidak nya,
satu tahun kemudian,,,,
"Ayah, seperti nya uang modal milik Ali dikembalikan saja."
Ujar Aya yang berbicara pada Jaka.
"Apa!!!, kamu tidak bercanda kan Aya?."
Tidak ayah, Uangnya sudah aku siapkan."
jawab Aya kembali.
tidak ada tempat lain untuk menabung, Atm pun sudah tidak ada lagi yang aktif, sehingga Aya menggunakan baju-baju nya untuk dijadikan tabungan.
"Sepertinya sudah cukup kalau aku hitung dengan perkiraan, tapi sebaiknya kita coba hitung manual."
Ujar Aya yang langsung membongkar baju-baju yang sudah tidak dia pakai.
"Ngapain juga kamu bongkar baju bekas pemberian orang Aya?."
Tanya Jaka yang bingung melihat kelakuan Aya.
Dengan tersenyum, Aya pun langsung membuka satu persatu uang yang ada dikantong baju bekas nya.
"Astaghfirullah,,,, subhanallah Aya,,,".
Ujar Jaka yang kaget saat melihat uang recehan yang begitu banyak nya keluar dari kantong baju bekas Aya.
"Seratus, dua ratus, tiga ratus,,,,"
Aya dan Jaka memulai menghitung uang recehan lima ribuan.
"Ini dua juta Aya, terus sisanya masih ada banyak Aya, kenapa kemarin waktu saudara aku pinjam, kamu tidak kasih Aya?."
Ujar Jaka yang bertanya pada Aya, mengenai saudara nya yang datang meminjam uang pada Aya, hanya saja Aya bilang jika dirinya tidak punya uang.
"Kalau terus memberi tahu kan uang pada saudara kamu, yang ada, aku tidak akan bisa membayar hutang ku, dan tidak bisa memberi makan yang cukup untuk anak-anak ku."
Jawab Aya yang masih menghitung uang yang berantakan di atas karpet tidur nya.
"Tapi kamu berbohong Aya?, memang kamu mau jika kamu susah, tidak ada yang mau menolong kamu?."
Ujar Jaka yang menasehati Aya.
"Apa kamu bilang, menolong aku, sejak kapan mereka mau menolong kita yah?, ingat!!, aku masih sakit hati dari awal kita nikah, sampai aku dirawat di rumah sakit."
Jawab Aya yang ternyata masih mengingat kejadian itu.
"Aya, belajar lah untuk lebih dewasa, jangan seperti ini, aku tidak suka."
Ujar Jaka yang marah karena Aya berbohong.
"Aku berbohong demi kebaikan kita bersama, aku tidak ada niat sedikitpun untuk berselingkuh uang dengan kamu."
Jawab Aya yang juga kesal dengan sikap Jaka yang terlalu baik.
"Aku tidak suka dengan sifat bohong kamu, aku tidak pernah mengajarkan kamu untuk berbohong."
Ujar Jaka yang tetap menyalahkan Aya.
"Aku lakukan ini demi kita, apa kamu mau hidup kita terus begini, siapa yang peduli sekarang saat kita tidak bisa makan, mereka hanya menertawakan apa yang kita lakukan."
Ujar Aya yang semakin marah pada Jaka.
"Terserah kamu Aya, aku tidak mau tau lagi, kalau kamu susah, cari lah bantuan sendiri."
Ujar Jaka yang terlihat sangat kesal dengan sikap Aya.
"Terserah kamu ayah, kamu mau bilang aku selingkuh uang, atau pelit sekali pun, aku tidak peduli."
Jawab Aya yang masih menghitung uang yang dikumpulkan nya selama satu tahun.
"Baru dibuat senang sedikit, kamu sudah lupa dengan orang lain."
Ujar Jaka yang masih melanjutkan perdebatan mereka berdua.
"Mereka yang buat aku susah Jaka, seharusnya kamu sadar, disaat kita terpuruk, siapa yang membantu kita, keluarga mu?, kelurga ku?, bukan Jaka!!!, tapi orang lain."
Ujar Aya yang semakin marah pada Jaka.
"Terserah kamu saja Aya!!."
Jawab Jaka yang mulai sedikit tenang hati nya.
"Ingat jaka, kita menikah seperti apa, kita dirumah sakit seperti apa?, aku hampir mati saja, mereka tidak ada yang peduli satu pun."
Jawab Aya yang mengungkit masa lalu nya yang sangat menyakitkan.
"Kamu pendendam Aya, belajar lah untuk ikhlas, kamu sendiri masih egois seperti ini."
Ujar Jaka yang sedikit merendahkan nada bicara nya.
"Sepeser pun mereka tidak ada yang membantu ku saat kita menikah, kita hanya berdua Jaka, ingat jika bukan aku, seharusnya kamu yang bisa bersikap bijak dalam bertindak."
Ujar Aya yang semakin kesal dengan sikap Jaka.
Jaka pun terlihat berpikir sejenak, mengingat kembali kejadian demi kejadian yang telah mereka berdua alami.
"ingat ayah, saat kita dirumah sakit, dalam keadaan sekarat, kamu berusaha mencari pinjaman sana sini, dan aku juga yang sekarat,
Tidak ada satupun keluarga mu yang datang untuk menjenguk ku."
Ujar Aya yang menangis saat itu juga.
"Jika kamu bilang aku dendam, bukan itu dendam Jaka, aku hanya sakit hati, tapi ingat, aku pasti membantu jika memang mereka benar-benar harus dibantu, jika hanya untuk gaya hidup, aku tidak mau ayah."
Ujar Aya kembali, yang mengingat gaya hidup keluarga Jaka yang tinggi.
"Aku minta maaf jika aku salah Aya, aku tidak bermaksud untuk membuat kamu menangis."
Ujar Jaka yang langsung memeluk tubuh Aya.
" Aku tidak pelit, aku pun tidak menyimpan dendam dengan keluarga kamu, aku juga punya keluarga, tapi kamu tau keadaan keluarga ku seperti apa."
Jawab Aya yang menangis di pelukan Jaka.
"Sekarang semua nya terserah kamu saja, lagi pula, aku juga tidak bekerja, mau jadi gojek tidak ada ponsel dan motor, aku bisa apa?, aku hanya bisa menumpang di warung yang kamu kelola."
Ujar Jaka yang dibuat sadar oleh Aya.
"Ayah, disaat ayah kamu dirumah sakit, aku juga yang turun dan melunasi semua pembayaran, sedang kan keluarga mu yang banyak itu justru ribut dan saling menyalahkan satu sama lain, tapi dari situ saja, apa ayah mu melihat kebaikan kamu?."
Ujar Aya yang melihat wajah Jaka.
"Iya, aku tahu apa yang kamu maksud."
Jawab Jaka kembali pada Aya.
"Bukan terima kasih yang mereka katakan, justru menyalahkan kamu yang terlalu mengalah pada ku, padahal jika dipikir logika,
sedikit pun aku tidak pernah mengekang kamu."
Ucap Aya yang sedikit berbicara banyak pada Jaka.
"Aku tau Aya, aku mengerti, aku hanya salah paham, aku terlalu memikirkan mereka dan terus mengorbankan keluarga kecil ku sendiri."
Jawab Jaka yang akhirnya meneteskan air mata nya yang dari tadi dia tahan.
"Aku tidak melarang kamu untuk berbagi, aku tidak pernah melarang kamu untuk pulang, justru aku ingin pulang ayah?."
Ujar Aya yang memendam perasaan nya yang ingin pulang ke tanah kelahiran nya.
"Sabar, nanti kita akan pulang ke Jawa, kita bisa bertemu dengan keluarga kamu disana."
Ujar Jaka yang mencoba untuk menghibur Aya.
"Iya, aku pasti berusaha untuk bersabar, dan sebaiknya kamu kembali kan uang modal pak Ali."
Jawab Aya yang langsung menyuruh Jaka untuk pergi ke kantor Ali.
Akhirnya, Jaka pun langsung pergi ke kantor Ali, dengan senang hati, Jaka pergi membawa uang tabungan Aya.
Akhirnya, uang modal om Ali bisa dikembalikan, kini Aya bisa berusaha dengan modal uang sendiri.
bagaimana kelanjutan kisah Aya dan Jaka,
kita akan lanjutkan di bab berikutnya, terima kasih untuk para pembaca setia ku.