Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 5
POV'S DEVAN
~Aku tak tahu apa rasaku untuknya. Aku tak pernah menerima jika ada yang juga menyukainya.~ Devano Bramantyo.
Devan berlari menuju lorong rumah sakit yang letaknya cukup jauh dari kota yang ia tinggali. Devan dapat langsung ke ruang UGD, karena di lobby rumah sakit ia telah diberitahukan di mana istrinya berada.
Tampak beberapa petugas berpakaian seragam tengah menunggu di luar ruangan.
"Permisi ... apa benar wanita bernama Aira dirawat di sini?" Tanya Devan cemas.
"Anda?" Tanya salah seorang petugas polisi.
"Oh ... saya Devan. Devano Bramantyo suami dari Aira," jawab Devan dengan lugas.
"Ah ... baiklah Pak. Sepertinya Anda, harus mendatangi dokter dulu di ruangan pojok itu, untuk menanyakan keadaan korban," ujar polisi tadi sambil menunjuk sebuah ruangan yang tak jauh dari ruang UGD.
Tok tok tok!
Devan mengetuk pintu. Ada suara pria menyuruh masuk. Devan segera memutar knop pintu dan langsung masuk ruangan.
"Selamat malam, Dok. Saya Devano Bramantyo. Istri saya adalah korban kecelakaan yang anda tangani," ujar Devan menjelaskan dirinya.
Ia sedikit tidak suka setelah mengetahui jika dokter yang menangani istrinya ternyata tampan. Matanya menyorot tajam pada paras dokter di hadapannya itu. Membuat dokter Rendra salah tingkah dibuatnya.
"B-begini Pak. Istri Anda sangat lemah, dia kekurangan darah. Entah kenapa seperti itu kami masih belum.memastikan penyebabnya. Beruntung darah yang ia miliki cukup umum. Makanya kami tidak kesulitan untuk mendapatkan donor darah. Oh ya, istri anda juga menderita gizi buruk serta dehidrasi. Pasien juga mengalami shock traumatik yang cukup parah. Mungkin saja akibat benturan yang cukup kuat. Untuk lebih jelas kronologi kejadian, Bapak bisa bertanya pada polisi yang berjaga di depan," ujar dokter Rendra panjang lebar.
"Lalu kapan saya bisa membawanya pulang?" Tanya Devan masih dengan tatapan dingin.
Dokter Rendra menelan saliva kasar. Baru kali ini dia seperti diintrogasi oleh seorang suami. Seakan-akan ia telah berlaku serong pada istri pria tersebut dan ketahuan.
"K-kami tidak tahu pasti, pasien bisa dibawa pulang dalam waktu dekat. Untuk sementara kami belum memindahkan ke ruang perawatan karena pasien dalam pengawasan kami,"
"Baik. Kerjakan tugasmu. Tapi saya minta ruangan VVIP. Agar istri saya merasa nyaman!" Ujar Devan datar dan tetap dengan tatapan dinginnya.
Dokter Rendra mengangguk. Keningnya berkeringat menahan sikap intimidasi Devan. Ia benar-benar salah tingkah menghadapi pria gagah dan tampan di depannya.
Devan berdiri dan meninggalkan dokter Rendra yang masih menetralkan degub jantungnya. Setelah menutup pintu. Devan berjalan menuju ruang UGD. Para perawat nampak langsung mengerjakan apa yang telah Devan perintahkan pada dokter Rendra tadi.
Aira dipindahkan keruang VVIP. Peralatan yang lengkap dan perhatian ekstra didapat secara eksklusif untuk Aira. Devan tampak berbincang pada seorang perwira polisi.
"Korban baru turun dari angkot dan menuju halte. Tampaknya ia agak sedikit bingung ketika baru turun. Menurut saksi mata. Korban berada seorang diri tengah berdiri di halte tersebut. Tiba-tiba bus yang tengah ugal-ugalan membanting stir menghindari motor yang menyalip. Karena tidak bisa mengendalikan laju bus. Bus itu menerobos halte di mana korban berdiri," jelas polisi tersebut.
"Korban terpental setengah meter dan tubuhnya menabrak dinding pagar warga. Tidak ada luka-luka yang berarti di luar tubuh korban. Hanya memar di pipi sebelah kanannya dan punggung, juga beberapa lecet di tangan dan kakinya. Jika dilihat dari kondisi TKP kami rasa korban tewas. Tapi, Tuhan masih menyelamatkannya. Seperti ada yang menariknya jauh kebelakang. Walau korban harus menabrak tembok dengan kencangnya,," jelas polisi panjang lebar.
Devan mengangguk. Polisi bertanya perkara kasus itu. Apa diteruskan melalui jalur hukum atau damai. Devan memilih jalur hukum. Karena ia tidak mau ada yang terluka lagi selain Aira.
Baru beberapa menit para petugas kepolisian pergi. Devan didatangi tiga orang berpakaian rapi.
"Maaf Pak, apa benar Anda suami dari korban?" Tanya salah satu pria berkemeja biru tua bercelana jeans.
Bersambung.
Eh ... Siapa yang yang datangi Devan?
Eh itu Devan kok nggak terima dokter yang nangani Aira cukup tampan? Cis ... Si Devan.
Crazy up nih... Terus komen dan like biar aku semangatz... 😂😂😂 Thanks
alurnya bagus,cm terlalu banyak flashbacknya