Di saat membutuhkan uang tambahan, Roro yang bekerja sebagai perawat mendapat tawaran pekerjaan untuk mengasuh anak yang menderita kanker darah.
Tidak disangka anak itu adalah anak direktur rumah sakit tempat Roro bekerja.
"Ternyata pak direktur adalah duda!" seru Roro.
Direktur sekaligus dokter bedah itu tidak pernah dikabarkan sudah menikah, lantas bagaimana sudah menjadi seorang duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Komplikasi Duda
Emosi yang sebelumnya menggebu-gebu di hati Armon langsung mereda ketika Roro dengan berani menyentuh rambutnya.
Seolah gadis itu berkata semua akan baik-baik saja walaupun Armon tahu kalau Roro suka bertindak secara impulsif seperti itu tanpa sadar.
"Astaga... Astaga..." Roro langsung memundurkan badannya karena sadar sudah bertindak lancang menyentuh rambut majikannya tanpa permisi.
"Bagaimana ini Vincent? Apa aku akan dipecat? Aku hanya ingin tuan Armon terlihat tampan seperti biasanya!"
Roro jadi panik sendiri dan hal itu justru membuat Armon menarik garis bibirnya. Lelaki itu tidak berkata apapun tapi langsung masuk ke dalam untuk membersihkan diri.
"Apa itu artinya tuan Armon marah?" Roro masih ingin konfirmasi pada kepala pelayan.
"Persiapkan saja acara kempingnya!" balas Vincent. Dia memilih menyusul Armon daripada menanggapi Roro.
Sepertinya memang telah terjadi sesuatu, Vincent akan bertanya pada tuannya, walaupun posisinya hanya kepala pelayan tapi Vincent adalah ayah pengganti bagi Armon karena sudah menemani lelaki itu dari kecil.
Sementara Roro masih bingung sendiri karena takut dipecat, dia berusaha menenangkan diri dan kembali menyiapkan acara kemping.
"Nona, tuan Armon sudah datang. Ayo kita nyalakan api unggunnya," ucap Roro yang mendatangi Chila di tenda mereka.
"Benarkah?" Chila tampak kesenangan.
Wajah yang sebelumnya selalu tertunduk karena mengira Armon yang tidak datang, kini menjadi sumringah dan berseri-seri.
"Ayo!" seru Chila.
Anak itu mulai menerima kehadiran Roro di hidupnya.
Mereka berdua menyalakan api unggun kemudian memanggang daging barberque bersama, hal itu tidak pernah Chila lakukan sebelumnya jadi anak itu sangat antusias sekali.
"Biasanya semua orang selalu melarangku melakukan ini dan itu," ungkap Chila seraya membalik daging yang dia panggang dengan tangan kecilnya.
"Tidak apa-apa melakukan hal baru asal itu tidak berbahaya dan tentunya di bawah pengawasan ketat dariku," balas Roro yang ekstra hati-hati menjaga Chila.
"Kalau Nona muda sembuh, kita bisa melakukan banyak hal lagi!"
Chila hanya terdiam tidak menjawab, dia sebenarnya ragu akan penyakit yang dideritanya. Dia rasanya sudah lelah dengan rangkaian pengobatan yang dijalani.
"Masih banyak makanan enak yang belum dicoba, masih banyak tempat indah yang belum dikunjungi, masih banyak orang baik yang belum ditemui, masih banyak kesempatan yang belum pernah dilakukan, dan masih ada juga diri sendiri yang harus disayang," lanjut Roro.
"Aku selalu menanamkan mindset itu di kepalaku, Nona! Hidupku juga tidak berjalan mulus, banyak batu terjal di setiap langkahnya tapi aku tidak pernah menyerah!"
"Tapi, suster tidak pernah ada di antara hidup dan mati, bukan?" Chila akhirnya membalas perkataan pengasuh barunya itu.
"Memang benar aku tidak pernah mempunyai penyakit mematikan tapi percayalah beberapa kali hidupku akan berakhir begitu saja dengan para rentenir, kalau disuruh memilih lebih baik aku mati dengan tumor ganas daripada harus mati menyedihkan di tangan mereka," ucap Roro dengan santainya.
"Ish, itu sangat tidak keren," tanggap Chila.
Sedetik kemudian mereka berdua tertawa dan hal itu dilihat Armon dari kejauhan.
Rasanya sudah lama sekali Armon tidak melihat Chila tertawa lepas seperti itu. Dia pun mendekat perlahan.
"Apa daddy mengganggu?" tegur Armon kemudian.
"Daddy..." panggil Chila seraya mengangkat daging yang dia panggang. "Lihatlah!"
Armon ikut duduk dan melihat Chila yang menyiapkan makanan.
"Tunggu, sebentar lagi dagingnya akan matang," tambah Chila.
Sementara Roro sendiri jadi tidak berani membuka suaranya, dia masih malu dengan kejadian sebelumnya apalagi sekarang Armon datang dengan pakaian casual dan santai.
Sepertinya mood lelaki itu sudah membaik jadi Roro harus menciptakan suasana kemping yang nyaman.
Dan memang Armon sudah lama sekali tidak menikmati waktu santainya.
"Sepertinya sudah matang, Nona," ucap Roro yang merasa dagingnya sudah layak dimakan. Dia hanya perlu menuang saos buatannya dan menambah beberapa garnis.
Setelah selesai, Roro meletakkan piring di meja lalu meminta Armon dan Chila makan bersama.
"Ini sudah lewat jam makan malam, pasti nona dan tuan sangat lapar," Roro mempersilahkan keduanya untuk makan.
"Saya akan memanggang daging lagi," lanjutnya.
Namun, siapa sangka kalau Armon akan menyentuh tangannya.
"Makanlah bersama kami, ide kemping ini kan dari suster," ucap Armon.
Demi apapun Roro jadi mengeluarkan keringat dingin.
"Astaga, kalau begini penyakitku akan semakin bertambah," batin Roro yang mengalami penyakit komplikasi duda.