(Warning !! Mohon jangan baca loncat-loncat soalnya berpengaruh sama retensi)
Livia Dwicakra menelan pil pahit dalam kehidupannya. Anak yang di kandungnya tidak di akui oleh suaminya dengan mudahnya suaminya menceraikannya dan menikah dengan kekasihnya.
"Ini anak mu Kennet."
"Wanita murahan beraninya kau berbohong pada ku." Kennte mencengkram kedua pipi Livia dengan kasar. Kennet melemparkan sebuah kertas yang menyatakan Kennet pria mandul. "Aku akan menceraikan mu dan menikahi Kalisa."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 27
Kennet mengekori Livia dan yang lainnya sampai ke mobil. Livia menggendong Khanza karena kaki Khanza terkilir saat bertengkar dengan ayahnya tadi.
"Livia." Sapa seorang wanita. Wanita itu melihat Khanza dan beralih pada kaki Khanza yang bengkak. "Bagaimana keadaan Khanza?" tanya wanita bernama Aira itu.
"Kakinya bengkak."
"Apa dia ayah si kembar?" tanya Aria. Tatapannya beralih pada pria bule yang tampan di belakang Livia. Para ibu-ibu sudah bergosip bahwa ayah si kembar adalah seorang bule tampan.
Livia terdiam, ia tidak tau harus mengiyakan atau tidak karena ia dan Kennet sudah bercerai.
Anita menyanggah, ia ingin menghilangkan kecanggungan di antara mereka. "Livia, sebaiknya cepat masuk dan obati kaki Khanza."
"Em, aku pergi dulu."
Livia menaruh Khanza ke kursi kemudian ia ikut masuk. Kennet dan Bernad hanya saling pandang, mereka pun mengendarai mobil tadi dan mengikuti Livia dan yang lainnya ke rumah Livia.
Sesampainya di rumah Livia, Kennet bermaksud untuk membantunya dengan membawa Khanza namun seorang anak laki-laki, anak pertamanya menghalanginya.
"Jangan mendekati adi ku." Caesar menahan tangan yang hendak terulur itu.
Erland merasa iba, ia merasa kasihan pada Kennet yang bahkan di benci oleh anaknya sendiri. "Caesar, Papa hanya ingin ..."
"Apapun alasannya aku tidak mau alasan itu. Dia sudah punya istri, selama dia punya istri aku membencinya. Dia menelantarkan aku dan ibu ku, sedangkan dia bersama dengan anaknya dan istrinya hidup tanpa kekurangan apa pun."
Kennet menunduk, air matanya mengalir. Ucapan Caesar begitu menyesakkan dadanya.
"Tuan muda ...."
"Kau siapa? Kau saudaranya atau kau anteknya?" Damian menatap Bernad.
Tubuh Bernad langsung merinding, anak dan ayah sama saja tatapannya membuatnya takut.
Maafkan saya Tuan, saya tidak bisa melakukan apa pun. Semangat tuan batin Bernad.
"Pergilah jangan datang lagi, dan untuk om Erland jika datang membawanya tidak perlu datang. Kalau tidak bersamanya boleh datang kesini," ucap Killian.
Si kembar lima melengos, Livia tak perlu mengatakan apa pun karena sudah di wakili oleh si kembar.
Livia membawa Khanza masuk ke dalam di ekori si kembar. Kennet memandangnya dengan air mata yang mengalir.
"Tuan sebaiknya besok kita kesini lagi," ucap Bernad.
"Anita katakan pada ku keadaan putri ku dan jika butuh sesuatu." Dia pun masuk ke dalam mobilnya untuk kembali ke rumah Anita.
Anita dan Erland masuk ke dalam rumah Livia. Dia duduk di tepi ranjang memandangi Khanza.
"Khanza, si kembar kenapa kalian tidak mau bersama dengan ayah kalian? Ayah kalian sangat menyayangi kalian." Anita menasehati. Siapa tau salah satu dari hati mereka tersentuh. "Dia datang kesini bolak balik dari Prancis ke Indonesia hanya untuk bertemu dengan kalian."
"Sudah lima tahun Tante, kami besar tanpa sosok ayah. Apa Tante masih ingin mengatakan begitu? Tante tanyakan saja pada Mama, apa Papa pernah menjenguk kita sampai sebesar?" Caesar merasa kesal pada Anita yang memaksa keinginannya.
"Tante dan Om seharusnya tau, Papa sudah memiliki anak."
"Papa kalian tidak memiliki anak." Sahut Erland dan itu memang benar adanya.
"Hanya karena tidak memiliki anak Kennet ingin mengakui mereka?" Livia menyanggah, dia baru saja datang dengan membawa baskom ingin mengompres kaki Khanza.
Erland tau jika Kennet memang bersalah. "Dia hanya salah paham pada mu karena penyakitknya."
"Dan dia membawa kekasih masa lalunya masuk dalam kehidupan rumah tangga ku bukan masalah?"
“Apa kalian membenarkan tindakan Kennet saat pria itu membawa wanita itu? Apa kalian tidak menanyakan perasaan ku?”
Anita dan Erland diam. Anita sangat kesal panta saja Livia dan anak-anaknya membenci Kennet. Kalau bukan karena sahabat Erland, ia bakalan tidak mau.
“Maaf, kami pergi dulu. Jika ada sesuatu, katakan pada kami Livia.”
Anita menarik lengan Erland keluar dari kamar Khanza. Si kembar tidak mengatakan apa pun mereka mengubah topik pembicaraan setelah Anita dan Erland pergi.
…
Kennet menunggu dengan wajah gelisah, ia berharap kaki Khanza cepat sembuh. Ingin sekali ia datang dan mengobatinya namun sepertinya kehadiran sama sekali tidak mendukung.
“Anita, Erland bagaimana keadaan mereka.”
Mengingat ucapan si kembar, Erland ingin mengambil jalan pintas. Ia takut mental si kembar bermasalah. “Sebaik kau menjauh dari kembar.”
“Apa? Menjauh?” Tanya Kennet tak percaya. Teman yang mendukungnya menyuruhnya menyerah. “Apa maksud mu aku harus menyerah?”
“Kennet kau tidak paham, kita mendahulukan mental anak-anak mu. Kita sudah berusaha sepertinya mereka sangat membenci mu.” Anita merasa kasihan jika si kembar di paksa untuk menerima Kennet. “Berilah mereka waktu.”
“Kau juga menyuruh ku menyerah, aku tidak akan menyerah. Aku akan tetap berusaha agar si kembar menerima ku.”
“Apa kau yakin si kembar akan tetap menerima mu? Mereka sudah tau bahwa kau memiliki istri sekalipun kau tidak mengatakannya atau menjawab pertanyaan mereka. Mereka membenci mu karena keegoisan mu. Kenapa kau membawa Kalisa yang pada saat itu kau masih bersuami dengan Livia? Dan bagaimana bisa seorang istri mengantarkan suaminya menikah lagi lalu menceraikannya? Kennet, kau memang pria bajingan.” Anita merasa muak dan kepala terasa pecah memikirkan Kennet.
Erland mengikuti Anita, dia juga merasa lelah karena Kennet tidak memberikan waktu.
....
Sepanjang malam Kennet memikirkan ucapan Anita dan Erland. Ini masih terlalu dini untuk menyerah. Ia akan berusaha lagi dan lagi. Dalam hidupnya tidak ada kamusnya menyerah, bahkan ia sampai mencapai seorang yang berpengaruh karena kerja kerasnya lalu kenapa ia harus menyerah, ia percaya usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Besok ia akan menjenguk Khanza dan memberikan hadiah.
drt
Kennet melihat ponselnya dan ternyata istrinya Kalisa menghubunginya. "Iya Kalisa."
"Kennet kapan kau akan pulang? Aku merindukan mu." Kalisa merasa kesepian, Kennet terlalu sering pergi ke luar kota tanpa dirinya.
"Maafkan aku, aku harus tinggal beberapa bulan lagi. Emm Kalisa, jika butuh sesuatu katakan pada Bernad saja. Aku masih ada masalah."
"Masalah? Masalah apa?" tanya Kalisa.
Kennet memijat pelipisnya, mulutnya keceplosan mengatakan jika ia ada masalah. "Bukan masalah apa-apa, masalah pekerjaan. Aku tidak mau mengganggu mu. Jaga dirimu baik-baik. Aku harus fokus dengan pekerjaan ku."
"Kau ada di mana? Biar aku yang mendatangi mu."
"Tidak perlu, aku baik-baik saja di sini. Ya sudah aku tutup ponselnya."
"Tunggu Kennet, bisakah satu minggu sekali kau menghubungi ku? Rasanya sangat sepi." Dia tidak ingin mengganggu Kennet. Jadi ia ingin membuat Kennet menghubunginya lebih dulu.
"Baiklah."
"I love you," ucap Kalisa.
Kennet memutuskan panggilannya. Dia menaruh ponselnya di atas nakas. "Bernad kita harus membeli hadiah."
"Tuan anda belum memberikan hadiah untuk si kembar dan nyonya Livia saat anda membelinya."
"Aku melupakannya, besok kita bawa ke rumah Livia." Ia berharap dengan beberapa hadiah dan kegigihannya, anak-anak mau menerimanya.