Niat baik salsa untuk membantu sang bos yang sedang hangover ternyata membawa petaka untuknya. bagaimana tidak, malam ini kesuciannya di rengut oleh Azka Aditama dengan paksa.
sementara Azka sendiri bingung, sudah hampir tiga puluh tahun dia tahu dirinya impoten, tapi malam ini, kamar apartemennya menjadi saksi bisu,bagaimana keperkasaan alatnya saat menggagahi gadis di bawah kungkungannya.
Azka-Salsa here
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenzo vs Azka
jika dulu Azka tidak berani mendekati Salsa lantaran berpikir tidak mungkin dia lakukan karena percuma saja sebab dia pria impoten, lain halnya dengan sekarang, pria itu dengan ugal ugalan menunjukan protektif dan keposesifannya pada Salsa walau hubungan mereka masih di gantung oleh wanita itu.
Ya, sudah hampir dua Minggu Azka berusaha keras berdekatan dengan Salsa, apalagi wanita itu sudah kembali kerja di kantornya karena paksaan pria tersebut yang tidak ingin jauh jauh dengan Salsa, tapi Salsa masih belum yakin dan menggantungkan status mereka.
Memang dia tidak menolak ataupun mengusir Azka sama seperti awal mulanya, bahkan dia pasrah saja saat Azka berlaku begitu posesif padanya.
Sama halnya pagi ini, Azka selalu datang menjemput Salsa pergi ke kantor. Tidak pernah lupa, dia juga tidak membiarkan Salsa pulang sendiri.
Suara ketukan pintu mengalihkan tiga manusia yang sedang bercengkrama di meja makan sederhana dalam kontrakan. Rara bangkit, membuka pintu.
tampaklah Azka dengan pakaian rapi berdiri tegak dan menyapa gadis itu dengan wajah datar seperti biasa.
"pagi banget kak.." sudah tidak lagi memanggil bapak seperti biasanya, Azka memang meminta mereka untuk memanggilnya kakak, lantaran jika di panggil bapak kesannya tua banget menurut Azka.
"boleh aku masuk?" tanyanya
Rara mempersilahkan pria itu masuk, duduk bahkan sarapan bersama mereka bertiga di meja. Kenzo hanya diam, sejauh ini dia masih belum akrab, atau lebih tepatnya dia masih enggan menyetujui hubungan Salsa dan Azka. Terlalu cepat menurutnya, terlalu cepat Salsa memaafkan pria brengsek di depannya itu.
"hanya nasi goreng, mau??" tanya Salsa lebih dulu.
Azka mengangguk, mau nasi goreng atau apapun jika sudah makan dengan wanita itu,enak enak saja menurut Azka.
Salsa menyiapkan pada piringnya, dia sudah menjelma seperti seorang istri benaran yang siap melayani suaminya di meja makan.
"segini cukup?" lagi, dia hanya mengangguk tanpa menjawab.
"seperti bicara dengan orang bisu!!" celetuk Kenzo yang sejak tadi hanya melihat. Dia berbicara dengan nada ketus, rasa tidak sukanya dia tampilkan secara terang terangan.
"Kenzo!!" Rara mengingatkan
"apasih, memang benar adanya kan? Orang kalau di tanya itu di jawab bukan hanya mengangguk seperti itu,, lagian seperti tidak punya uang untuk beli makan pagi saja,, harus banget ya makan di rumah orang terus!!" Seperi biasa, bibir Kenzo sangat lemas jika sudah berhadapan dengan Azka.
Walau di tatap dengan tajam oleh Azka, remaja itu tidak ada takut takutnya sama sekali. Aura mengintimidasi dari Azka tidak mempan untuk menakutinya.
sudah terlanjur tidak suka, sangat sangat tidak suka.
"kenapa om liatin gue kayak gitu? Sadar,iya??" lagi, jika tidak membuat keributan, rasanya sangat berkurang menurutnya.
"ckk, Kenzo, pergi ganti seragam sekarang!! Kamu tidak lupa hari ini masih sekolah kan??" tidak ingin memperpanjang masalah yang mungkin tidak akan ada habisnya, Salsa kini menjadi penengah. Dia menyuruh bocilnya itu untuk segera pergi ganti pakaian.
Menurut, satu kali di perintah oleh Salsa, bocah remaja itu berlalu ke kamar. tapi sebelum itu, dia melempar tatapan tajam pada Azka yang kini hanya tersenyum mengejek.
saat Kenzo sudah berada di kamar, Salsa menyuruh Azka untuk melanjutkan sarapannya.
"lanjut aja makannya, jangan dengarin Kenzo!!" wanita itu berdiam di kursi sebelah, memperhatikan Azka yang sedang asyik makan.
.
.
"kak, aku duluan ya.." Rara berdiri, meninggalkan dua orang itu di meja makan.
"kenapa adek kamu itu sepertinya sangat memusuhiku??" tak habis pikir lagi, Azka memang merasakan kebencian paling mendalam di hati Kenzo terhadapnya. Dua Minggu tidak cukup untuk Azka mengambil hati bocah remaja itu. salah satu alasan Salsa kenapa masih menggantungkan Azka ya karena dia tidak ingin Kenzo marah lebih jauh padanya juga.
Salsa ayang di tanya begitu hanya mengedikkan bahunya,
"lagian kamu juga nggak ada baik baiknya sama dia,, kalau dia musuhin begitu, setidaknya kamu merayu kek!!" komentar Salsa. Dari yang dia lihat, selama ini Azka memang tidak tertarik dengan hal begituan, bukan tipe pria itu untuk mendekatkan diri dengan bocah seperti Kenzo.
"bagaimana cara mengambil hatinya? Kalau nunggu dia nge-restuin baru kamu mau sama aku, terlalu lama!!" keluh Azka memijat pangkal hidungnya.
"udahlah, makan Aja, jangan di pikirkan lagi, pelan pelan!!" sahut Salsa begitu lembut. Azka hanya mengangguk, kemudian kembali makan.
Saat asyik makan, Kenzo yang sudah berpakaian rapi dengan seragam putih biru membalut tubuh tegapnya. Dia menghampiri Salsa di meja makan, meminta uang jajan sekalian pamit pada wanita itu.
"ini, aku aja yang kasih uang jajan.." Azka berinisiatif, membuka dompetnya hendak memberikan Kenzo uang jajan. Tapi dia membulatkan matanya kala tidak ada sepeser pun uang cas di dompetnya.
"kenapa diam? Tidak ada uang ya om?? Pantas aja datang makan di rumah orang, ternyata kere!! Ngakunya aja bos besar!!" seperti biasa, jika di beri bahan, Kenzo tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk kembali menyindir pria di depannya.
"kamu boleh pakai ini!!" Azka memberikan satu karu debit tanpa limit di depan Kenzo. Sedikit menyombongkan diri, dia ingin membungkam mulut bocah itu.
Kenzo hanya melirik sekilas, kemudian beralih menatap Salsa.
"kak, uang jajan Kenzo dong.." sangat jauh berbeda cara dia berbicara pada Azka dan pada Salsa. Begitu lembut tutur katanya saat meminta uang pada Salsa, hal itu berhasil membuat Azka berdecak pelan.
"pakai kartu ini saja, PINnya 1111!!" lagi, Azka berusaha walau dalam hati ingin sekali dia mencincang bocah itu.
"om bodoh atau apa?? Mana bisa belanja pakai kartu di kantin!!" bentak Kenzo kemudian.
"stop, Kenzo bisa sopan sedikit nggak??" Salsa mulai menceramahinya, bocah itu hanya mengangguk, kembali menyilangkan tangannya di depan Salsa.
"nih, segitu cukup ya!!" dua lembar uang seratus dia serahkan pada bocah itu. Mengangguk dengan senang hati, sebelum berlalu, tak lupa Kenzo mencium pipi kakaknya, lalu pamit keluar.
"makasih kak.." ujarnya kemudian berlalu.
Tinggalah Azka dan Salsa kembali, pria itu mengambil tisu, mendekatkan diri pada Salsa,kemudian menghapus jejak ciuman Kenzo dari pipi wanita itu.
"kenapa pakai cium segala!!" kesal Azka tak terima lantaran wanitanya di cium oleh musuh bebuyutannya itu.
"nggak terima juga?? Kenapa kalian berdua nggak duel aja??" kesal salsa pada akhirnya.
"ide bagus tuh,, aku ajak Kenzo duel, yang menang berkuasa dan yang kalah harus mengalah, mengikuti semua kemauan dari dia yang menang,, baik juga!!" Azka mengangguk angguk tak jelas, kemudian tersenyum tipis.
"bagaimana menurutmu Sa?" tanyanya
"tentang ngajak Kenzo duel??"
"hmm"
"coba saja,, kalau hal itu sampai terjadi maka jangan harap aku akan berbaikan denganmu!! Ketus Salsa, wanita itu berdiri pergi menuju kamarnya, meninggalkan Azka yang hanya duduk seorang diri di meja.
"apa aku salah bicara??" gumannya memikirkan lagi. Tentu saja salah, mana ada bocah bau kencur harus melawan om om sepertinya, yang jelas dia yang menang lah, kecuali kalau Kenzo cerdik dan mengerjainya.
Azka bangkit, dia berjalan menuju sofa di ruang tamu, menunggu Salsa yang mungkin sedang bersiap siap sekarang. Sesekali dia melihat ponsel, melihat beberapa email dari perusahaan yang terus masuk akhir akhir ini.
hingga tak berapa lama, Salsa sudah selesai dan mendekatinya. Mereka berdua keluar, pergi menuju mobil dan segera ke kantor
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...