NovelToon NovelToon
Happy Story

Happy Story

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Murni
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Riska Darmelia

Karya ini berisi kumpulan cerpenku yang bertema dewasa, tapi bukan tentang konten sensitif. Hanya temanya yang dewasa. Kata 'Happy' pada judul bisa berarti beragam dalam pengartian. Bisa satir, ironis mau pun benar-benar happy ending. Yah, aku hanya berharap kalian akan menikmatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riska Darmelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saat Pacarku Jatuh Cinta.

“Aku punya gadis lain yang kusuka. Maaf, kita kayaknya harus putus, Put.”

Aku kaget sampai ternganga. Rasanya seperti dijatuhi gas air mata. Air mataku jatuh bergulir di pipi dan aku bisa merasakan kesedihan sampai ke dalam hati. “Sejak kapan?”tanyaku pada Vicki tanpa menyembunyikan suara penuh kesedihan yang menunjukkan seberapa hancur hatiku.

“Sejak aku ngerasa dia jauh lebih menyenangkan dari gadis cengeng kayak kamu,” katanya, terdengar tidak berperasaan.

Aku ingin sekali menampar mulut kurang ajarnya, tapi tanganku gemetar dan terasa lemah. Karena itu aku memilih untuk pergi. Ya, aku meninggalkannya di bangku taman kota dan berlari seperti pengecut.

Aku yang di sakiti tapi malah aku yang merasa bersalah. Tapi rasanya sedikit wajar Vicki meninggalkanku karena akhir-akhir ini aku menelantarkan pacarku demi tugas sekolah dan kesibukan di OSIS. Aku merasa aku jahat karena selama berminggu-minggu menolak bertemu dengannya karena sibuk. Gadis yang pacarku bicarakan pasti menyediakan banyak waktu untuknya sampai ia rela meninggalkanku.

Ternyata kualitas dan kuantitas cinta pacarku untukku tidak seberapa.

“Cowok kayak gitu jangan ditangisi,”kata Mamaku.

Aku baru saja curhat tentang pacarku setelah di paksa Mama karena ia penasaran apa alasan aku tidak mau pergi sekolah. Aku mengaku pada Mama kalau aku malas bertemu pacarku yang ada di kelas sebelah. Aku lalu bercerita kalau aku putus kemarin sore saat aku pergi kencan dengan pacarku. Aku tidak sanggup menahan tangisku dan Mama terus-terusan menyalahkanku karena tidak pintar memilih pacar.

Aku menyusut hidung pakai tisu lalu merengek lagi. “Aku masih sayang dia….”

Mama memukulku pakai selimut. “Cari pacar tuh yang setia. Cowok tukang selingkuh kayak pacarmu itu hanyutin aja ke sungai.”

“Nggak sanggup…,”rengekku lagi.

“Nggak sanggup…,”ejek Mama.

“Mama nyebelin,”kataku kesal.

Mama mendesah. “Kamu yang nyebelin. Putus sama cowok kayak gitu aja pakai ngerengek.”

“Mama juga kalo Papa punya cewek lain pasti nangis.”

“Nggak mungkin. Papa cowok setia,”kata Papa yang duduk di meja makan.

“Papa nguping!”protesku.

“Nggak, kok. Papa denger karena kamu ngomongnya kelewat keras,”kilah Papa.

“Cowok dimana-mana sama aja. Apalagi yang cakep. Mereka ngerasa diatas angin karena wajahnya kebetulan cakep terus ngerasa bebas, nggak ngehargain cinta cewek sama mereka,”omelku.

“Kata siapa? Itu pembunuhan karakter namanya. Papa nggak kayak gitu,”kata Papa membela diri.

“Sayang, kamu nggak cakep,”kata Mama.

“Emang pacar Putri itu cakep? Orang kalo brengsek, ya brengsek aja. Cowok jelek juga ada yang ngehianatin pasangannya,”kata Papa lagi.

“Siapa contohnya?”tanya Mama.

“Junior di kantor ada yang brengsek banget walau keliatannya baik sama orang. Di situ letak daya tarik dia, itu yang dia jaga.”

Aku tersenyum, merasa Papa benar. Rasanya aku bisa percaya.

“Jangan ngejelek-jelekin orang,”tegur Mama.

Papa mendecak. “Udah, ah. Papa pergi kerja dulu. Baik-baik, ya, Putri. Jangan berantem terus sama Mama. Besok harus pergi sekolah,”pesan Papa sambil menatapku.

Aku membuang tisu yang kupegang ke tempat sampah yang ada di sampingku lalu membalas tatapan Papa dengan senyuman. “Besok aku pergi sekolah,”janjiku.

Papaku mendekati kami lalu mengecup pipi Mama, kebiasaanya tiap pagi saat pamit untuk pergi kerja. Jujur, aku malu dengan kebiasaan ini sejak aku remaja. Walau sudah melihat hal ini sejak kecil, baru saat remaja aku menyadari kalau orang tuaku sangat romantis. Juga kurang tahu malu. Mungkin mereka menganggapku tidak ada sejak dulu.

Gadis itu menungguku di pintu kelas dan langsung berkata, “Aku pacarnya Vicki. Aku dan dia baru aja putus. Maaf. Aku nggak tau kalo dia punya kamu.”

Aku yang saat itu baru datang tercengang. Gadis itu adalah gadis tercantik di angkatanku. Aku pikir dia terlalu bagus untuk seorang Vicki. Aku tertawa, keras sekali sampai teman sekelasku dan beberapa murid kelas lain yang lewat menoleh. Aku tertawa bukan kerena merasa ada yang lucu, tapi karena aku frustasi sekali. Jika Vicki menyukai gadis seperti ini sepertinya aku tidak punya harapan untuk bersaing.

Bukan berarti aku berniat jadi pacar Vicki lagi.

“Kamu lucu, deh,”katanya sambil tersenyum.

Aku merasa terhina dengan perkataannya. “Orang asing jangan sok akrab, deh,”kataku ketus. Aku benci sekali gadis bernama Tina ini. Bagaimana pun dia telah mencuri pacarku dan membuat kami putus.

Tina cemberut. “Maaf. Aku cuma bermaksud minta maaf. Permisi.” Tina langsung berbalik dan berlari pergi.

Aku merasa sedikit bersalah karena sudah bersikap jahat padanya. “Terima kasih karena udah ngehargain perasaanku!”teriakku.

Tina berhenti, lalu tersenyum padaku sekilas, setelah itu ia berjalan santai dan menghilang di balik kelas 9 C. Aku pikir Tina tidak sombong karena popularitas dan kecantikannya seperti yang kuduga selama ini. Karena itu aku merasa aku bisa memaafkannya. Lagi pula siapa juga yang suka pacaran dengan sampah seperti Vicki?

“Baikan, ya sama mantannya mantanmu?”kata suara yang kukenali sebagai suara Alan.

Aku berbalik untuk memberi Alan tatapan tajam. “Nggak usah ngomong deh Bro. Kalo ngomong lagi aku bilangin Mamamu kalo kamu sering nyuri uangnya,”kataku setengah bercanda.

Alan tertawa. “Kalo gitu balikin uang yang kamu pinjam dariku beserta bunganya,”balas Alan kejam.

Aku mendengus. “Serius, nih? Kali gitu kamu harus berhenti jadi temanku.”

Alan tertawa lebih keras dari tadi. “Bagus. Berarti nggak ada yang bakalan nyontek PR-ku lagi.”

“Aku nyerah,”kataku setengah takut. Untuk soal PR aku benar-benar butuh Alan.

Alan tertawa keras. “Becanda, kok, Put.”

Aku tersenyum. “Iya, tau. By the way, PR hari ini ada, kan?”

“Hari ini nggak ada PR. Kamu bisa santai.”

“Bagus deh. Aku juga lagi males bikin PR.”

Aku berjalan ke kursiku. Alan mengikutiku. “Gimana kemarin? Aku dimarahin karena nggak ngirim surat izin?”

“Nggak, sih kayaknya. Guru-guru pada diem aja waktu tau kamu absen. Mungkin karena kamu jarang absen, jadi dianggapnya kamu beneran sakit. Padahal bolos karena patah hati,”ledek Alan.

Aku membuang nafas. “Kamu tega banget ngomong gitu.”

Alan terlihat merasa bersalah. Ia menggaruk kepalanya. “Sorry deh. Segitu patah hatinya, ya?”

“Iya,”jawabku.

“Cewek mellow,”ejek Alan lagi, tapi kali ini dengan suara lembut. Rasanya seperti ia sedang mengungkapkan rasa sayang saat mengatakannya.

Karena itu aku tersenyum. “Udahlah. Aku nggak mau bahas masalah itu lagi,”kataku lunak.

“Oke. Awalnya aku mikir aku bakalan ngehibur kamu. Nggak nyangka kamu strong banget.”

Aku tersenyum. “Thanks.”

Alan terlihat berpikir. “Atau jangan-jangan sebenarnya kamu nggak terlalu suka dia?”

Aku tahu Alan cuma berniat bercanda. Jadi aku hanya bisa tertawa garing. “Nggak lucu. Nyebelin banget kamu.”

Alan tertawa keras. “Makasih,”katanya sebelum pergi keluar kelas.

Teman-teman sekelasku terlihat tidak peduli dengan keributan yang baru saja dibuat oleh Alan dengan tawanya. Mereka sering menjuluki Alan badut kelas karena hobinya yang suka melucu dan kadang ikut campur masalah orang hanya untuk membuat lelucon. Aku bersyukur berteman dengan Alan. Karena kalau tidak ia pasti akan menyakitiku dengan leluconnya tentang aku yang sedang patah hati.

Aku bolak-balik di kasur berkali-kali karena tidak bisa tidur siang. Aku masih teringat pada Vicki, rasanya tidak bisa melupakannya begitu saja. Tadi siang di sekolah kami tanpa sengaja saling bertemu pandang dan dia tersenyum ramah padaku. Rasanya seolah-olah hubungan kami bisa jadi baik-baik saja walau kami sudah putus. Aku juga tidak merasakan permusuhan lagi pada Vicki karena mendengarnya putus saja hatiku sudah puas. Lagi pula aku bukanlah orang yang suka menyimpan dendam.

Seseorang mengetuk pintu kamarku.

“Siapa?”tanyaku.

“Ini Mama,”katanya.

Aku bangkit dari tempat tidur untuk membuka pintu. Mama masuk ke kamarku dengan membawa sepiring pancake, membuatku menyadari kalau aku belum makan dari siang. Aku tergiur sekali dengan pancake yang Mama bawa.

“Tumben Mama bikin kue,”kataku sebelum mengambil piring pancake itu dari tangannya.

“Bukan Mama yang bikin, kok. Tadi Pacar Om-mu datang. Jadi kami masak bareng.”

Aku ternganga. “Om Satya punya pacar?”

“Iya.”

“Nenek tau?”

“Nenek udah tau. Mereka direstui karena pacar Om-mu punya latar belakang yang baik.”

Aku menghembuskan nafas lega. Akhirnya Om Satya punya pacar lagi. Tahun ini umur Om Satya 37 tahun. Bukan umur yang muda lagi. Aku rasa Om Satya akhirnya bosan hidup sendiri di rumahnya yang besar itu. Kalau tidak, rasanya ia tidak mungkin terpikir untuk menikah. “Bilangin Om Satya, ya, Ma. Kalo dia nikah, aku mau pakai kebaya seragam sama sepupu-sepupu perempuan lain.”

Mama tersenyum. “Beres. Pancake-nya di makan, ya. Mama mau pergi dulu, mau ke rumah temen. Jangan pergi-pergi, ya. Hari ini paket dari temen Mama dateng, jadi kamu harus nungguin. Nanti Mama kasih kamu uang jajan tambahan.”

“Beres,”kataku. Pantas saja baju Mama rapi sekali.

Mama keluar dari kamarku. Aku mulai menyuap pancake itu ke mulutku. Harus aku akui rasanya memang enak. Om Satya beruntung mendapat perempuan yang pintar masak seperti calon istrinya ini. Aku teringat kata-kata nenekku saat Om Satya putus dari pacarnya karena pacarnya menolak menikah dengannya gara-gara tidak direstui nenekku.

“Saat kamu remaja, kamu bebas pacaran dengan siapa saja karena fisiknya. Tapi kalo kamu nikah, kamu harus memilih gadis berdasarkan sifatnya, bukan hanya karena fisiknya aja. Mama lebih suka punya menantu yang menyayangi keluarga dan bisa membuat keluarga kita bahagia dari pada sekedar cantik untuk kamu lihati saja,”kata Nenek.

Aku rasa Nenek ada benarnya. Semoga kali ini calon Om Satya bisa membahagiakan seluruh keluarga.

Aku melihat Vicki berdiri di gerbang saat aku turun dari motor Papa. Aku berusaha mengabaikan keberadaannya dan terus berjalan menuju kelasku, karena menatap wajahnya saja berhasil membuatku sedih.

“Putri, tunggu!”panggilnya.

Sepertinya dia sengaja berdiri di gerbang untuk menungguku. Aku terus berjalan, mencoba bersikap tidak peduli. Aku harusnya memang tidak peduli, tapi hatiku senang karena akhirnya bisa mendengar suara yang sangat kurindukan itu. Suaranya menyentuh hatiku dengan lembut dan aku tidak bisa tidak menikmatinya.

“Kita harus ngomong,”katanya.

“Jangan ikuti aku lagi. Kita putus karena kamu yang putusin aku. Apa lagi yang kamu mau dari aku?”

“Aku tau kalo aku yang salah. Aku nyesel putus dari kamu. Tolong maafin aku, Put. Aku mau kita mulai dari awal lagi,”katanya dengan suara memelas.

Aku mendengus. Mulai dari awal lagi? Setelah dia terang-terangan mengaku kalau dia selingkuh?

Aku berhenti melangkah lalu berbalik menatapnya. Aku marah sekali sampai-sampai aku merasa tidak punya nurani untuk memaafkannya. “Kalo kamu butuh aku lagi setelah kamu di putusin selingkuhanmu, itu namanya bukan cinta! Kamu cuma butuh cewek supaya kamu nggak jomblo! Aku kasihan sama kamu! Nggak ada yang mau sama kamu, ya sampai kamu mikir buat jadi pacarku lagi?!”

Vicki tertunduk. Sepertinya dia tahu dia sedang membujuk orang yang salah.

“Makanya, cari cewek itu jangan dari tampangnya doang!”kataku kejam. Aku lalu meninggalkannya dengan hati puas. Dia pikir dia sedang main-main dengan siapa? pikirku. Aku bangga karena tidak jatuh cinta lagi pada mantan pacarku. Saat pacarku jatuh cinta lagi, aku memang tidak boleh berharap banyak. Iya, kan?

~Selesai~

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓 menuju Hiatus
Hai ka.....
gabung di cmb yu....
untuk belajar menulis bareng...
caranya mudah cukup kaka follow akun ak ini
maka br bs ak undang kaka di gc Cbm ku thank you ka
Riska Darmelia
〤twinkle゛
Terima kasih sudah menghibur! 😊
Riska Darmelia: sama-sama/Smile/
total 1 replies
Tiểu long nữ
Suka dengan gaya penulisnya
Riska Darmelia: makasih.
total 1 replies
🍧·🍨Kem tình yêu
Nggak kebayang akhirnya. 🤔
Riska Darmelia: terima kasih karena sudah membaca.😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!