NovelToon NovelToon
Menjadi Guru Di Dunia Lain

Menjadi Guru Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sistem / Akademi Sihir / Penyeberangan Dunia Lain / Elf
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ned_Kelly

Arthur seorang guru honorer di sekolah negeri yang memiliki gaji pas-pasan dengan jam mengajar yang tidak karuan banyaknya mengalami kecelakaan pada saat ia hendak pulang ke indekosnya. Saat mengira kehidupannya yang menyedihkan berakhir menyedihkan pula, ternyata ia hidup kembali di sebuah dunia yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Tetapi uniknya, Arthur kembali menjadi seorang guru di dunia ini, dan Arthur berasa sangat bersemangat untuk merubah takdirnya di dunia sekarang ini agar berbeda dari dunia yang sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ned_Kelly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21: Hari Pertarungan Part 2

Setelah menunggu cukup lama, pertandingan akhirnya dimulai. Pertandingan yang awalnya kupikir hanya akan menjadi perseteruan kecil antara diriku dan Pak Brandon, kini berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih serius—pertarungan untuk mempertahankan harga diri. Aroma ketegangan memenuhi udara, dan setiap detik yang berlalu terasa semakin berat.

Wasit memanggil nama Johan. Aku memang sengaja menempatkannya sebagai petarung pertama, menghadapi salah satu murid Pak Brandon. Penonton mulai riuh, sorakan bergema di seluruh stadion, namun sebagian besar dari mereka adalah simpatisan Pak Brandon yang tampaknya tak sabar mencaci Johan begitu ia melangkah ke tengah arena.

Namun, Johan sama sekali tak terpengaruh. Tatapannya lurus ke depan, fokusnya tak tergoyahkan oleh teriakan maupun hinaan. Di tengah hiruk-pikuk penonton, hanya ada satu hal yang ada dalam benaknya—menang! Tak ada yang lain. Aku bisa melihat tekadnya yang membara, dan aku tahu, dia bertarung bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk seluruh tim dan harga diri yang dipertaruhkan di sini.

Lalu di sudut yang lain, Pak Brandon rupanya sudah mempersiapkan lawan untuk Johan, aku menatap ke arah sosok yang sedang berjalan ke tengah arena itu dan aku langsung tahu siapa dirinya, Cedric Valheim.

Cedric Valheim melangkah perlahan ke tengah arena, sikapnya tenang namun penuh dengan keangkuhan yang tersembunyi di balik tatapan dingin. Dia adalah sosok yang langsung mencuri perhatian, bukan hanya karena penampilannya yang mencolok, tetapi juga aura gelap yang mengelilinginya seolah-olah bayangan itu adalah bagian dari dirinya. Rambut hitam pekatnya tergerai panjang, jatuh hingga sebahu dengan acak namun tetap terkesan memikat, memberikan kesan liar dan tak teratur. Tatapan matanya yang biru gelap menusuk tajam, seolah bisa membaca setiap kelemahan lawannya, dan kilauan licik di balik senyumnya sering kali membuat lawan merasakan ketidaknyamanan yang samar.

Tingginya sekitar 175 cm, dengan tubuh ramping yang tampak lebih gesit daripada kuat. Meskipun tidak berotot seperti para petarung fisik lainnya, Cedric memiliki postur tubuh yang memberi kesan siap bertindak kapan saja, seperti serigala yang siap menerkam mangsanya. Ia mengenakan jubah panjang berwarna hitam, dihiasi dengan aksen merah yang menyerupai api membara, menambah kesan berbahaya dan misterius. Setiap kali ia bergerak, jubahnya berkibar seperti bayangan yang hidup, membuat Cedric terlihat seperti makhluk yang datang dari dunia yang lebih gelap.

Cedric jarang berbicara, lebih suka membiarkan sikap dan tindakannya menyampaikan apa yang dirasakannya. Ia pendiam, namun tatapannya selalu penuh arti, seolah ada banyak hal yang sedang dipikirkannya, banyak rencana yang sedang disusun dalam kepalanya yang cerdas. Ia adalah seorang strategis, seseorang yang tak hanya bertarung dengan kekuatan, tetapi juga dengan pikiran yang tajam. Ia menikmati pertarungan bukan karena adrenalin atau keinginan untuk menang semata, tetapi karena kesempatan untuk memainkan permainan pikiran dengan lawannya, memanipulasi mereka dan menyaksikan bagaimana mereka berusaha memahami rencananya yang selalu berubah.

Di balik ketenangannya, ada kesombongan yang tersembunyi. Cedric tahu betul kemampuannya dan jarang meragukan diri sendiri. Dia tidak suka kalah, dan setiap kekalahan dianggapnya sebagai aib yang harus dibalas. Meskipun ia tidak sering menunjukkan emosinya, setiap kemenangan kecil selalu membuatnya tersenyum tipis, senyum yang sulit ditebak apakah itu tanda puas atau ancaman akan hal yang lebih berbahaya.

Cedric juga terkenal karena keberanian dinginnya. Ia tidak pernah terintimidasi, bahkan oleh lawan yang lebih kuat darinya. Bagi Cedric, pertarungan adalah permainan taktis, dan ia selalu menempatkan dirinya sebagai pemain yang mengendalikan papan permainan. Sikapnya yang dingin dan sinis sering membuat orang lain salah paham, menganggapnya arogan atau tak acuh, padahal Cedric selalu memikirkan langkah berikutnya, merencanakan kapan harus menyerang dan kapan harus menunggu. Dalam setiap pergerakannya, Cedric Valheim adalah ancaman yang tak bisa diprediksi, seorang penyihir yang tidak hanya mengandalkan kekuatan, tetapi juga kecerdikan dan pesona gelap yang mengelilinginya.

Saat mereka berdua sudah di tengah arena, aku melihat mereka berdua saling menatap satu sama lain dan mulut mereka bergerak. Aku tidak dapat mendengar percakapan mereka karena terlalu berisik, dan akhirnya aku menggunakan sihir yang baru saja ku pelajari, yaitu Echo Area yang dapat membuatku membuat sebuah medan area yang memungkinkan ku memperluas jangkauan pendengaran ku. Dan akhirnya aku bisa mendengar suara mereka berdua.

Cedric dan Johan berdiri di tengah arena, dikelilingi sorakan penonton yang bergemuruh. Udara terasa tegang, seolah menunggu ledakan dari dua murid terbaik yang akan segera saling mengadu kekuatan. Johan menatap Cedric dengan mata yang penuh amarah dan keyakinan, sementara Cedric, dengan senyum tipis yang licik, tampak seperti sedang menunggu momen yang paling tepat untuk melancarkan serangan verbalnya

Johan melangkah maju, senyumnya penuh keyakinan. “Jadi, kamu ini yang katanya bintang kelas Pak Brandon? Jujur saja, aku harap ada sesuatu yang lebih dari sekadar gaya angkuh dan tatapan dingin itu. Kalau tidak, pertandingan ini akan sangat membosankan.”

Cedric hanya menatapnya sekilas, senyum tipis di wajahnya tetap tak terganggu. “Ah, Johan. Aku bisa merasakan kegugupanmu bahkan dari sini. Apakah kamu berbicara sebanyak ini untuk menenangkan diri atau untuk menyakinkan dirimu bahwa kamu punya peluang?”

Johan tertawa kecil, namun ada nada tersinggung di balik tawanya. “Aku lebih suka bertarung dengan tangan daripada bersembunyi di balik kata-kata manis dan senyum licikmu, Cedric. Setidaknya aku tidak perlu mengelabui lawan untuk menang.”

Cedric tetap tenang, memandangi Johan dengan pandangan tajam seperti elang yang mengamati mangsanya. “Kata-kata manis, ya? Menarik. Padahal aku hanya memberi tahu kenyataan. Lalu soal mengelabui... aku kira itu lebih baik daripada menjadi boneka dengan otot tanpa otak. Tapi, tak masalah. Pertarungan ini tidak membutuhkan diskusi, hanya hasil.”

Johan menyilangkan tangan di depan dada, seolah mencoba menahan gejolak emosinya. “Kamu terlalu percaya diri, Cedric. Kalau kamu pikir siasat kecilmu akan bisa mengalahkanku, kamu akan terbangun dari mimpimu secepat api yang akan kuhancurkan.”

Cedric mengangkat bahu, tatapannya tetap datar namun mengandung ejekan tersembunyi. “Percaya diri atau realistis, siapa yang tahu? Mungkin aku hanya tahu seberapa jauh batas kemampuanmu. Dan jujur, aku kecewa karena itu tidak akan cukup. Tapi, aku ingin melihat bagaimana kamu berusaha—setidaknya, itu akan menjadi hiburan tersendiri.”

Johan mengeraskan rahangnya, amarahnya memuncak. “Terus bicara, Cedric. Tapi itu semua tidak akan berarti saat aku menghancurkanmu di sini, di depan semua orang.”

Cedric tersenyum, dingin dan tanpa sedikit pun rasa terancam. “Kita lihat saja, Johan. Aku harap kamu tidak membuatku bosan. Karena tidak ada yang lebih buruk daripada pertandingan tanpa tantangan.”

Johan dan Cedric saling menatap, kedua sosok itu seolah menjadi pusat gravitasi arena, menarik setiap mata yang menyaksikan mereka. Johan mengepalkan tangannya, bersiap untuk membuktikan kekuatannya. Sementara Cedric, dengan tenang dan penuh perhitungan, menunggu Johan membuat langkah pertama, sudah merencanakan langkah-langkah berikutnya dalam benaknya. Pertarungan ini bukan sekadar adu kekuatan, tapi permainan pikiran—dan Cedric sangat menantikan bagaimana Johan mencoba bertahan di tengah permainan yang ia kendalikan.

Pertarungan dimulai dengan lonceng keras yang menggema di seluruh arena. Johan langsung melesat maju, memulai dengan serangan frontal yang penuh tenaga. Namun, Cedric bergerak dengan anggun, tubuhnya seperti bayangan yang melayang, menghindari setiap serangan dengan kelincahan yang membuat Johan kesal. Johan mencoba mengayunkan tombaknya beberapa kali, tetapi Cedric selalu berhasil mengelak, seolah sudah tahu persis arah serangan itu datang

Cedric menggerakkan tangannya dengan cepat, dan dalam sekejap, angin berputar di sekelilingnya, menciptakan perisai tak kasat mata yang membuat Johan semakin kesulitan mendekat. Serangan-serangan Johan yang biasanya penuh presisi kini seperti sia-sia, hanya menembus udara kosong. Cedric terus bergerak, memainkan jarak, tidak membiarkan Johan mendekat atau menemukan pijakan untuk melakukan serangan efektif. Cedric hanya tersenyum tipis, dengan tatapan mata yang seolah mengejek setiap usaha Johan.

Johan menggertakkan gigi, amarah mulai membakar semangatnya. Dia mencoba lagi, kali ini dengan lebih banyak variasi serangan, mengubah sudut dan kecepatan tombaknya. Namun Cedric, dengan gerakan yang hampir seperti tarian, tetap menghindar dengan mudah. Johan melompat mundur, mencoba mencari celah, tetapi Cedric tidak memberi waktu sedikit pun. Cedric mengangkat tangannya, dan seketika itu juga, angin bertiup kencang, mendorong Johan mundur beberapa langkah.

“Apakah ini yang terbaik darimu, Johan?” Cedric berkata tenang, suaranya penuh sindiran. “Aku harap kamu punya sesuatu yang lebih menarik dari ini.”

Johan merasakan frustrasi mulai menyelimuti pikirannya. Setiap kali ia berusaha mendekat, Cedric selalu satu langkah di depannya, memainkan sihir anginnya untuk mengontrol ritme pertarungan. Johan mencoba menahan diri, fokus pada pertahanan sambil mencari celah untuk membalas. Tapi Cedric tidak memberi kesempatan; setiap kali Johan menyiapkan serangan balasan, Cedric sudah lebih dulu bergerak, memaksa Johan terus bertahan.

Cedric mulai melancarkan serangan balik, dengan angin yang memotong dan menghantam tubuh Johan. Setiap hembusan terasa seperti cambukan tajam, membuat Johan semakin terdesak. Dia berusaha memblokir serangan itu dengan tombaknya, tapi Cedric terlalu cepat, terlalu licin. Johan mundur beberapa langkah, napasnya mulai berat. Ia menyadari bahwa Cedric tidak hanya kuat, tetapi juga licik, menggunakan sihir anginnya untuk menjaga jarak dan mengganggu konsentrasi Johan.

Cedric melangkah maju, matanya memandang Johan dengan tenang namun tajam, seolah-olah ia telah menguasai pertarungan ini sejak awal. “Kamu terlalu lambat, Johan. Kalau begini caranya, pertarungan ini akan cepat berakhir.”

Johan mengepalkan tangannya di gagang tombaknya, mencoba menenangkan diri di tengah tekanan. Ia tahu ia harus menemukan cara untuk mendekat, untuk menghancurkan perisai tak terlihat yang Cedric ciptakan dengan anginnya. Namun, dengan setiap langkah maju, Johan merasa semakin tertinggal, seolah-olah Cedric memainkannya dalam permainan yang sudah lama direncanakan. Di awal pertarungan ini, Johan sadar satu hal—Cedric bukan sekadar penyihir biasa, dia adalah ancaman yang penuh perhitungan dan keyakinan, siap membuat Johan jatuh di hadapan semua orang.

Pertarungan Johan dan Cedric memasuki babak akhir. Setelah berjuang keras dan tertekan di awal, Johan akhirnya memutuskan untuk menggunakan teknik terkuatnya, Blazing Tempest. Dia tahu ini adalah kesempatan terakhirnya untuk membalikkan keadaan

Johan mengumpulkan seluruh tenaga yang tersisa, memutar tombaknya dengan penuh kekuatan. Cahaya terang mulai menyala di ujungnya, dan api berkumpul dalam tornado yang memutar dengan kecepatan yang menakjubkan. Dengan satu gerakan besar, Johan melepaskan Blazing Tempest

Tornado api melesat menuju Cedric, yang berusaha keras untuk bertahan dengan perisai anginnya. Namun, kali ini, kekuatan Johan terlalu besar. Api membakar melalui pertahanan Cedric, membuatnya terlempar mundur dan jatuh ke tanah, tubuhnya terbakar oleh sisa-sisa kekuatan yang membara.

Johan berdiri di tengah arena, napasnya berat tetapi penuh kepuasan. Dia melihat Cedric terbaring, terkalahkan oleh tekniknya. Namun, reaksi penonton jauh dari apa yang dia harapkan. Mereka masih tampak skeptis, tidak bisa sepenuhnya menerima apa yang baru saja terjadi. Bisikan di antara kerumunan menyiratkan ketidakpercayaan dan keraguan, seolah-olah mereka tidak bisa menganggap serius kemenangan Johan.

“Mungkin dia hanya beruntung,” terdengar salah satu komentar sinis. “Cedric memang terlalu meremehkan dia.”

Johan merasakan ketegangan di udara. Meskipun dia telah mengalahkan Cedric dengan teknik yang kuat, penonton tetap tidak menganggapnya sebagai kemenangan yang berarti. Mereka masih memandangnya dengan skeptisisme, tidak benar-benar menghargai prestasinya. Johan merasa kecewa, menyadari bahwa meskipun dia telah memberikan yang terbaik, banyak orang masih tidak menghargai perjuangannya.

Johan berdiri tegak, berusaha mengabaikan keraguan dan ketidakpuasan penonton. Dia menyadari bahwa pengakuan dan penghargaan tidak selalu datang dengan mudah. Hari ini, dia telah membuktikan kemampuannya kepada dirinya sendiri, meskipun masih ada banyak yang harus ia buktikan untuk mendapatkan rasa hormat yang seharusnya dari semua orang.

"Pemenangnya adalah Johan dari kelas Pak Arthur!" bahkan wasit pun tidak percaya dengan kemenangan Johan, namun Johan tidak peduli, ia langsung pergi dari arena.

Kami menyambut Johan dengan tepuk tangan yang meriah, mengapresiasi kemenangan spektakulernya. Meskipun kelelahan jelas tampak di wajahnya, Johan menatapku dengan senyuman kemenangan. Dia baru saja mengalahkan Cedric, yang meskipun bukan lawan yang mudah, tidak dapat menahan kekuatan teknik Johan yang mengesankan. Aku merasa sangat bangga, menyadari betapa jauh kemajuan yang telah dia capai sebagai muridku.

"Kerja bagus!" kataku dengan semangat, menepuk-nepuk bahunya dengan penuh rasa bangga. "Blazing Tempest! Aku benar-benar terkesan melihat bagaimana kau bisa menguasainya dalam waktu yang relatif singkat, Johan."

Johan menunduk, senyum lebar masih menghiasi wajahnya meskipun kelelahan mulai terasa. "Ini semua berkat guru!" ujarnya, nada suaranya penuh dengan rasa terima kasih dan hormat. Namun, aku merasa penting untuk mengingatkan dia tentang realitas di balik pencapaiannya.

"Jangan terlalu merendahkan diri," kataku dengan nada serius namun lembut. "Ini semua berkat kerja kerasmu sendiri. Aku hanya memberikan sedikit bantuan dan arahan. Ingatlah, semua ini adalah hasil dari usaha dan dedikasi yang kau berikan. Kamu yang telah membuatnya terjadi, bukan aku."

Kemudian, suasana menjadi lebih ringan saat kami semua mulai bercanda dan tertawa bersama. Kegembiraan atas kemenangan Johan memecah ketegangan yang ada. Aku kembali menatap arena dengan harapan baru. Momen ini, dengan pertarungan Johan yang mengesankan, mungkin bisa sedikit mengubah pandangan penonton, dewan guru, dan terutama Pak Brandon terhadapku dan murid-muridku. Ini baru permulaan. Aku akan memastikan bahwa mereka semua akan semakin terkejut dengan apa yang akan datang selanjutnya.

1
~YUD~
lajrooot!!
Ned: entar dulu ye kasih Ned nafas dulu wkwkwk...
total 1 replies
Ned
Parah nich, dari pagi tadi update eh kelarnya sore
~YUD~
di festival lunaris ini Arthur bakal ikut main apa cuma jadi guru pengawas doang?
Ned: Jadi pengawas doang, tapi....ada tapi nya hehe/CoolGuy/.... tungguin apa yang bakalan terjadi di sana
total 1 replies
~YUD~
nanti Arthur sama Brandon bakal duel gak author?
Ned: Ya tunggu aja tanggal mainnya
total 1 replies
Gamers-exe
kirain masamune date 👍🗿
~YUD~
nanti Charlotte sama Arthur bakal saling cinta gak author?
Ned: Yakin gak ada yang mau sama Celestine nih /CoolGuy/
「Hikotoki」: betul sekali, jadi meski charlotte umur 16 masih available buat dinikahi
total 8 replies
Erwinsyah
mau nabung dulu Thor🤭
Ned: Monggo silakan, jangan lupa vote dan rate bintang 5 nya kakak
total 1 replies
~YUD~
apa tuh yang segera terungkap?
Ned: apa tuh kira-kira hehehe
total 1 replies
R AN L
penasaran sekali reaksi murinya lihat kekuatan asli guru ny
Ned: tar ada kok, tunggu aja tanggal main nya heheh
total 1 replies
Ned
Update diusahakan tiap hari, setidaknya akan ada 1 BAB tiap hari...kalo Ned bisa rajin up mungkin 2-3 BAB...

Minggu Ned libur
R AN L
di tunggu up ny
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
Ned: kalo gak berhalangan tiap hari update, Ned usahakan ada 1 chapter update lah minimal sehari....Minggu kayaknya libur...doain aja Ned bisa nulis terus
total 4 replies
R AN L
Luar biasa
vashikva
semangatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!