'Gagak pembawa bencana' itulah julukan pemimpin klan mafia Killer Crow, Galileo Fernandez, yang terkenal kejam dan tidak pandang bulu dalam membunuh.
Hidupnya dari saat dia kecil dilatih menjadi pembunuh berdarah dingin oleh ayahnya, sehingga menciptakan seorang Leo yang tidak berperasaan.
Suatu hari dia di jebak oleh musuh bebuyutan dari klan mafianya dan tewas tertembak dikepalanya. Tetapi bukannya pergi ke alam baka, dia justru terbangun kembali di tubuh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Siapakah anak laki-laki itu?, Apakah Leo mampu menjalani hidupnya dan kembali menjadi mafia kejam dan membalaskan dendamnya?
Inilah Kisah tentang Galileo seorang mafia kejam yang bereinkarnasi ke tubuh seorang bocah yang ternyata menyimpan banyak misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Bos markas di serang,"
Leo mengernyitkan dahinya
"Saya akan segera kesana," ucapnya lalu bergegas keluar dari perusahaan bersama Gavin menuju markas killer crow. Saat ini Leo tengah berada di perusahaan Fernandez group, perusahaan terbesar di negara ini, tentu saja jika ada bisnis gelap maka terdapat pula bisnis terang, untuk menyembunyikan kegelapan itu dibalik bayangan nya.
Tak lama Leo dan Gavin sampai di markas. Keadaan markas saat ini sangat kacau, karena ketidakhadiran nya bersama Gavin. Serta para anggota elit lainnya yang tengah melaksanakan misi di luar negeri atas perintah Leo.
"Sial, siapa yang Berani berani nya menyerang markas kita," ucap Gavin geram.
Leo tidak menjawab dan segera masuk ke dalam markas diikuti oleh Gavin.
"Hahaha, hanya segini kemampuan klan Killer Crow ternyata," ucap seseorang yang tak lain adalah musuh dari klan Killer Crow, Jordan Xanders, ketua mafia dari klan Scorpions. Dia adalah anak dari Jovan musuh bebuyutan Jonathan dan klan mafia Killer Crow serta pelaku pembunuhan kakaknya Freddie.
Leo sampai di dalam dan menatap Jordan dengan dingin, karena berani beraninya dia duduk di kursi kebesarannya.
"Oh anak ingusan sudah sampai disini~ bagaimana kejutan dari ku," ucap Jordan pada Leo.
"Leo..." Ujar Gavin
"Dasar tua Bangka sialan," ucap Leo pada Jordan menatap tajam dengan mata kelam nya.
"Sang gagak pembawa bencana ya... Aku ingin melihat kemampuan mu. Tapi aku menyarankan untuk agar tidak melawan karena itu akan sia sia, hahaha,"
"Kepung mereka berdua," perintah Jordan pada anak buahnya.
Leo dan Gavin terdiam, biar seberapa hebat pun kemampuan bertarung mereka berdua, tetap tidak akan bisa menang melawan ratusan orang sekaligus, belum lagi sniper yang tersembunyi yang siap menembak mereka berdua.
Leo mengangkat sudut bibirnya
"Kau sudah mempersiapkan ini dengan matang pak tua," ucap Leo pada Jordan.
Jordan terkekeh
"Kau memang hebat Leo aku akui itu, kalau bukan karena kau keturunan dari Fernandez, kau akan ku rekrut menjadi tangan kananku," ujar Jordan tersenyum miring menatap Leo.
Leo hanya menatap datar Jordan, seolah tidak merasa takut sama sekali akan kematian.
"Leo bagaimana ini..." Khawatir Gavin
Leo menatap Gavin dan berkata
"Aku akan melawan mereka semua. Ketika ada kesempatan, larilah," ucap Leo pada Gavin
Gavin yang mendengar nya menggelengkan kepalanya
"Tidak!, aku tidak mungkin meninggalkan mu, jika kau mati, aku juga harus mati," ucap Gavin tidak setuju
"Lakukan Gavin ini adalah perintah!, jika kita berdua mati disini, klan Killer Crow akan musnah, jadi ku mohon..." Ucap Leo pada Gavin
Gavin tertegun, baru kali ini Leo berkata memohon sesuatu, ya walaupun masih dengan wajah datarnya.
"Tapi..."
"Jangan membantah Gavin," tegas Leo, lalu mengeluarkan pistol dari sakunya mulai menembak satu persatu anggota Scorpions.
"Ternyata kau memilih melawan sebelum kematian mu Leo, hahaha," ujar Jordan melihat Leo dengan lincah menaklukkan satu persatu Anak buahnya
"Sial dia memang berada di level lain," gumam Jordan
"Serang dia bersamaan," perintah Jordan pada anak buahnya
Dor
Dor
Dor
Brukkk
Duakk
Baku tembak antar Leo dan ratusan anak buah Scorpions, Gavin juga turut membantu disana.
"Gavin sekarang! Pergilah," perintah Leo pada Gavin
Gavin menatap Leo dengan ragu
"Tidak ada waktu lagi, pergilah," desak Leo
Gavin menutup matanya, mengeratkan kepalan tangannya.
"Maafkan aku Leo, aku akan datang kemari lagi dengan membawa bala bantuan, aku mohon, jangan mati..." ucapnya lalu pergi dengan cepat dari sana tanpa diketahui karena semua orang tengah sibuk melihat dan mewaspadai Leo yang terlihat seperti binatang buas yang mengamuk.
Dor
Dor
Sebuah tembakan dari sniper yang tak terlihat yang berhasil menembak bahu dan kaki Leo.
Leo terduduk sejenak, lalu berdiri kembali mengangkat senjata nya seolah tidak merasakan apapun.
"Sial.. monster sialan," ujar Jordan pada Leo, karena tertembak pun dia mampu bangkit kembali dan hampir menggulingkan semua anak buahnya
Jordan mengangkat pistol nya dan mengarahkan nya pada kepala Leo
"Mati kau bocah ingusan," ucap Jordan tersenyum miring lalu melepaskan tembakannya tepat pada kepala Leo.
Leo yang sedang bertarung mati Matian terhuyung karena tembakan itu, sebelum hilang kesadaran dia mengangkat tangannya dan menembakkan satu peluru terakhirnya pada dada kiri Jordan.
Dor
"Arrghh, bocah sialan, sampai akhir hidupmu pun kau tetap membuatku murka," geram Jordan karena dia tertembak oleh Leo.
"Tetapi usaha terakhir mu sia sia Leo, tubuhku sedikit istimewa, jantung ku tidak berada di dada kiri melainkan di sebelah kanan, hahaha," ujar Jordan tertawa
Sebelum hilang kesadaran Leo, bergumam
"Sialan... Ternyata ini benar benar akhir hidupku," lalu menutup matanya untuk selamanya, Leo memang sudah berada dalam situasi hidup dan mati beberapa kali dari sejak dia kecil, tak di sangka ternyata dia merasakan apa itu kematian sekarang. Leo merasakan semua terasa dingin dan gelap.
Sedangkan di sisi lain seorang anak kecil berusia lima tahun tengah menangis karena melihat ibunya di pukuli pereman.
"Jangan pukul ibuku..." Teriaknya pada para preman itu
"Hahaha ini adalah balasan karena kau tidak mampu membayar hutang mu," ujar preman itu memukul seorang wanita yang sudah tidak berdaya
"Max... Larilah..." Ucapnya lirih pada Sang anak
"Ibu... Hiks, tidak mauu.. max mau bersama ibu..." Ujar anak kecil bernama max itu menggelengkan kepalanya.
"Ibu mohon... Nanti ibu menyusul yaa..." Ucapnya lirih pada putranya
"Ibu janji?," ucap max menatap polos ibunya
Ibunya mengangguk dan dan menahan kembali pukulan yang diterima oleh para preman itu.
Max kecil segera melangkahkan kaki kecilnya dengan cepat, keluar dari rumahnya.
"Hei bocah, jangan kabur kau," teriak ketua preman itu pada max yang sudah berlari.
"Kejar bocah itu, jangan sampai kita kehilangannya, dia berguna untuk kita jual ke luar negeri," perintah ketua preman itu pada anak buahnya.
"baik bos,"
Ibu max yang mendengar itu menggelengkan kepalanya dan memegang kaki preman itu memohon.
"Tolong lepaskan anakku, jangan libatkan dia, aku mohon," ucap ya lirih
"Lepaskan aku dasar wanita gila," ujarnya menendang ibu max dengan keras hingga terpental dan kepalanya menabrak sisi meja.
Dukkk
Darah mengalir dari belakang kepalanya lalu tergeletak tidak sadarkan diri.
"Rasakan!, salah sendiri membuat ku emosi," ucapnya Melihat wanita itu tak sadarkan diri.
Dia menghampirinya untuk memeriksa
"Sial... Dia benar benar mati, kita harus pergi dari sini," ujarnya pada anak buahnya, lalu pergi meninggalkan rumah kumuh itu dengan jasad seorang wanita disana.
Max kecil yang sedang berlarian ke jalanan karena di kejar oleh preman tidak sadar jika mobil melaju cepat ke arahnya.
Brakkk
Max terpental hingga beberapa meter ke arah sisi jalan.
Pengemudi yang melihatnya terlihat syok dan bergegas keluar mobil untuk memeriksa seorang anak kecil yang di tabraknya.
"Astaga... Maafkan aku nak, bagaimana ini..." Ucapnya panik
"Lebih baik ku bawa kerumah sakit," gumamnya lalu membopong tubuh kecil itu masuk kedalam mobilnya.
Sesampainya di rumah sakit dia segera meminta pihak rumah sakit untuk menangani anak kecil itu dengan baik.
"Semoga saja kau baik baik saja nak, maafkan aku karena tidak sengaja menabrak mu..." Ucap wanita yang sepertinya berusia sekitar 30an itu.
.
.
.
.
.
.