"Dimana ibumu?" Tanya seorang pria berwajah dingin itu.
"Kabul, cali daddy balu," ucap bocah berumur 4 tahun itu.
Filbert Revino, anak kecil berumur 4 tahun yang mencari ayah kandungnya. Hingga dia bertemu dengan Gilbert Ray Greyson, pria dingin dan datar. Yang ternyata adalah ayah kandung dari Revin.
"Dia putraku kan?! Revin putraku! Selama ini kau kabur dan menyembunyikan benihku?! Kau sangat keterlaluan Emily!" Bentak Gilbert pada seorang wanita yang menatapnya dengan tangisan.
"Maafkan aku." Hanya kata itu yang mampu wanita bernama Emily Beriana. Istri Gilbert yang pergi tanpa sebuah pesan apapun.
Bagaimana pertemuan mereka kembali setelah 5 tahun lamanya? Apakah usaha Revin untuk menyatukan orang tuanya berhasil? Apakah tidak dan harus hidup pada salah satunya?
Yang kepo langsung cusss baca aja, di jamin kucu, baper, sedih, campur aduk deh.
PERINGATAN!!! HANYA CERITA FIKTIF BELAKA, KARANGAN DARI AUTHOR. BUKAN K
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dirga Evans
Ckiittt!!!!
Mobil berdiri warna putih terhenti persis di depan bangunan menjulang tinggi bertuliskan EVANS GROUP.
Pintu mobil terbuka, terlihat Nyonya Samantha turun dari mobil dengan memakai kaca mata hitamnya. Tangannya menjinjing tas mahalnya, dengan angkuh dia berjalan masuk ke dalam perusahaan.
"Halo, selamat pagi ada yang bisa kami bantu?" Sapa Resepsionis.
"Saya ingin bertemu dengan tuan Dirga," ujar Nyonya Samantha.
"Maaf, apa anda sudah membuat janji dengan Tuan Dirga?"
Nyonya Samantha melepas kaca mata hitamnya, dia memasukkan kaca matanya ke dalam tas nya dan menatap datar resepsionis itu.
"Apa kamu tidak mengenali saya?" Tanya Nyonya Samantha.
Wanita yang menjadi Resepsionis itu mengerutkan keningnya, dia menatap Nyonya Samantha dari atas hingga bawah.
"Dandanannya terlalu heboh." Batin wanita tersebut.
Ctak!
"Hei! aku berbicara padamu!" Seru Nyonya Samantha menjentikkan jarinya.
wanita tersebut tersadar, dia kembali memberikan senyumnya pada Nyonya Samantha.
"Maaf, saya tidak tahu." Jujurnya.
"Tidak tahu? kamu tidak tahu saya Nyonya Samantha Greyson? Kamu tidak tahu Greyson Group?" Nyalang Nyonya Samantha.
"Saya tahu keluarga Greyson, tapi saya tidak tahu anda nyonya. Maaf sekali Nyonya, saya benar-benar tidak tahu." Ujar nya.
Teman wanita itu segera menyenggolnya dan mengambil alih percakapan.
"Maaf nyonya, maafkan teman saya. Dia ... kudet dengan berita baru. Maafkan kami, silahkan naik lift sebelah sana. Lift itu akan membawa anda menuju ruang CEO kami." Cakapnya sambil menunjuk salah satu lift di deretan 3 lift.
"Kudet toh! pantas saja, yasudah. Kali ini aku maafkan." Ujar Nyonya Samantha dengan mengangkat angkuh wajahnya.
Setelah kepergian Nyonya Samantha, dua wanita yang menjadi resepsionis itu saling menyenggol satu sama lain.
"Kamu sih! untung saja di maafkan, kalau kita di laporkan bagaimana?!" Kesal salah satu dari mereka.
"Mana aku tahu, aku tidak seperti kamu yang sibuk men-scroll urusan orang." Seru yang lain.
Samantha sudah berdiri di depan pintu yang bertuliskan CEO, dia menarik nafas dalam sebelum mengetuknya.
Tok!
Tok!
Tok!
Cklek!
Pintu langsung terbuka, Nyonya Samantha masuk dengan ragu. Netranya melihat seorang pria yang sibuk dengan laptopnya dengan di dampingi oleh sekretaris yang berdiri di sebelah nya.
"Dirga,"
Pria seumuran dengan Alfred mendongakkan kepalanya, dia membenarkan kaca kata yang bertengger di hidung mancungnya. Menatap datar ke arah Nyonya Samantha.
"Nyonya Samantha, angin apa yang membawamu kemari?" Tanya pria tersebut.
Dirga Melano Evans, seorang CEO Evans Group. Dia merupakan pria yang tegas, dia berhasil membuat perusahaan nya menjadi no 1 se-Asia. Bahkan Gilbert pun tak sanggup untuk melangkah lebih naik dari posisinya saat ini.
Gilbert dan Dirga berseteru, mereka memperebutkan posisi pertama. Namun, tetaplah Dirga yang melambung naik.
"Apa kau tidak menyuruhku duduk?"
"Ya, silahkan duduk. Tidak di suruh pun anda akan duduk bukan?" Sinis nya.
Nyonya Samantha duduk di hadapan Dirga, dia menaruh tas mahal nya di pangkuannya.
"Kenapa anda kemari Nyonya? apakah Gilbert sudah menerima putriku untuk menjadi calon istrinya?" Ujar Dirga sambil kembali mengerjakan pekerjaannya.
"Tidak."
Perkataan Nyonya Samantha membuat Dirga menghentikan kegiatannya, dia menatap Nyonya Samantha dengan kening mengerut.
"Itu artinya ... putriku di tolak? dengar ini nyonya Samantha, dengan baik hati aku akan menikahkan putriku dengan cucumu. Lalu, dengan mudahnya cucumu menolak putriku? apakah otak anda masih berfungsi?"
Nyonya Samantha menelan ludahnya kasar, dia meremas tali tas nya dengan tangan gemetar.
"Dirga, beri aku kesempatan. Gilbert pasti akan mau menikah dengan Amelia. Aku pastikan dia akan menikah dengan putri mu." Ujar Nyonya Samantha dengan nada memohon.
Dirga memutar bola matanya malas, putri satu-satunya di tolak oleh seorang pria.
"Dengar Nyonya Samantha, putriku adalah berlian bagiku. Aku tak butuh apapun darimu, tapi ingat ... Keluarga kita akan terus berseteru sampai kita terikat menjadi besan. Ingat janjimu Nyonya Samantha, janji adalah hutang! kau berjanji akan menikahkan salah satu cucu mu dengan putriku!"
"Dirga, saya akan berusaha membujuk Gilbert agar mau menikah dengan Amelia. Keluarga kita harus bersatu lagi dengan menggabungkan dua keluarga." Pinta Nyonya Samantha.
Dirga hanya diam, dia menatap datar Nyonya Samantha. Baginya, putrinya segalanya. Namun, Dirga sama sekali tidak tahu jika Gilbert sudah menikah dan memiliki istri. Nyonya Samantha merahasiakan semua ini dari Dirga.
"Saya memang menyukai Gilbert, dia pria yang bertanggung jawab, tegas dan berwibawa. Saya ingin putri saya menikah dengan pria yang tepat, tapi ... jika Gilbert menolak putri saya ... saya sungguh kecewa Nyonya." Tegas Dirga.
Dirga memantau Gilbert selama ini, dia takjub dengan pria itu. Di usia muda, Gilbert berhasil membawa perusahaan Greyson ke tingkat bawahnya. Sangat sulit menempati posisi itu, tetapi dengan kemampuannya Gilbert berhasil menepatkan kejayaan bagi Greyson Group.
Dirga ingin putrinya berada di tangan pria yang tepat, dan pria yang dia pilih adalah Gilbert. Dia meminta Nyonya Samantha untuk mengatakan keinginannya pada Gilbert sehingga kedua keluarga yang tadinya berseteru akan segera berdamai.
"Janji adalah janji, Evans tidak pernah mengingkari janji. Kau harus menepati janjimu, bagaimana pun caranya kau harus bisa membujuk Gilbert menikahi putriku Amelia." ujar Dirga dengan sorot mata yang dingin.
"Ba-baik, saya akan membujuk Gilbert." Gugup Nyonya Samantha.
"Gilbert harus pisah dengan Emily, bagaimana pun caranya aku harus menikahkan Gilbert dengan Amelia. Keluarga Greyson, harus mendapatkan menantu putri dari seorang miliyarder. Bukan seperti Emily, anak seorang wanita malam." Batin Nyonya Samantha.
***
Nyonya Samantha pulang dengan wajah tertekuk kesal, dia menghentakkan kakinya dengan keras hingga sendal yang ia kenakan berbunyi nyaring.
"Nenek tuwil kok mukana lecek? abis di tagih bon walung yah?" Tanya Revin yang sedang menikmati es krimnya di ruang tengah.
Nyonya Samantha menghentikan langkahnya, dia menatap tajam Revin dan bergerak cepat menghampiri bocah itu.
"Kamu! dari kemarin kamu gak sopan sama saya yah!" Seru Nyonya Samantha.
Revin menatap was-was pada Nyonya Samantha, dia akan segera pergi. Tetapi Nyonya Samantha menarik kerah bajunya dan menjewer telinganya dengan kasar.
"AAAAA!!! CAKIT! CAKIT! HUAAA CAKIITTT!!!"
Emily tak pernah bermain tangan pada putranya, sehingga Revin tak pernah merasakan bagaimana rasanya di jewer. Samantha, adalah orang pertama yang menjewer bocah itu.
"Nakal kamu! rasakan! kamu harus di kasih pelajaran!" Geram Nyonya Samantha memelintir telinga Revin.
Emily yang mendengar teriakan putranya segera berlari ke ruang tengah, dia membulatkan matanya ketika melihat Nyonya Samantha yang menjewer putranya.
"REVIN!"
"Lepaskan Nyonya! kasihan dia! lepaskan!"
Emily berusaha melepaskan tangan Nyonya Samantha yang menjewer telinga Revin, tetapi Nyonya Samantha gelap mata dan semakin memelintir telinga anak itu.
"LEPASKAN PUTRA SAYA!" Geram Emily dan mendorong kuat bahu Nyonya Samantha.
BRAK!
Emily benar-benar tak sengaja mendorong Nyonya Samantha, dia tak peduli Nyonya Samantha jatuh atau berhasil berpegangan. Dia yang panik langsung saja mengecek telinga putranya.
"Cakit buna hiks ... cakit ... hiks...,"
Emily membawa Revin ke gendongannya, tubuh putranya terasa dingin. Bahkan, dia bisa merasakan tubuh Revin yang bergetar.
"Eyang!"
Emily tersadar, dia melihat Samantha yang memegangi pinggang. Yup, Samantha terjatuh akibat dorongan Emily.
Kebetulan, Gilbert baru saja pulang untuk makan siang dan terkejut melihat sang eyang terjatuh kesakitan di lantai.
"Gil tolongin eyang, istrimu tiba-tiba saja mendorong eyang saat eyang akan bermain dengan anakmu."
Emily benar-benar tak percaya dengan apa yang Nyonya Samantha katakan, wanita tua itu berkata seolah-olah dia lah yang korban. Padahal, disini Revin lah korban sebenarnya.
"Mas, aku tidak sengaja mendorongnya dia ...,"
_______
Hari ini kita triple up oke😍😍😍, apa ada yang mau up 4 chapter🤭🤭.
JANGAN LUPA KOMEN!!! MAU TRIPLE UP NIH🤭🤭🤭