Kisah perjuangan hidup gadis bernama Cahaya yang terpaksa menjalani segala kepahitan hidup seorang diri, setelah ayah dan kakak tercintanya meninggal. Dia juga ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Dia berjuang sendirian melawan rasa sakit, trauma, depresi dan luka yang diberikan oleh orang orang yang di anggapnya bisa menjaganya dan menyayanginya. Namun, apalah daya nasibnya begitu malang. Dia disiksa, dihina dan dibuang begitu saja seperti sampah tak berguna.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Akankah Cahaya menemukan kebahagiaan pada akhirnya, ataukah dia akan terus menjalani kehidupannya yang penuh dengan kepahitan dan kesakitan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 Penilaian
Begitu tiba di rumah, Aya mandi lebih dulu dan berganti pakaian. Lalu dia tertidur lelap saat Kai sedang mandi. Begitu keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai celana bokser dan singletnya, Kai terpesona melihat Aya.
Perlahan dia mendekati Aya, duduk di pinggir ranjang sambil mengelus lembut wajah yang terlelap nyenyak itu.
"Ay, kamu sangat menggemaskan. Bolehkan aku mencium..."
Dengan cepat dia menjauhkan diri dari Aya, sebelum pikiran kotornya menghasut makin jauh. Tapi matanya balik lagi menatap kearah Aya yang ternyata kancing piyamanya terbuka yang memperlihatkan belahan dadanya yang tampak putih mulus. Sangat putih dan mulus, membuat Kai ingin menyentuhnya.
"Ayolah Kai, jangan melakukan hal bodoh!" serunya sambil mengusap wajahnya.
"Akh, ini pasti karena sudah sangat lama aku tidak menyalurkannya."
Huh!
Hah!
Huh...
Kai mencoba mengendalikan dirinya, tapi sepertinya dia sudah tidak tahan saat ini, maklum sudah hampir enam bulan dia tidak tidur dengan wanita manapun.
Kai kembali duduk di pinggir ranjang. Lalu, mendekatkan wajahnya sangat dekat pada wajah Aya sehingga dia dapat melihat jelas bibir kemerahan Aya yang sangat ingin disentuhnya. Rasa manis yang pernah dia cicip waktu itu membuatnya ingin mencobanya lagi.
Tapi, sebelum Kai benar benar menciumnya, mata Aya tiba tiba terbuka lebar, membuat Kai terkejut dan segera menjauhkan wajahnya dari Aya.
"A-aku kekamar mandi dulu." ucapanya gugup dan langsung berlari menuju kamar mandi.
Cahaya sendiri tersipu malu, dia menyentuh bibirnya.
"Aku berharap dia menciumku?! Gak mungkin..." racaunya dan kembali menyembunyikan diri dibawah selimut tebalnya.
Sekitar sepuluh menit Kai dikamar mandi, kemudian dia keluar dengan sudah memakai kembali pakaiannya dengan lengkap. Sedangkan Aya, dia kini mulai melanjutkan jahitan baju untuk tugasnya.
"Ay, aku pulang dulu ya."
Kai mendekati Aya, melingkarkan kedua tangannya di leher Aya, lalu mengecup puncak kepalanya.
"Kalau ada apa apa langsung telpon aku." lanjutnya yang diangguki oleh Aya.
"Kalau begitu aku pulang ya."
Aya ikut mengantar Kai sampai depan pintu, mereka bahkan berpegangan tangan dan belum ada satu pun yang mau melepas pegangan tangan itu.
"Terimakasih karena sudah membantuku, mas Kai." ucapnya ragu ragu.
"Gak masalah. Aku justru senang bisa membantu. Tapi, tentu saja tidak gratis." kalimat terakhir membuat Aya melotot kaget.
"Tenang saja, Ay. Aku tidak akan meminta bayaran yang sulit kok. Hanya ingin mengajak kamu jalan jalan di hari minggu. Mau ya!"
"Hmm, boleh deh."
Kai tersenyum senang karena Aya mau diajak jalan jalan. "Sampai jumpa hari minggu, Ay."
"Iya."
Kai pun pergi dengan perasaan gembira, Aya sendiri juga melanjutkan jahitan bajunya dengan hati yang berbunga bunga.
Sementara itu tanpa Kai sadari, Ken memperhatikannya dari kejauhan. Ken mengikuti Kai dari kampus hingga Kai pergi mengantar Aya ke kontrakannya.
Pagi tadi Ken ke kampus Aya untuk menemui Anggi mantan kekasihnya. Tidak sengaja dia melihat Kai juga ada di sana. Ken yang penasaran pun mengikuti Kai secara diam diam untuk mengetahui siapa wanita yang diantar kakaknya itu.
"Akan aku cari tahu siapa dia." gumam Ken dalam hatinya sambil memotret gedung kontrakan tempat Aya tinggal.
~
~
~
Dua hari kemudian.
Di hari sabtu ini Ken punya kesempatan untuk menemui Anggi.
"Tumben kamu sering ngajak ketemuan." sindir Anggi pada mantan kekasihnya itu.
"Kamu keberatan?"
"Ng-gak juga sih."
"Aku minta maaf ya."
Kalimat itu membuat Anggi terdiam. Dia tidak menyangka Ken akan mengatakan kalimat itu padanya.
"Untuk apa minta maaf..." tanya Anggi ragu.
"Aku tahu aku keterlaluan. Aku mutusin kamu dengan alasan yang mungkin menurut kamu gak masuk akal."
"Oo, aku gak apa apa kok."
"Benaran kamu gak apa apa?"
"Iya. Aku gak apa apa, walau awalnya memang agak kesal dan sedih juga. Tapi, sekarang aku udah baik baik saja."
Ken tersenyum lega mendengar Anggi yang terlihat mengatakan sejujurnya.
"Gi, boleh aku nanya sesuatu gak?"
"Tanya aja kali."
Ken tampak ragu untuk bertanya. Tapi kemudian dia memberanikan diri menatap wajah Anggi untuk mulai bertanya.
"Kamu kenal sama dia gak..." Ken memperlihatkan photo Aya yang dia dapat dari hasil memotret diam diam dua hari yang lalu.
Anggi terdiam dengan mata sedikit gemetar saat melihat photo Aya di layar hp Ken.
"Ke-kenapa? Ada urusan apa kamu sama dia?" Tanya Anggi gugup.
"Eee, hanya ingin tahu saja. Kamu kenal, kan?"
"Iya kenal. Namanya Cahaya, kita satu jurusan dan satu kelas juga. Dia teman dekatku." tutur Aya menjelaskan dengan tegas.
"Dia seperti apa? Maksudku apa dia cewek baik baik..."
Pertanyaan itu membuat Anggi melotot. Dia tidak mengerti arah pertanyaan Ken menuju kemana.
"Kamu suka sama dia?" tanya Anggi kemudian.
"Gak. Bukan seperti itu, Gi. Tapi, ada hal yang penting banget untuk aku pastikan. Hal penting itu mengenai teman kamu itu." jawabnya cepat agar Anggi tidak salah paham.
"Ya kak Aya cewek baik baik. Dia mahasiswa terbaik di jurusanku. Dia juga penerima beasiswa."
Ken terdiam mendengar penuturan Anggi tentang cewek yang diantar oleh kakaknya itu.
"Eee, dia punya pacar gak?"
"Hah?!"
Anggi tidak habis pikir dengan keingintahuan Ken tentang Cahaya.
"Gi, jangan salah paham dulu ya. Aku cuma mau tau aja, apa dia punya pacar atau tidak."
"Ya kalau udah kenapa dan kalau belum juga kenapa?" tanya Anggi sewot.
Ken menghela napas berkali kali. Dia tidak punya cara lain selain mengatakan yang sebenarnya sama Anggi.
"Gi, teman kamu itu sepertinya dekat sama mas Kai. Aku hanya ingin memastikan apakah dia cewek baik baik atau malah cewek gak benar. Aku gak mau mas Kai mengejar cewek gak baik." Ken menjelaskan.
Penjelasannya sungguh membuat Anggi menggeleng sinis. Dia tidak menyangka ternyata Ken yang pernah dia gilai itu begitu sok suci. Menilai rendah wanita sesukanya saja.
"Jangan khawatir deh. Kak Cahaya bukan cewek gampangan yang dengan mudahnya menerima pria seperti kalian." ucap Anggi sambil melotot marah pada Ken.
"Apa maksud kamu bilang pria seperti..."
"Cukup Ken. Jangan pernah muncul dihadapan aku lagi. Dan soal kak Cahaya, jangan khawatir, dia pasti akan menjauhi mas Kai kamu yang paling suci itu." celoteh Anggi, lalu dia pergi meninggalkan Ken yang terdiam bingung mencerna kalimat yang diucapkan Anggi barusan.
Semangat kakak Author, ditunggu kelanjutannya 💪
Author berhasil membuatku menangis 👍
Semangat kakak Author 💪