NovelToon NovelToon
Penyesalan

Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Semua itu karena rasa ego. Ego untuk mendapatkan orang yang dicintai, tanpa berfikir apakah orang yang dicintai memiliki perasaan yang sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

"Jangan tanyakan betapa bahagianya aku hari ini, bertahun-tahun lamanya aku memendam rasa, dan dengan seketika kamu telah menjadi pendamping hidup ku"

Hari ini adalah hari pernikahan ku dengan Kak Adam. Acaranya di gelar di sebuah gedung besar di kotaku, hal ini dikarenakan lokasi rumah ku dan rumah Adam tidak memungkinkan untuk menggelar acara nikahan secara besar-besaran. Ya, pernikahan kami digelar dengan cukup besar dan mewah. Maklum saja, keluarga besar orang tua kak Adam memang merupakan keluarga berada, jadi tentunya mereka perlu mengadakan pesta pernikahan yang megah untuk menyambut tamu tamu mereka. Terlebih aku baru tahu, kalau pernikahan kak Adam dengan istrinya yang terdahulu hanya digelar di KUA saja dan tidak dihadiri olej seluruh keluarga kak Adam. Hanya keluarga inti saja.

Aku memakai baju pengantin ala baju pengantin wanita Arab, dan tak lupa dengan hijab syar'i menutup dada. Aku tak nyaman jika jilbab di lilit ke leher sehingga menunjukkan dada ku. Meskipun, ini adalah hari spesial di mana kebanyakan pengantin memakai jilbab lilit ke leher dan menampakkan dada, tetapi aku tidak mengikuti trend itu. Aku tetap berusaha Istiqomah untuk menuruti segala perintah-Nya. Salah satunya yaitu memakai hijab syar'i sesuai tuntunan agama, yaitu longgar, besar, dan menurup dada.

Aku duduk terpisah dari kak Adam.

"Bagaimana para saksi sah"

"sah"

Hanya dengan satu kalimat saja, Kak Adam resmi memperistri diriku. Aku tersenyum lega, air mataku menetes, aku sangat bahagia sekali saat ini. Allah Maha Baik, ia mempersatukan ku dengan pria pujaanku. Aku tak menyangka Allah akan mempersatukan ku dengan kak Adam. Pria asing yang paling aku cintai dalam hidupku.

Setelah para saksi berteriak sah, barulah ibu dan kak Farah mendampingi ku untuk duduk di samping kak Adam. Begitu aku duduk si samping kak Adam, penghulu menyuruhku untuk mencium tangan kak Adam. Kak Adam langsung mengulurkan tangannya kepadaku, dan aku langsung menyambut tangan tersebut dengan tanganku kemudian menciumnya. Setelah itu kak Adam mencium keningku yang dilapisi oleh jilbab. Meski begitu, tetap dapat kurasakan syahdunya momen ini.

Setelah itu, acara selanjutnya pun digelar, aku dan kak Adam diminta untuk duduk di pelaminan.

Kini kami berdiri di pelaminan, orang tuaku di sebelah ku, dan orang tua Adam di sebelah adam. Jadi posisinya aku dan Adam di tengah, dan kami diapit oleh keempat orang tua kami saat ini. Alhamdulillah.

Satu persatu tamu undangan menyalami kami, mengucap selamat kepada kami, dan mendoakan yang baik baik untuk pernikahan kami. Aku sangat bahagia, aku menatap wajah Adam ia juga tampak tersenyum bahagia, aku tak tahu bagaiaman suasana hatinya saat ini, tapi aku bersyukur sebab ia pandai dalam menutupinya.

Setelah pernikahan itu selesai, Adam memutuskan untuk membawaku ke rumah pribadinya. Ya, sebelum menikah dia sudah punya rumah sendiri. Tetapi, meski punya rumah sendiri dia memutuskan untuk tetap tinggal bersama orang tuanya. Dan setelah menikah, barulah kami pisah rumah.

Jadi, adil, sebab kami tidak tinggal di rumahku juga tidak tinggal di rumah orang tuaku.

Setelah 1 jam di dalam mobil, kami pun sampai di sebuah rumah yang terdapat dikawasan perkotaan. Rumah ini lumayan besar, ada tingkat dua, terdapat gerbang, dan ada seorang satpam yang berjaga.

Mobil dihentikan tepat di halaman rumah. Kak Adam yang tadinya berlaku sangat manis ketika dihadapan orang tuaku kini berubah cuek. Ia turun sendiri dari mobil, masih lengkap dengan jasnya, ia bahkan sama sekali tak menawaiku untuk masuk ke rumahnya.

"Mas..." ucapku setengah berteriak, aku tak lagi memanggil dengan sebutan kak Adam tetapi menjadi mas Adam sebab saat ini dia telah berubah status menjadi suamiku.

Mas Adam membalikkan badan menolehku, dia mengangkat dagunya seperti bertanya 'ada apa?'

"Koperku masih berada di bagasi belakang" ucapku ragu.

Mas Adam memencet sesuai pada gantungan kunci mobilnya, kemudian bagasi mobil pun terbuka. Setelah bagasi mobil terbuka, mas Adam lanjut masuk ke dalam rumah. Aku pun langsung beranjak menuju bagasi mobil dan mengangkat kedua koperku yang lumayan berat.

Aku mengangkat koperku dengan sedikit kesulitan, hingga akhirnya aku masuk ke dalam rumah. Rumah yang cukup bersih dan rapi.

"Mas, kamar kita di mana?" tanyaku kepada Mas Adam yang tengah duduk, dengan kaki berselonjor di sofa pada ruang tamu.

Mas Adam menatapku dengan tatapan datar.

"Tuh, kamarmu berada di samping tangga" ucapnya santai seraya menggulir gulir layar hpnya.

"Kamarku?" tanyaku heran, bukankah kamarku juga termasuk kamarnya. Tetapi mengapa ia hanya menyebut kamarku saja. Ada apa ini?

"Ya kamarmu, kamarmu di bawah, dan kamarku di atas."

"Ta..Pi mas"

"Sudah jangan tapi tapian, ikuti saja aturanku" ujar Mas Adam, lalu beranjak dari sofa dan pergi menaiki tangga. Aku masih tak bergeming, masih menatapnya tak percaya.

"Ohya Kuncinya telah aku letakkan di pintunya, masukklah jika ingin beristirahat. Jika kamu lapar, kamu bisa memasak sendiri di dapur semua perlengkapan sudah tersedia, dan apa yang ingin di masak ada di dalam kulkas. Jika kamu malas masak kamu bisa go food, nanti biar aku yang bayar," ujarnya, panjang lebar.

"Ya, terimakasih, aku akan memasak sendiri," ujarku, dan mas Adam pergi meninggalkanku sendiri. Aku segera mengangkat koperku ke dalam kamar yang dia maksudkan.

Kamar ini lumayan luas berukuran 4 kali 3 meter, terdapat sebuah kasur untuk muat dua orang, satu lemari kayu yang bagus, dan satu meja rias, dan terdapat juga pintu yang langsung mengarah ke luar ruangan. Menamba nyaman kamar ini. Aku langsung merebahkan diri, ah lelah sekali rasanya. Seharian berdiri menyalami tamu undangan, dan ditambah lagi satu jam dalam perjalanan. Rasnaya tubuhku remuk semuanya.

Aku ingin segera tidur dan istirahat, tetapi tubuhku terasa sangat lengket sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk mandi saja. Aku mengambil pakaian ganti ku dari koper, dan bergegas ke kamar mandi. aku mencari kamar mandinya sendiri,tidak perlu berputar cukup lama.aku langsung emnemukan kamar mandi di dekat dapur.

Rasanya segar  sekali saat air membasuh tubuhku. Setelah aku selesai mandi, aku berniat untuk memasak tetapi di meja makan sudah ada nasi kotak dan orange jus. Apa itu milik, kak Adam? Aku memutuskan untuk ke kamar dan mengecek ponselku. Benar saja, ada pesan wa dari kak Adam.

[Zara kamu tidak perlu memasak, aku sudah memesankan nasi kotak dan juiece untukku dan untukmu. Milikmu aku taruh di meja dapur, sedangkan aku makan di dalam kamarku,] - Mas  Adam

Aku tersenyum membaca chat dari Mas Adam. Begini saja sudah cukup membuatku bahagia, sebab itu artinya dia masih memikirkan ku meski ia tidak mencintaiku. Aku membalas.

[Terimakasih banyak Mas Adam, seharusnya Mas tak perlu repot report] balasku, chatku hanya di baca saja, dan gak ada balasannya selanjutnya. Aku pun langsung bergegas ke dapur, dan menyantapnya. Tiba tiba fikiranku melayang ke pertanyaan, bagaimana jika masa lalunya kembali, apa dia akan menceraikanku saat itu juga? Ahh, fikiran macam apa ini.

Setelah selesai makan, aku berinisiatif untuk naik ke atas, melihat apa yang sedang kak Adam lakukan.

Satu persatu anak tangga kunaiki pelan-pelan, takut Mas Adam tahu kalau aku naik ke atas. Aku berjalan pelan-pelan ke arah sebuah kamar. Samar-samar ku dengar suara seseorang melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Merdu sekali. Semakin dekat, suara itu semakin jelas. Dan suara itu berasa dari sebuah kamar, ku tebak itu pasti kamar Mas Adam.

Ku tempelkan kupingku ke pintu, dan suara itu semakin jelas terdengar. MasyaAllah, suaranya merdu sekali. Tak diragukan lagi, dia memang beberapa kali memenang lomba MTQ tingkat sekolah, kampus, dan kabupaten.

Capek berdiri, akhirnya aku memutuskan untuk duduk bersandar di pintu, seraya menikma suara indah suamiku sendiri. Seharusnya, aku bisa menikmati suara indahnya sambil duduk di sampingnya, tetapi begini saja aku sudah bahagia.

*******

"Hoahhhh...." Aku menguap, dan mataku nanar menatap sekeliling. Ini bukan kamarku, tetapi... Astaga, aku ketiduran di depan pintu kamar Mas Adam. Dan ini... Selimut.. siapa yang memberikannya. Apa Mas Adam tahu aku ketiduran di sini? Astaghfirullah malunya aku. Dengan segera aku melipat selimut berwarna coklat polos itu, dan meletakkannya di lantai, kemudian kembali ke kamarku. Ini sudah jam 3 pagi.

Sesampainya di kamar aku langsung merebahkan tubuhku di kasur, dan fikirannku kembali menebak nebak apa yang terjadi semalam. Seingatku, aku duduk di depan kamar Mas Adam untuk menikmati suara indahnya membaca Al-Qur'an. Dan ... Aku tak ingat apa-apa lagi. Mas Adam pasti sangat marah saat ini, karena aku berada di depan pintu kamarnya apalagi sampai ke tiduran. Ya, Allah buatlah Mas Adam tak jadi marah padaku.

Hatiku gundah gulana, rasanya aku tidak bisa lagi memejamkan mataku untuk tidur. Aku terus menerus menebak siapa yang memberikanku selimut, dan aku sedang menebak bagaiamana ekspresi Mas Adam saat tahu aku ketiduran di depan pintu kamarnya.

Namun, aku hanyalah makhluk lemah yang tidak bisa mengontrol sarafku sendiri, dan akhirnya aku pun terlelap dalam tidur.

1
Tiawa Mohamad
kenapa ceritanya gantung lanjut thor
shanum
sampai sini dlu, mampir di "cinta dibalik heroin"
Ariani Indah Utami
?
Ariani Indah Utami
...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!