[ARC 1] Demallus-Hellixios-Rivenzha
Seorang perempuan terbangun di dunia lain dengan tubuh orang asing. Tak cukup dengan tak mengingat kehidupannya di masa lalu, sejak ia datang ke dunia itu, situasinya kacau.
Di kehidupan itu, nyawanya juga akan hilang hanya dengan satu kata dari seorang raja atau kaisar.
Namun, ia menemukan berbagai hal luar biasa dalam perjalanan, seperti makhluk sihir, teman seperjalanan yang menarik, dan alasan sekecil apa pun untuk bertahan hidup.
Meski tak terlalu dihargai, ia juga tak begitu peduli. Tapi kegelapan tak diketahui perlahan memanggilnya. Seolah memaksa melukai orang-orang yang mulai ia anggap berharga.
"Jika Anda menimbulkan kekacauan dan pergi ke jalan kegelapan di masa depan. Apa Anda bersedia membunuh diri Anda sendiri?"
Akankah kematian menjadi satu-satunya hal yang menunggunya lagi?
Give Me a Clue: Why Should I Stay Alive?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9. Kebebasan
"Apa Anda sedang melihat langit lagi?" tanya Kaltaz.
Nexa menoleh ke sumber suara. Saat Kaltaz dan Damatriss bergiliran berjaga di dalam ruangan, mereka beberapa kali mendapati Nexa hanya menatap ke arah jendela yang menampakkan langit. Tapi di banyak kesempatan, mereka akan keluar dan di ruangan ini hanya akan ada ia sendiri, lalu beberapa orang penjaga yang sempat Nexa lihat sekilas di depan pintu ruangan.
"Ya. Langitnya cerah berawan hari ini." Nexa kembali menatap ke luar jendela.
"Ada yang pernah bilang pada saya, seseorang yang sering melihat langit sebenarnya merindukan atau menginginkan kebebasan."
Kaltaz menggunakan sapaan formal, tidak seperti biasanya, padahal Nexa seseorang di bawahnya jadi Kaltaz tak perlu berbicara sangat formal seperti kepada atasan atau yang kedudukannya lebih tinggi. Apa mungkin ia mendapatkan teguran? Pikir Nexa.
"Begitu?"
"Ya, terdengar sok tahu, bukan? Bagaimana menurut Anda?"
Nexa tak begitu paham.
"Hm, entahlah. Mungkin saya memang menginginkan kebebasan, apapun arti dari kebebasan itu. Tapi bisa saja saya menatap langit hanya karena menyukainya, tidak ada makna lain."
"Apa Anda menyukai langit?"
"Saya tidak tahu," katanya agak acuh sambil menatap pria itu.
Kaltaz tertawa kecil. Ini pertama kalinya Nexa mendengar dan melihatnya tertawa seperti itu.
"Seperti apa kerajaan Hellixios?" tanya Nexa.
Hal itu membuatnya penasaran karena setelah berada di tempat itu ia hanya terkurung di ruangan. Bagaimana orang-orangnya? Istana? Lalu udara bebas di kerajaan. Nexa ingin tahu keajaiban dan sihir apalagi yang akan ia lihat. Jika pangeran Celarion mengatakan bahwa ia harus lebih kuat, itu berarti ia akan memiliki kesempatan untuk belajar bukan? Ia akan senang mengetahui banyak hal dengan melakukan perjalanan. Meski entah bagaimana akan bertahan hidup nanti, tapi Nexa pikir jika kerajaan begitu mewaspadainya, ia pasti tidak akan dibiarkan bepergian seorang diri kan? Harus ada yang mengawasi dan mengawalnya. Pasti sulit bagi mereka mengurus semua permasalahan yang terjadi.
"Orang-orang menyebutnya negeri tanpa dasar," jawab Kaltaz kurang membantu dan memuaskan rasa ingin tahu perempuan itu.
"Kenapa begitu?" Tanya Nexa dengan nada datar.
"Anda akan mengetahuinya sendiri. Pangeran kelima akan ke sini sore ini, saya rasa Anda akan segera bisa keluar dari sini dan melihat kerajaan ini sendiri."
Hal itu cukup menghibur, setidaknya ia akan segera keluar dari sana. Hidup seperti itu sebenarnya cukup memuaskan, ia tak perlu melakukan apa pun dan semuanya sudah disediakan. Ia pasti seperti babi. Tapi melewatkan kesempatan untuk melihat dan mengelilingi dunia ini adalah hal yang sangat amat disayangkan, itu tak akan sebanding dengan rebahan saja di dalam kamar. Ia masih sangat ingin melihat naga juga dengan mata kepalanya sendiri. Kalau dipikir-pikir, jika ia harus mati, Nexa akan memilih mati di tanganseekor naga, itu terdengar cukup mengagumkan. Perempuan itu jadi asik sendiri dengan pikirannya.
"Tampaknya Anda tidak terlalu senang akan keluar dari sini."
"Saya senang, saya ingin lebih kuat, saya ingin mengetahui semuanya. Bahkan jika misi ini tak cukup berguna untuk membuat saya mengingat kembali semua, saya tak keberatan, tapi tentu saja saya harap akan mengingat semua kembali. Walaupun tujuan saya melakukan perjalanan untuk menghindari penyerangan terhadap kerajaan dan mencegah Damellus melacak dan mengetahui keberadaan pasti saya."
"Saya menyukai optimisme Anda, Anda terdengar lebih hidup dari kelihatannya."
Nexa menatap ke arah lelaki itu dengan tatapan tak mengerti. Apa maksudnya? Pikir Nexa. Memangnya ia bukan mahkluk hidup? Itu sih pikiran Nexa di awal yang mengira dirinya sudah mati dan berada di neraka.
Setelah berjam-jam terlewati, sore harinya, pangeran Celarion benar-benar datang dengan Vielran. Ia duduk di sebuah kursi dekat ranjang Nexa di sisi kanan sementara Vielran berdiri di samping kanan pangeran dan Kaltaz berdiri di samping kiri ranjang Nexa.
"Kau akan diberikan identitas baru, semua hal yang berkaitan dengan keperluanmu hanya akan diberikan dan bisa kau minta pada satu orang khusus yang akan menemani dalam perjalanan. Selama perjalanan, semua hal yang kau lakukan dan inginkan harus mendapat izin orang tersebut."
"Wah, benar-benar tidak punya kebebasan," ucap Nexa dalam hati.
"Kami akan menyerahkan tanggung jawab terhadap Anda kepadanya selama perjalanan, dan orang itu akan melapor pada kami," lanjut pangeran Celarion menjelaskan.
Nexa cukup penasaran siapa orang yang akan pergi bersamanya. Apakah orang itu akan membuatnya kerepotan? Menyusahkannya atau bahkan memalsukan laporan. Lalu ia ditindas?
Tidak mungkin, pikirannya sudah terlalu jauh. Tapi apa yang tidak mungkin di dunia ini?
"Siapa yang akan menemani saya?" tanya Nexa.
"Saya sudah menunggu pertanyaan itu, kerajaan sudah memutuskan yang akan menemani Anda adalah kesatria Kaltaz."
Setelah mendengar itu, tanpa sadar Nexa bernapas lega.
"Saya akan menemani Anda dalam perjalanan, mohon bantuannya," ucap pria itu sopan. Dilihat dari reaksinya, mungkin ia sudah diberi tahu lebih dulu. Nexa tidak tahu sebarapa kuat Kaltaz, tapi jika yang ditunjuk untuk menemaninya hanya seorang, Nexa rasa pria itu lebih dari kuat.
"Ah, seharusnya saya yang bilang begitu. Saya senang Anda menjadi rekan seperjalanan saya, mohon bantuannya," ucap Nexa sambil menunduk sesaat.
"Kalau begitu, ini identitas Anda yang baru ...." Kertas muncul dari tangan pangeran Celarion seperti sihir.
"Identitas dan latar belakang Anda tertulis di sini, tentu saja itu semua palsu," ucap pangeran.
Vielran mengambil kertas itu sambil membungkuk sopan, lalu memberikannya pada Nexa sedikit enggan. Apakah ia seberbahaya itu? Bahkan ia tak akan menyentuh pangeran jika pangeran sendiri yang mengulurkan kertas padanya.
Ia tak perlu memikirkan hal seperti itu mulai sekarang. Nexa melihat kertas yang diambilnya, ia tampak tersentak kaget.
"Apa Anda bisa membacanya?" tanya pangeran yang mengetahui Nexa adalah seseorang dari dunia lain saat interogasi.
Nexa tak tahu pasti, tapi ..., ia benar-benar bisa membacanya.
"Entah kenapa, saya bisa membacanya, awalnya tampak aneh, tapi saya bisa membaca itu."
"Sungguh menarik bahwa seorang tawanan bisa membaca saat ini, ditambah lagi hilang ingatan." Vielran sarkas. Pangeran sepertinya sudah terbiasa. Sementara Nexa mengabaikannya saja.
"Mungkin itu berasal dari bawah sadar," ucap pangeran.
"Apa yang ingin saya sampaikan sudah cukup, kami akan menyerahkan tanggung jawab pada kesatria Kaltaz. Sebelum saya pergi, apakah ada hal yang ingin Anda tanyakan?"
Nexa menggelengkan kepala. "Tidak, Pangeran. Terima kasih sudah meluangkan waktu Anda yang berharga."
Ia pikir sebaiknya begitu, Nexa hanya tak ingin melihat wajah permusuhan tak enak dipandang Vielran lebih lama.
"Baiklah kalau begitu."
Setelah kepergian pangeran dan penjaganya, Nexa segera menoleh ke arah Kaltaz.
"Kapan kita akan pergi?" tanyanya membuat Kaltaz terdiam sesaat lalu tersenyum.
"Sebelum itu, ada hal yang harus kita persiapkan dulu. Saya juga harus membekali Anda beberapa pengetahuan."
"Baiklah, apa itu?" ucap Nexa dengan ekspresi biasa saja tapi mata merahnya yang redup menjadi berbinar, ia tak menyadari Kaltaz sempat menatapnya dengan tatapan sulit diartikan, pria itu lalu menghela napas pelan, kemudian menggeleng samar menganggap apa pun yang dipikirkannya saat ini sama sekali tidak berguna.
Ah, ia mungkin merindukan salah satu junior sekaligus temannya, yang saat ini sudah tiada. Orang sepertinya tidak boleh terlalu terbawa perasaan yang akan menghambat di masa depan.
🔮🪄🔮
salut sihhhh...🤩