Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4 : KRISIS PERUSAHAAN NARENDRA
Richard mendengkus sebal, menarik napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar, demi mengurai kekesalan di dada. Akan tetapi, dia akan tetap bertahan. Tidak tega membiarkan wanita itu menanggung beban seorang diri.
“Yasudah kalau tidak percaya,” ucap Richard berhenti mendebat sang istri. Apalagi jelas sekali wanita itu tampak tertekan. ‘Kasihan sekali kamu, Vel,’ batin lelaki itu iba.
Satu minggu mereka tinggal satu atap, Richard sama sekali tidak pernah melihat istrinya tersenyum. Bahkan sering memergokinya menangis di kamar mandi, meski shower dalam kondisi menyala. Ingin memeluk menenangkan, takut Velyn akan semakin marah dan benci padanya.
Dua tangan besar Richard masih memberikan pijatan lembut di bahu sang istri, leher jenjang dan kepala bagian belakang wanita itu yang terasa tegangnya. Dua ibu jarinya kompak bergerak dengan teratur untuk memberikan relaksasi.
“Kamu itu terlalu stress, Vel,” ucap Richard yang tidak ditanggapi oleh istrinya. Velyn masih fokus mencocokkan berkas-berkas dan laporan yang diterima melalui emailnya.
Richard mencuri pandang. Meski kedua tangan Richard sibuk melakukan terapi, sepasang netranya menajam ke arah laptop, bergantian pada dokumen yang dipegang Velyn.
Memiliki IQ tinggi, mampu membuat Richard berkonsentrasi penuh dengan dua kegiatan berbeda. Gerakan pijatannya tetap teratur sesuai tahapan, sedangkan mata dan otaknya bekerja sama untuk menyerap setiap worksheet yang terpampang di layar laptop istrinya.
Sesekali wanita itu menghela napas berat saat menggulir layar di depannya. Matanya sudah perih dan sangat merah. Mendapat relaksasi dari tangan ajaib sang suami, membuatnya tak kuasa menahan kantuk lebih lama lagi. Ia menyandarkan kepala di meja kerja. Beberapa menit kemudian, terdengar dengkuran kecil.
“Vel! Velyn!” panggil Richard, sengaja memastikan sudah lelap atau belum. Bahkan ia menepuk pipi mulusnya. Karena Velyn akan sangat marah jika Richard menyentuh wajahnya.
Setelah tak mendapat jawaban, ditambah helaan napas yang teratur, Richard yakin bahwa Velyn sudah lelap di alam mimpinya. Ia berjongkok, menatap wajah damai sang istri. “Kalau begini ‘kan makin cantik. Marah-marah terus, untung enggak punya riwayat darah tinggi!” kelakarnya dalam gumaman pelan.
Lelaki itu segera beranjak, memindahkan sang istri ke atas ranjang dan menaikkan selimut hingga menutup sebagian tubuhnya.
Richard menoleh ke meja kerja, menggulung kemeja panjangnya hingga siku, lalu duduk di kursi putar yang terasa panas akibat semalaman penuh diduduki oleh sang istri.
“Jadi Perusahaan Narendra sedang mengalami krisis, bahkan sudah ada beberapa karyawan yang terpaksa dirumahkan?” gumam Richard ketika menguasai laptop milik istrinya.
Richard juga menemukan beberapa proposal untuk pengajuan kerja sama pada beberapa perusahaan besar di negara tersebut. Sesekali melihat gurat lelah wajah istrinya, “Huft, dan kamu pontang-panting sendirian?” Lelaki itu tersenyum miris.
Setelah mengetahui permasalahan utamanya, Richard beralih untuk mengurus perusahaannya terlebih dahulu. Waktunya tidak banyak karena sebentar lagi pagi. Setelah sekian lamanya, akhirnya ia kembali dengan tanggung jawab yang sebenarnya.
Lima tahun yang lalu, Richard sudah mengelola perusahaan keluarganya. Perkembangan memang cukup pesat karena tangan dinginnya. Akan tetapi, satu hal yang dibenci oleh Kakek Alex.
Richard selalu menghambur-hamburkan uang, ia menganggap bahwa dunia ada dalam genggamannya. Sehingga bisa berbuat apa pun dengan uang. Bukan hanya itu, dengan jabatan, Richard tidak bisa menghargai orang-orang sekitar. Bahkan sewaktu dijodohkan, Richard justru mengacaukan semua dan mempermalukan nama baik keluarga.
Semua itu membuat sang kakek lelah, akhirnya Alex mengusir Richard. Pria tua itu menghardik cucunya dengan sumpah serapah. “Percuma kau pintar dan berpendidikan tinggi, kalau attitude kamu NOL! Pergi kamu dari sini. Tanpa nama Dirgantara, kamu pasti akan menjadi gelandangan! Tinggalkan semua fasilitas yang Kakek berikan!”
Richard tersentak dari lamunan saat kalimat sang Kakek seolah menggema lagi di telinganya. Dadanya berdegup dengan kuat. Matanya terpejam, lalu menarik napas dalam-dalam, mengembuskannya pelan sembari membuka mata, “Kali ini, aku tidak akan mengecewakan kakek lagi,” ucapnya serius, lalu fokus dengan pekerjaannya yang menggunung.
Perjalanan hidup yang keras sudah dilalui oleh Richard. Dihina, direndahkan dan dicaci maki sudah menjadi makanannya sehari-hari sejak lama. Karena itu, rasanya ia sudah kebal. Diusir sang kakek membuat kedua matanya terbuka, hingga lambat laun, pemikiran dan sikapnya berubah.
...\=\=\=\=000\=\=\=\=...
“VELYN!” teriakan menggema di seluruh penjuru rumah, memekakkan telinga.
Velyn yang masih pulas terperanjat kaget dari atas ranjang, kepalanya berdenyut dengan sangat kuat. Rasanya tubuhnya berputar-putar karena bangun dengan tiba-tiba.
“Makanya pelan-pelan aja kalau bangun,” ucap Richard segera memijit ibu jari kaki Velyn untuk melancarkan peredaran darah yang mengalir ke kepala.
Perlahan Velyn membuka mata, pandangan pertama adalah sang suami yang tampan dan segar usai mandi. Aroma khas lelaki itu pun menyeruak ke hidung Velyn, ia segera membuang pandangannya.
“Velyn! Turun!” Teriakan itu kembali menggelegar.
“Sebaiknya kamu mandi dulu, airnya sudah siap,” ucap Richard setelah melihat Velyn lebih baik.
“Ya.” Velyn bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Meja kerja Velyn sudah kembali rapi, karena semalam Richard sudah membereskannya. Ia juga sudah menyiapkan pakaian kerja sang istri. Pria itu sampai tidak tidur semalaman suntuk.
...\=\=\=\=000\=\=\=\=...
Tidak butuh waktu lama, Velyn sudah turun bersama suaminya. Mereka segera bergabung di meja makan untuk sarapan.
“Aku dengar Papa sakit? Sudah baikan?” Velyn membuka suara setelah meneguk teh hangat di hadapannya.
Velyn mengernyit saat melihat sorot mata penuh amarah yang dipancarkan oleh sang ayah. Dada pria itu mengembang dan mengempis dengan sangat kuat.
“Sejak kapan perusahaan mengalami krisis?” tanya Rendra penuh penekanan di setiap kalimatnya.
DEG!
Velyn sudah mengira ini pasti terjadi. Meski sudah disembunyikan serapat apa pun, tetap saja ayahnya akan tahu hal tersebut cepat atau lambat.
“Sudah satu bulan, Pa,” sahut Velyn menunduk sembari mengaduk-aduk makanan yang telah disodorkan suaminya.
“Apa? Satu bulan dan kamu masih belum bisa menyelesaikannya?!” berang Rendra menggebrak meja makan hingga beberapa peralatan makan terjatuh. Bahkan ada beberapa yang pecah.
Sabrina segera menenangkan suaminya, “Mas, tenang sedikit,” sarannya bersuara pelan.
“Tenang! Tenang bagaimana?! Kamu tahu sendiri susah payah aku membangun perusahaan itu. Dan kini tiba-tiba terdengar kabar perusahaan mengalami krisis? Kalau Velyn bisa mengelolanya dengan baik, tidak akan mungkin ini bisa terjadi!” teriak Rendra meluapkan segala amarahnya.
Velyn memejamkan mata sesaat, hatinya sakit karena kerja kerasnya tidak pernah terlihat di mata ayahnya. “Maaf, Pa. Velyn akan berusaha secepatnya memulihkan kondisi keuangan perusahaan kita,” gumam wanita itu dengan suara bergetar.
“Maaf! Maaf! Apa maafmu itu bisa menutup krisis di perusahaan, hah? Satu bulan ini kamu ngapain aja? Kau tahu! Jika kabar ini terdengar oleh para kolega kita, habis sudah! Mereka pasti mencabut semua saham di perusahaan kita, Velyn!” Bukannya memberi dukungan atau solusi, Rendra justru semakin memarahinya.
“Pa, Velyn sudah berusaha semaksimal mungkin. Dia bahkan tidur cuma beberapa jam setiap malam. Jika tidak membantu menyelesaikan, setidaknya beri dukungan padanya,” papar Richard yang sedari tadi menahan diri. Ingin sekali menonjok mertuanya, tapi takut durhaka.
“Diam, kau! Siapa kamu berani-beraninya menasehatiku? Kau bahkan sama sekali tidak mengerti tentang perusahaan! Jadi, jangan ikut campur!” tandas lelaki paruh baya itu.
Ia sampai lupa, kondisinya saat ini sudah jauh lebih baik karena menantunya juga. Bisanya hanya meremehkan Richard saja.
“Pranggg!”
Kesal, Velyn tidak melanjutkan sarapannya. Kepalanya ingin pecah rasanya. Ia melempar sendok dan segera beranjak keluar tanpa berpamitan.
Richard segera beranjak, setengah berlari menyusul istrinya. Dalam kondisi kalut, Richard takut terjadi sesuatu pada Velyn saat berkendara.
Saat Velyn membuka pintu, Richard menerobos duduk di balik kemudi, menyalakan mesin mobil itu dengan santai.
“Ngapain kamu di sini? Keluar nggak?!” kesal Velyn menatapnya tajam.
“Enggak!” tolak Richard. “Buruan duduk di sini!” tunjuk lelaki itu dengan dagu pada kursi sebelahnya.
“Keluar Richard!” paksa Velyn menarik lengan kekar sang suami.
Richard menghela napas panjang, menggendong paksa gadis itu dan mendudukkan di kursi penumpang depan, lalu memasangkan sabuk pengaman. “Diam!” titah lelaki itu dengan tegas.
Bersambung~
Halo, Best. Maaf baru hadir. Novel ini ikut lomba menantu sampah, jadi sebelum upload harus nunggu feedback editor dulu. weekend editor libur, Best, makanya senin baru bisa upload. makasih dukungannya 🙏💋
mohon maaf kalau menemukan kesamaan dengan karya lain, saya tidak PLAGIAT ya. Ini pure karya saya yang sudah melalui seleksi editor. sekian dan terima gaji🙏
Thor jangan lama" up nya .. ini baca sambil ingat" sama alur ceritanya 😇
sehat selalu jugaaaa ditunggu setiap kelanjutan kisah si tuan dan nyonya Crazy Rich-Vel..