Trauma masih saja datang menghampirinya, bahkan ini sudah 7 tahun yang lalu Sihyun masih belum bisa melupakan kejadian mengerikan yang terjadi pada dirinya saat itu.
Sesekali dia ingin melakukan cara untuk balas dendam namun tak tahu cara memulainya. ketika suatu hari dia mengetahui bahwa bos di perusahaannya adalah suami temannya. Terlintas dalam pikiran Sihyun untuk melakukan balas dendam lewat suami temannya.
Bagaimana kisahnya....?
Simak saja langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Geram
Sihyun membuka matanya samar-samar, dia melihat langit-langit ruangan yang asing baginya.
"Ughhh.. ini dimana?" Gumamnya.
"Sayang..?"
Deg.
Mendengar suara tersebut, Sihyun langsung menoleh dan menatap seseorang yang berada di sampingnya tersenyum tipis dengan ekspresi bahagia.
"A-anda..."
"Akhirnya kau sadar." Ucap Taejun.
Sihyun bertanya-tanya dalam hatinya, kenapa dia bisa ada di sini. Dirinya tak ingat dengan kejadian tadi saat di toilet.
"Shhtt.." Sihyun meringis dan melihat tangannya yang sedang di infus, bahkan dirinya merasa pusing dan merasa lemas untuk bangun.
"Jangan memaksakan diri, istirahatlah.. kau baru saja siuman. Kau harus banyak makan, tubuhmu terlalu kurus." Ucap Taejun sambil mengusap surai Sihyun.
Entah kenapa hati Sihyun merasa senang saat Taejun bersikap lembut seperti ini padanya. 'Tidak, sadarlah kau Sihyun. Jangan sampai kau jatuh cinta padanya, ingatlah tujuan balas dendammu.' Ucap batinnya.
Tokkk.. Tokkk.. Tokkk..
"Taejun, kenapa aku tidak boleh masuk, hah?! Apa yang kau lakukan di dalam? Bukankah aku isterimu?"
Sejak tadi Jiyun berada di luar, Taejun menyuruh Kang Yejun untuk jangan memasukan siapa pun ke dalam ruangan ini.
"Ck, berisik sekali."
"Tidak papa, suruh isteri anda masuk saja. Jangan membuatnya curiga pada kita, pak." Ujarnya.
Taejun pun menghela nafasnya sejenak. "Masuk saja, aku tidak menguncinya."
Sebelum Jiyun masuk, Sihyun menyunggingkan senyumannya dan tersirat dalam pikirannya untuk melakukan sesuatu.
Ceklek.
"Kyaaa."
Greb.
Taejun menangkap tubuh Sihyun yang hampir terjatuh ke bawah. Adegan ini terlihat seperti adegan berpelukan karena posisi mereka saat ini.
Deg.
"Apa-apaan ini hah?!" Teriak Jiyun dengan tubuh mematung melihat adegan mereka berdua.
"S-sayang, ini salah paham." Ucap Taejun terbata-bata.
"Sudah kuduga, kalian pasti bermain gila di belakangku, kan?!" Pekiknya sambil berjalan menghampiri mereka berdua.
Sihyun terkekeh pelan, dia pun semakin mengeratkan tangannya yang berada di leher Taejun. "Pak, maafkan saya. Saya tak sengaja."
"Ah, tidak pap--
"Dasar wanita jalangg!!" Jiyun mengayunkan tangannya dan bersiap-siap untuk menampar Sihyun, Taejun yang menyadari itu, langsung sigap menghalangi.
Plakk.
Dan benar saja, Taejun lah yang terkena tamparan keras dari Jiyun. Saking kerasnya, sudut bibirnya berdarah dan pipinya sangat memerah.
"Astaga, pak presdir!!" Pekik Sihyun.
"S-sayang, k-kenapa kau....." Ucap Jiyun dengan ekspresi terkejutnya
Srettt.
Taejun langsung mencekal tangan kanan Jiyun yang barusan menampar pipinya dengan keras. Bahkan kali ini Taejun benar-benar murka pada sang isteri.
"Apa kau puas, hum?" Tanyanya sambil meremat tangan Jiyun.
"Shhttt.. L-lepaskan tanganku, i-ini sakit." Meringis.
Srakkk.
Taejun pun menghempaskan tangan Jiyun, dia pun langsung beranjak dari duduknya dan menatap Jiyun.
"Cukup! Aku tidak ingin bertengkar lagi. Bisa-bisanya kau ikut denganku kesini hanya untuk mengacaukan semuanya!"
"Apa kau bilang? Mengacaukan semuanya? Bukankah ini gara-gara kamu juga, kau berselingkuh dengannya kan? Jawab saja ucapanku?!!" Teriaknya.
Sihyun yang melihat adegan mereka bertengkar pun hanya duduk santai dengan ekspresi senang.
"Beraninya jalangg rendahan sepertimu menggoda suamiku, kau tidak tahu siapa aku, hah?!" Ucap Jiyun sambil menunjuk Sihyun.
"Hiks.. Nyonya, anda salah paham. Kami tidak berselingkuh. Berhenti menyalahkan pak presdir, dia tak bersalah." Ucap Sihyun dengan akting menangis.
Melihat Sihyun menangis membuat Taejun semakin geram dan sorot matanya berubah tajam pada Jiyun.
"Kau.. berani sekali kau membuatnya menangis, Jiyun!! Kau bahkan tidak bisa memberikan kebahagiaan untukku, kau selalu sibuk dengan kariermu. Aku ingin anak! Tidak bisakah kau memberiku sedikit kebahagiaan dengan mengandung benihku?!"
'Anak?' Batin Sihyun melirik Taejun.
To be continue.