Gadis manis berkulit putih, mata sipit dan hidung mancung Keynara maharani namanya, menjadi yatim piatu sejak kecil menjadikan sosok Key biasa dia sapa menjadi gadis yang tangguh dan pantang menyerah dalam segala hal, hingga kejadian disuatu malam yang mempertemukan nya dengan seorang CEO buta yang nyawanya tengah terancam. Key yang saat itu baru saja pulang dari bekerja menyaksikan seseorang yang tengah tidak berdaya dihajar habis habisan oleh beberapa oran berbadan besar berpakaian serba hitam, melihat orang itu tak berdaya dia memberanikan diri untuk menolong dengan sebuah ide terlintas dibenaknya dengan menyetel alarm sirine polisi diponselnya, dan berhasil orang orang berbadan besar itu langsung berlari meninggalkan orang yang tadi mereka keroyok.
bagaimana kelanjutan kisah Keynara dengan orang yang ditolongnya itu?
yuk ikuti kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanswii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Sore hari seperti yang sudah dijanjikan, Devon mengunjungi kediaman Kakeknya, Tio Bagaskara, ya memang Devon dan Alezio adalah sepupu.
mendiang papa mama Devon adalah adik dari papa Kendra, sama seperti Alezio, Devon juga pewaris tunggal perusahaan serta kekayaan kedua orang tuanya, tapi karena dia masih bersekolah semua urusan perusahaan diserahkan pada orang kepercayaan sang papa hingga nanti Devon bisa mengurusnya sendiri.
Untuk rumahnya Devon hanya mengunjunginya sesekali saja karena dia lebih suka tinggal di apartemen miliknya, karena kalau tinggal dirumahnya terlalu besar untuk dia yang sendirian, ya memang ada banyak asisten rumah tangga dan penjaga disana, tapi tetep saja dia merasa sepi.
setelah memarkirkan motor sportnya Devon memasuki rumah mewah itu, menanggapi sapaan para penjaga dan asisten rumah tangga yang menyapanya hanya hanya dengan anggukan singkat, ya kan sudah dibilang sifat Devon itu cuek, datar dan dingin, hampir sama dengan sepupunya Alezio.
segara dia bergegas kekamar Alezio karena dia tahu pasti kakak sepupunya itu sendang bersemedi dikamarnya, tanpa mengetuk pintu langsung saja dia nyelonong masuk.
"kebiasaan masuk kamar orang main nyelonong aja", ujar Ale setelah Devon duduk disampingnya, seolah sudah hafal kelakuan adik sepupunya itu.
"orang gak dikunci juga ngapain ketuk pintu, buang buang waktu", ucap Devon santai, sedang Ale hanya bisa mendengus.
"ngapain?",
"mau ngerampok",
"gue cekik juga loe",
"elah, nyekik juga gak sampai mati, kenapa gak loe matiin aja tu si uler",
"kenapa jadi loe yang sewot",
"muak gue sama tingkah tu uler, malu maluin gue sumpah",
"masih suka ngebully cewek yang deketin loe?",
"hemmmm".
kakak beradik sepupu itu memang kalau sudah bersama bisa saling banyak bicara, mungkin karena sudah terbiasa bersama sejak kecil dan juga mereka sudah seperti saudara kandung, jadi mereka bisa saling terbuka.
"kata mama loe lagi deketin karyawan kafenya?",
"apaan, gak ada",
"gak usah ngeles, mama tu bisa tahu gerak gerik mencurigakan loe",
"mencurigakan apaan loe kira gue mau maling",
"emang udah selesai sama masa lalu loe, udah beneran lupa, udah beneran gak ada rasa yang tersisa, jangan Sampai loe ngejalin hubungan baru tapi loe belum selesai dengan hati dan perasaan loe sama masa lalu loe, itu namanya loe cuma jadiin dia pelarian loe", ucap Ale seolah menasehati adik sepupunya itu.
"gak ada kak, gak usah dengerin bunda",
"ya meskipun gak bener tapi gue cuma mau ngasih tahu loe, meskipun gue gak pernah menjalin hubungan dengan perempuan, tapi gak ada satu orang pun yang mau menjalin hubungan sama orang yang belum selesai dengan masa lalunya, sangat menyakitkan kalau Sampai kita tahu kalau kita hanya dijadikan pelarian", ucap Ale lagi,
sedang Devon hanya terdiam mendengarkan dengan seksama semua ucapan kakak sepupunya itu, ada sedikit rasa nyeri di hatinya mendengar penuturan Alezio.
"loe masih mengharapkan mantan terindah loe itu kan?",
Devon masih terdiam, entah dia juga bingung dengan apa yang dia rasakan.
"loe diam gue anggap iya, kalau memang hati loe masih ada dia dan untuk dia, kejar dia lagi, karena bagaimana pun saat itu loe dikuasai emosi hingga loe gak bisa ngendaliin hati dan perasaan loe",
"gue gak tahu kak, apa dia masih mau Nerima gue lagi atau gak, karena tindakan gue sangat keterlaluan, sampai ngebuat dia langsung memutuskan pindah keluar negeri demi gak ketemu gue lagi",
"setiap orang punya kesalahan, dan tugas loe sekarang adalah memperbaiki kesalahan loe, loe buktiin kalau loe benar benar menyesal dan tulus minta maaf sama dia, perkara dia masih mau sama loe atau gak, yang terpenting dia udah maafin loe".
Devon terdiam, gak tahu mau bicara apa lagi, karena emang selama ini dia selalu negatif thinking takut kalau kesalahannya tidak termaafkan.
Mama Andin yang sedari tadi berada di balik pintu menyimak semua pembicaraan kedua cowok itu, ada rasa hangat menjalar dihatinya melihat mereka akrab dan saling terbuka satu sama lain, karena dia pun tahu kalau kedua cowok itu Selama ini termasuk cowok yang tertutup,s cuek dan dingin dengan orang orang disekitarnya.
"wah wah wah, anak anak mama lagi bahas apa nih kok kayaknya serius banget", ucap mama Andin yang sudah masuk kedalam kamar Ale,
dengan segera Devon menghampiri mama Andin dan menyalaminya.
"anak bunda tuh sok tahu", adu Devon,
"gue cuma tanyain sesuai yang mama sampein kok", ucap Ale,
"tentang karyawan mama kemarin ya Al, emang bener kok Al mama lihat sendiri tatapan penuh damba seorang Devon pada Keynara",goda mama Andin,
"bunda, gak usah Ngadi Ngadi deh", ucap sebal Devon, semoga bunda Andin malah terkekeh melihat raut Devon yang kesal.
"ya sudah, kita makan malam dulu, papa, Oma sama opa udah nunggu di meja makan", ajak mama Andin.
mereka pun bergegas menuju meja makan dengan mama Andin mengamit lengan Alezio.
sampai dimeja makan Devin segera menyalimi tangan opa Tio, Oma lusi dan papa Kendra, dan bergabung dimeja makan.
"kamu udah lama von?", tanya opa Tio,
"sore tadi opa", jawabnya,
"kok papa gak denger suara kamu?", tanya papa kendra,
"tadi dikamar Al pa, curhat", sahut mama Andin yang baru bergabung bersama Ale,
"curhat?", ucap papa kendra dan opa Tio berbarengan sedang mama Andin terkekeh,
"curhat apaan ma, nih anak kan sama tuh sama kakaknya cuek, dingin dan datar kalau sopa cewek kayaknya gak mungkin", ucap papa kendra yang dibalas dengusan oleh Al dan Devon.
"kalian ini, cucuku ini cowok cowok tampan dan berwibawa, meskipun mereka dingin, cuek dan mukanya datar kayak triplek pasti banyak cewek yang antri", ucap Oma Lusi,
"belum deketin udah udah pada kabur tu para cewek", cibir opa Tio yang membuat para orang tua tertawa.
"ini mau makan atau terus ngerosting kita", ucap Al jengah,
"kalau tahu datang kesini cuma buat diroasting, gak bakal mau aku", sahut Devon,
"eleh eleh, pada ngambek ini para cogan", goda mama Andin lagi,
"cogan apaan ma?", tanya papa kendra,
"cowok ganteng pa", jawab mama Andin,
"kok bunda jadi kayak anak ABG sih", ucap Devin menatap mama Andin,
"yeee jangan salah tiap hari bunda tu selalu berkumpul sama anak ABG, jadi wajar donk kalau bunda katularan kayak ABG", ucap mama Andin,
"sudah sudah, kita makan dulu, keburu dingin ini makanan", ajak opa Tio.
Mereka pun makan malam dengan khidmat, tanpa ada yang bersuara hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
hingga akhirnya makan malam selesai.
"von, besok malam ikut kami datang keacara annyversarry perusahaan Bagaskara crop yang ke 45th", ucap opa Tio,
"besok malam opa?", tanya Devon,
"iya von, besok kita berangkat bersama", ucap papa Kendra,
"oke", jawab Devon.
"kamu kenapa gak tinggal disini aja sih von, kan kamu jadi gak kesepian, dan juga makan kamu jadi lebih teratur dan sehat nak", ucap Oma Lusi.
"enak tinggal di apart Oma", jawab Devon,
"iya karena bisa lebih bebas Oma, bisa bebas bawa cewek ke apart nya, bisa bebas minum minum juga", sahut Ale terkesan julid.
"gak ada ya kak, jangan fitnah deh loe", sungut Devon kesal, sedang para orang tua malah terkekeh,
"kalian ini kalau ketemu gak bertengkar apa gak afdhol?", tanya papa Kendra.
"kak Al tu pa rese dari tadi", adu Devon,
"gue cuma nasehatin loe ya bocah, sok sok.an deketin cewek lain, padahal masih terbayang sama masa lalu, kan keterlaluan", ucap Ale semakin julid, sedang Devon sudah melotot mendengar kakak nya semakin julid.
"apa benar itu von?" tanya opa Tio dengan tatapan tajam yang membuat Devon menelan ludah susah payah,
"eng..engak opa, jangan didengerin kak Al emang julid", sangkal Devon,
mama Andin dan Oma Lusi sudah terkekeh dengan tingkah kedua cowok itu, diluar mereka terkesan cuek tapi kalau sudah sama keluarga mereka bisa berubah menjadi cerewet, bawel bahkan bertingkah konyol.
"opa paling tidak suka laki laki yang mempermainkan perempuan von, jadi kamu jangan macam macam", ucap opa Tio penuh intimidasi,
"i... iya opa, Devon juga gak berani mainin perempuan opa", jawab Devon.
mereka pun melanjutkan obrolan mereka, dari yang ngobrol serius, hingga terdengar suara tawa dimeja makan itu.