*Untuk mengerti alurnya di sarankan membaca terlebih dahulu Nightmare system sampai selesai*
Kisah seorang pemuda yang memiliki cita cita untuk menjadi seorang atlet mma, terpaksa harus meninggalkan cita citanya karena dia harus bekerja menghidupi ketiga adiknya dan dirinya sendiri akibat ayahnya menghilang. Di usia 10 tahun, dia mengalami sebuah kejadian yang membuatnya mengalami amnesia ringan dan tidak sadar dirinya pernah menolong sesuatu yang sekarang kembali membantu dia menyelesaikan masalah yang sedang di hadapinya.
Genre : Fantasi, fiksi, action, comedy, drama, super heroes, mystery.
Mohon tinggalkan jejak ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Irwan menceritakan semua yang terjadi di situs penggalian, mulai dari keberangkatan mereka sampai terjebaknya prof Adit dan dokter Dwi di dalam situs setelah fenomena aneh terjadi.
“Ja..jadi om di minta keluar sama papa untuk ke notaris dan menyerahkan gantungan kunci kristal itu kepada notaris ?” tanya Ardo.
“Benar, setelah sampai kantor notaris, aku baru tau kalau notaris itu ternyata adik sepupu dari almarhumah mama kalian,” jawab Irwan.
Ardo, Adel dan Andin saling menoleh satu sama lain setelah mendengar perkataan Irwan dan menoleh kembali kepada Irwan.
“Adik sepupu mama kita ?” tanya Adel.
“Benar, ayah kalian sudah merencanakan semuanya supaya rumah nenek kalian di cisarua tidak jatuh ke tangan istri barunya yang merupakan bekas muridnya,” jawab Irwan.
“Nenek dari mama ?” tanya Ardo.
“Benar, nenek dari almarhumah mama kalian, di sana papa kalian menyimpan banyak data data penting hasil penelitiannya,” jawab Irwan.
“Jadi begitu, lalu apa yang terjadi setelah om dari notaris ?” tanya Adel.
“Saya kembali lagi ke situs, tapi pemerintah daerah melarang kita meneruskan penggalian karena kita di anggap merusak cagar budaya, walau kita protes keras namun tetap saja kita tidak bisa membuat mereka percaya dengan apa yang terjadi sesungguhnya,” jawab Irwan.
“Dan setelah itu om, cari jalan lain gitu ?” tanya Ardo.
“Benar, saya kembali ke jakarta dan mengontak beberapa orang rekan dan beberapa pendonor kita untuk mengupayakan penggalian kembali di buka, tujuan saya hanya ingin menolong prof Adit dan dokter Dwi yang terjebak di dalam, tapi dari semua yang saya kontak, hanya ada satu orang yang meresponnya,” jawab Irwan.
“Boleh ku tebak siapa om ? si Franki itu yang merespon ya,” ujar Ardo.
Irwan langsung menoleh menatap wajah Ardo yang terlihat sedang menatap dirinya dengan wajah yang serius.
“Kenapa kamu tau ?” tanya Irwan.
“Tidak penting kenapa aku tau, apa yang mau di lakukan orang itu di sana ?” tanya Ardo.
“Ketika saya ceritakan tentang apa yang terjadi, entah kenapa dia tiba tiba antusias dan bersedia mendanai kita, saya belum tahu motifnya saat itu, tapi ketika kita sampai di situs sudah ada yang menunggu kita di sana,” jawab Irwan.
“Menunggu ?” tanya Ardo.
“Iya, seorang gadis, tapi seluruh tubuhnya terbuat dari tanaman dan wajahnya mengerikan, dia terlihat menjaga jalan menuju situs itu dan mengusir kita, selama sebulan Franki mengerahkan anak buahnya dan mencari dukun yang bisa melawan makhluk itu tapi ternyata semua tidak berdaya,” jawab Irwan.
“Sebentar, gadis bertubuh tanaman ? menjaga jalan menuju situs ?” tanya Ardo bingung.
Kedua adiknya juga terlihat bingung namun pertanyaan mereka sepertinya sudah di wakilkan Ardo, Irwan tidak menjawab namun dia mengangguk sambil merenung.
“Benar, gadis itu nampak tidak seperti manusia namun juga tidak seperti tanaman karena berwujud manusia, agak susah menjelaskannya,” ujar Irwan.
“Jadi om ga pernah kembali lagi kesana ?” tanya Adel.
“Awalnya kita berusaha masuk secara paksa dan berniat membunuh gadis itu tapi ternyata gadis itu sangat kuat dan banyak anak buah kita yang hilang begitu saja tanpa jejak, akhirnya seminggu yang lalu Franki memutuskan untuk berhenti sementara karena kerugian yang di deritanya cukup besar akibat ulah gadis itu,” ujar Irwan.
“Gadis seperti tanaman ? oi Beringin...lo tau ga ?” tanya Ardo di kepalanya.
[.......]
“Oi kok lo diem aja sih ?” tanya Ardo lagi.
[.......]
“Oi kenapa ga jawab ?” tanya Ardo.
[Aku akan jawab pada waktunya, mohon maaf, aku harus pergi sesaat, ada seseorang yang harus ku temui.]
“Apa maksud lo pada waktunya....oi...Beringin...oi....udah ilang dia,” ujar Ardo di kepalanya.
Ardo kembali menoleh melihat Irwan yang duduk sambil menundukkan kepalanya di depannya, kemudian dia berdiri,
“Om, boleh ceritakan kenapa om babak belur seperti itu ?” tanya Ardo sambil berpindah duduk di sebelah Andin.
“Aku babak belur karena sebenarnya mereka berniat membungkam dengan membunuh ku, alasannya karena aku tau motif asli keluarganya,” jawab Irwan.
“Motif aslinya ?” tanya Ardo.
Irwan menceritakan kalau sebenarnya Franki yang mengetahui penelitian dan riset yang di lakukan oleh dokter Dwi yang sedang meneliti sebuah situs purbakala di cianjur sudah sejak lama karena keluarganya adalah donatur badan riset yang di canangkan oleh prof Adit dan dokter Dwi yang merupakan lulusan luar negeri. Kakak Franki yang bernama Sendi adalah asisten dokter Dwi dan di gosipkan berselingkuh dengannya.
Alasan dokter Dwi bercerai dengan suaminya akibat ulah Sendi yang sengaja menampakkan diri di depan suaminya namun tidak lama kemudian, sang suami di bungkam oleh Franki. Tujuan Sendi mendekati dokter Dwi karena ingin merekrutnya menjadi anak buahnya dan kalau di jadikan istri, dia tidak akan bisa kemana mana. Keluarga Franki mengincar sesuatu yang berada di dalam situs purbakala, ada sebuah rahasia di keluarga mereka yang berhubungan dengan situs itu dan mereka memang selalu mencari jalur mistis untuk meraih kekayaan.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, sekarang yang menjalankan semua perusahaan keluarganya juga ambisi keluarganya adalah Sendi dan Franki. Seminggu yang lalu, Irwan mengetahui semuanya ketika dia berada di kantor utama mereka dan tanpa sengaja mendengar percakapan keduanya. Dia juga membaca berkas berkas penelitian dokter Dwi dan prof Adit yang tersimpan rapi di kantor keduanya. Kemudian diam diam dia mengambil seluruh berkas berkas itu dan membawanya ke universitas, dia mengirimkan semuanya ke rumah dokter Dwi dan prof Adit, namun aksinya ketahuan kemudian dia tertangkap dan akhirnya di sekap oleh Sendi dan Franki.
“Jadi begitu,” ujar Ardo geram.
“Iya, data penelitian prof Adit yang terbaru, sudah aku kirimkan ke rumah kalian, seharusnya sekarang sudah aman bersama kalian,” balas Irwan.
“Jangan jangan kotak yang kemarin ya kak ?” tanya Adel.
“Iya, (menoleh melihat Irwan) om kirimnya atas nama universitas ?” tanya Ardo.
“Benar, tidak mungkin aku mengirimnya atas nama pribadi,” jawab Irwan.
“Jadi data tante Dwi juga di kirim ke rumahnya ?” tanya Ardo.
“Iya, saya mengirimnya ke rumah beliau, tapi sempat kurirnya kembali ke saya beberapa kali karena di rumah tidak ada orang,” jawab Irwan.
“Hmm...trus akhirnya ada orang tapi kan om ?” tanya Adel.
“Ada, yang menerima anak perempuannya menurut keterangan kurir, tapi aku sempat mengecek ke sana setelah di antar, di sana rupanya tidak ada orang,” jawab Irwan.
“Hah tidak ada orang ?” tanya Andin.
“Iya, kalau di lihat kondisinya, sepertinya rumah itu sudah lama tidak di huni,” ujar Irwan.
“Hmm...begitu rupanya,” gumam Ardo.
“Tapi saya bingung, seharusnya putri dokter Dwi kan sudah meninggal ya 11 tahun lalu di cisarua, kalau ga salah waktu itu kamu juga koma deh Do, kalian katanya di temukan di dalam lubang besar yang ada di bukit dalam keadaan sekarat, kamu berhasil di tolong tapi putri dokter Dwi sudah meninggal di tempat, aku hadir di pemakamannya, jujur aku penasaran siapa yang menerima paket ku,” gumam Irwan.
“Hah....apa ?” tanya Ardo, Adel dan Andin.
Kepala Ardo, Adel dan Andin terasa seperti tersambar petir yang langsung mengenai ubun ubun mereka, mata ketiganya membulat dan mulut mereka ternganga, ketiganya saling menoleh satu sama lain dan melihat satu sama lain dengan wajah yang pucat.