Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 : Syarat pernikahan
Zara kembali bergabung bersama keluarganya. Pembicaraan berliku antara opa dan keluarga Pradipta mulai membuat Zara bingung. Namun, lambat laun dia mulai paham apa duduk permasalahannya.
Sebuah kalimat tak terduga dan membuat Zara seperti di jatuhi sebuah gunung besar adalah...
" Kalian akan menikah hari ini." Ucap seorang wanita yang usianya sepantaran Oma Ivana. Wanita yang baru saja masuk dengan wajah teduh dan menenangkan.
" Siapa yang Oma maksud?" Tanya Ezar.
" Kau, siapa lagi?" Katanya sedikit ketus.
" Aku, aku menikah? Dengan siapa?" Tanyanya seperti tidak terima.
Oma menghampiri Zara dan memeluk gadis berjilbab panjang itu.
Sembari mengusap kepala Zara dengan sayang, oma Afya berucap. " Gadis ini, dia akan mendampingi mu dan akan menjadi pelengkap ibadahmu Ezar." Oma Afya menatap cinta pada Zara. Baru pertama kali Oma Afya bertatap muka dengan Zara, dia hanya melihat foto gadis cantik itu dari kiriman Oma Ivana saja di tambah beberapa penyelidikan kecil yang dia lakukan beberapa bulan terakhir ini. Dan ternyata, setelah melihat langsung, Oma langsung menyukai kepribadian anak pemilik Brawijaya Hospital itu.
Jantung Zara sampai berhenti berdetak beberapa detik ketika tiba tiba saja seorang wanita tua datang dan mengumumkan rencana pernikahannya dengan putra tertua keluarga Pradipta.
Mau menolak, tapi Zara takut durhaka. Mau menerima, hei, dia masih anak anak. Umurnya belum siap untuk membina rumah tangga.
" Oma.." Ezar mencoba protes, tapi ucapannya tertahan ketika oma Afya mengangkat tangan kanan nya tanda untuk Ezar tidak lagi berbicara.
" Ini kemauan opa dan oma, atau lebih tepatnya, janji opa mu pada Lukman Brawijaya. Kau tidak usah menyela, oma kenapa di jodohkan? Ini kan sudah zaman modern, aku sudah dewasa dan tentu bebas memilih calon pendamping hidupku sendiri, itu kan yang mau kau katakan. Justru karena sekarang zaman sudah modern, tetua seperti kami ini yang punya kewajiban untuk membuat penerus keluarga mendapatkan pasangan yang tepat, termasuk kau!"
" Tapi kami tidak saling kenal oma?" Ezar masih berusaha mengelak.
" Siapa bilang, kau baru saja berkenalan dengannya, apalagi yang oma tau, dia adalah salah satu mahasiswa mu yang sangat pintar. Lalu apa masalahmu?"
" Kami tidak saling..."
" Mencintai?" Oma Afya kelihatan sangat mengerti cucunya dengan baik, karena wanita sepuh itu tau apa yang akan di katakan Ezar.
" Kau pikir karena saling mencintai sebelum menikah akan menjamin rumah tanggamu langgeng selamanya? No... " Oma Afya mengangkat telunjuk kanannya dan menggoyangnya perlahan. " Oma bisa memberimu contoh cinta itu lebih indah setelah menikah. Perlu bukti? Lihat ayah dan ibumu, mereka tidak saling kenal ketika opa mu menjodohkan mereka, dan kau bisa lihat sekarang kan? Sebucin apa ayahmu yang dulu pernah menolak pesona ibumu? Dan kau lihat abi dan uminya Zara, calon mertuamu. Mereka justru punya cerita yang sangat unik hingga berakhir di pelaminan tanpa adanya rasa cinta. Tidak perlu ku jelaskan padamu kondisi saat ini bagaimana Adam yang sangat mencintai Azalea."
Ezar tidak berkutik, begitupun dengan Zara, dia yang biasanya selalu protes jika ada yang tidak berkenan di hati, kali ini hanya mampu terdiam.
Oma Afya meminta kursi pada wanita muda yang tadi membuka pintu untuk Zara. Kemudian duduk sembari memegang tangan keriput suaminya yang sedang koma menunggu malaikat maut datang menjemput.
" Opa ingin sekali melihatmu menikah Ezar, tapi penyakit mematikan itu lebih dulu menyambutnya. Dan sebelum dia pergi meninggalkan kita semua, Oma, ayah dan ibumu sangat menginginkan kau menikah dengan pilihan opa. Hanya itu yang oma ingin kan darimu." Katanya lemah, lalu sesekali mengusap cairan bening di ujung matanya.
Ezar menghela nafas berat. Ini adalah keputusan yang sangat sulit. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Pria lemah yang terbaring tak berdaya itu adalah segalanya bagi Ezar. Ezar tumbuh dan besar bersama opa dan omanya. Meski memiliki orang tua yang lengkap, Semenjak kecil Ezar lebih memilih tinggal bersama opa dan omanya di London. Menempuh pendidikan kedokteran di sana hingga akhirnya opa nya yang semakin tua dan tidak sanggup lagi untuk menjalankan perusahaannya.
Sebelumnya tidak pernah ada wacana atau pembicaraan apapun mengenai perjodohan dengan putri keluarga Brawijaya. Kehidupannya berjalan semulus jalan tol, tanpa hambatan. Walau sebenarnya sudah ada riak riak yang mengarah ke perjodohan tersebut, terbukti terlalu seringnya keluarga Pradipta menyebut nama Brawijaya di setiap kesempatan kala mereka ada acara kumpul bersama keluarga. Terlebih, salah satu keluarga Brawijaya tersebut adalah sepupu omanya. Ya, siapa lagi jika bukan oma Ivana. Ayah dari kedua wanita yang berdarah asli Uzbekistan itu bersaudara. Hanya saja, mereka jarang bertemu, apalagi Oma dan opa yang tinggal di London, sementara oma Ivana dan opa Lukman tinggal di Singapura.
" Baiklah, aku setuju, tapi beri aku waktu satu jam, aku ingin berbicara dengan Zara." Kata Ezar di tengah keheningan.
Ezar memberikan kode pada Zara agar keluar, tapi gadis itu menolak. " Saya akan menemui dokter, tapi bolehkah saya berbicara dengan kedua orang tua saya dulu?"
Ezar mengangguk dan memilih keluar bersama keluarga besarnya.
Azalea menangis memeluk putrinya, " Maafkan umi sayang, umi tidak ada maksud membuatmu berada dalam situasi tidak menyenangkan seperti ini. Tapi apa boleh buat, janji di hadapan Allah harus di tepati bukan?"
Zara mengangguk dengan sesekali mengusap cairan bening yang mengalir di kedua pipi mulusnya.
Adam pun ikut memeluk Zara. Begitupun dengan opa dan omanya. Janji pernikahan itu sebenarnya akan di lakukan ketika Zara selesai kuliah. Rencananya, perlahan Adam dan Azalea akan memberitahu Zara soal perjodohan mereka. Tapi apa daya, rencana itu tinggallah sebuah rencana, karena pada pelaksanaannya, Zara harus segera menikah dengan Ezar.
" Boleh Zara telpon mas Zayn, umi?" Kata Zara setelah bisa menenangkan hatinya.
" Umi juga berencana melakukannya."
Zara menghubungi Zayn, nasib baik, Zayn sudah tidak ada mata kuliah jadi dia bisa segera meluncur ke rumah sakit.
Zara menghampiri Ezar yang sedang duduk di sebuah kursi panjang sendirian. Beberapa waktu lalu, keluarganya sudah masuk ke dalam ruangan perawatan opa.
" Duduk." Kata Ezar.
Zara duduk seperti permintaan Ezar.
" Apa kau keberatan dengan pernikahan ini?"
" Sebenarnya jika harus jujur, iya. Tapi, saya juga tidak bisa menolak permintaan mereka."
" Kenapa? Kalau aku yang menerima, harusnya kau tolak, karena jika kau yang tidak mau, aku yakin pernikahan ini tidak akan terjadi." Kesal Ezar.
" Dari kecil saya tidak pernah membantah apapun yang orang tua saya katakan dok. Karena saya tau, mereka tidak akan pernah mau mencelakai anaknya sendiri. Saya masih memegang prinsip, apapun yang orang tua saya katakan selagi itu baik untuk saya, saya akan melakukannya. Karena doa kedua orang tua yang tulus seperti orang tua saya, itu adalah doa yang bisa menembus langit dok."
Ezar terdiam. Ia tak menampik, Gadis yang sebentar lagi akan berubah status menjadi istrinya itu ternyata punya pikiran yang sangat logis.
" Sebentar lagi kita akan menikah, dan tinggal bersama. Kau tidak apa kan?"
" Seharusnya suami istri memang tinggal bersama dok."
" Tapi, kau jangan mengharap kehidupan suami istri layaknya kedua orang tuamu yang terlihat sangat harmonis. Itu tidak akan terjadi."
Zara membisu. Entahlah, mungkin dia syok dengan pengakuan frontal Ezar.
" Aku akan menafkahi mu, memberikan mu uang dan apapun yang kau inginkan. Tapi jangan pernah mengharap cinta dariku. Karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah mencintai mu."
Zara mengapit kedua tangan di antara lututnya sembari tertunduk dalam mendengar syarat pernikahan dari sang calon suami yang baginya sangatlah menyakitkan.
" Satu lagi, kau harus merahasiakan pernikahan ini. Karena belum tentu, ini akan berlangsung lama." Ezar berdiri dan meninggalkan Zara yang masih menunduk.
Ezar tidak tau, kalimatnya barusan sudah membuat hati Zara rapuh. Netranya berembun dan setitik air menetes dari embun tersebut. Perlahan dia mengusap menggunakan lengan bajunya yang panjang.
Dari jauh, seseorang menyaksikan dan mendengar semua pembicaraan mereka. Dia mengepalkan tangan hingga buku bukunya terlihat memutih.
" Jangan sampai aku melihat adikku menangis karena perbuatanmu. Jika itu sampai terjadi, kau akan menyesal."
...****************...
dasar, ezar si mesum😂