Sang Permaisuri Pengubah Takdir

Siang ini Jian Ying ditemani A Yin keluar untuk membeli beberapa barang. Dia sengaja memakai pakaian biasa, agar tidak terlalu diperhatikan oleh orang-orang.

Jian Ying masuk ke dalam salah satu toko, dia meminta A Yin untuk membantunya mencari barang yang dia inginkan di dalam toko itu.

Sementara dirinya berjalan ke sisi toko untuk mencari barang yang lainnya.

Ketika Jian Ying tengah melihat-lihat, tatapannya terhenti pada sosok wanita yang sangat dia kenali. Sosok wanita yang sangat membuatnya harus menjalani kehidupan yang penuh dengan pengkhianatan.

"Dia, bukankah dia tinggal di luar ibukota? Dia datang ke sini pasti untuk menemui laki-laki tidak tahu malu itu!" gumam Jian Ying dengan sangat pelan.

Kedua tangan Jian Ying tanpa sadar mengepal dengan kuat, masih sangat hangat ingatan bagaimana wanita itu dan Dao Ming An membunuh dirinya di kehidupannya sebelum dia berenkarnasi.

"Yang Mulia, Yang Mulia!" ucap A Yin dengan pelan.

Jian Ying tersadar dari diamnya lalu menoleh pada A Yin, "Apa kau sudah menemukannya?"

"Sudah, Yang Mulia. Apakah benar yang ini?"

Jian Ying melihat barang yang dibawa oleh pelayannya, "Benar, kalau begitu kita bayar dulu lalu segera pergi dari toko ini,"

"Bukankah anda masih harus membeli yang lainnya, Yang Mulia?"

"Kita akan membeli di tempat yang lain,"

"Baik, Yang Mulia!"

Jian Ying dengan cepat berjalan ke arah yang lain, dia tidak ingin berlama-lama berada di toko itu. Meskipun masih ada barang yang harus dia beli di sana.

Bagi Jian Ying belum waktunya untuk mulai membalas apa yang sudah wanita itu dan Dao Ming An lakukan padanya di kehidupan dulu, karena dia harus membuat laki-laki tidak tahu malu itu hancur dan tidak bisa melakukan apapun untuk membantu sang wanitanya, ketika wanita itu memerlukan bantuan.

"Dao Ming An, dan kau wanita rendahan. Aku akan membalas kalian secara perlahan!"

A Yin yang berada di belakang Jian Ying merasa sedikit aneh, karena mereka baru saja membeli satu barang di dalam toko itu. Namun Jian Ying begitu terburu-buru ingin keluar setelah melihat seseorang di dalam toko itu.

Jian Ying masuk ke dalam toko yang lainnya, untuk membeli sisa barang yang dia cari.

"A Yin, setelah selesai kita langsung kembali ke istana!" ucap Jian Ying.

"Baik, Yang Mulia!"

Jian Ying dan A Yin kembali mencari barang-barang yang Jian Ying inginkan.

Sementara wanita yang dilihat oleh Jian Ying masih melihat-lihat barang yang ada di toko itu. Beberapa kali juga dia membuka mulutnya karena kagum akan barang-barang yang dijual di toko itu.

"Baru saja aku melihat Yang Mulia Putri datang ke toko ini, tetapi dia pergi dengan terburu-buru," ucap salah satu orang yang datang ke toko itu.

"Benar, aku juga melihatnya. Meskipun Yang Mulia memakai pakaian biasa, tetapi masih terlihat sangat cantik,"

"Yang Mulia Putri adalah wanita yang paling cantik di kerajaan ini, meskipun dia hanya memakai pakaian biasa. Kecantikannya tidak akan bisa ditutupi,"

"Benar, benar. Aku bahkan ingin melihatnya lagi!"

Ucapan orang-orang yang berada di belakang wanita itu, membuat si wanita sedikit terkejut dan penasaran dengan Jian Ying.

Sejak tadi dia berada di dalan toko, namun dia sama sekali tidak melihat atau tidak menyadari jika Jian Ying juga ada di toko itu.

Kedua tangan wanita itu meremas pakaiannya, "Mereka seperti sangat mengagumi kecantikan Putri. Apakah secantik itu dia?"

Wanita itu sangat penasaran dengan Jian Ying, dia juga merasa khawatir jika memang Jian Ying lebih cantik darinya, dan membuat Dao Ming An akan meninggalkannya.

"Aku harus mencari dan melihat sendiri seperti apa Putri Chen itu!" ucap wanita itu sambil berjalan keluar dari toko.

...----------------...

Di dalam istana, Kaisar dan Ratu tengah melihat para pelayan dan pengawal istana sibuk mempersiapkan tempat untuk pesta pengenalan calon suami putri mereka.

"Saya berharap semuanya akan berjalan dengan baik," ucap Ratu.

"Aku juga berharap seperti itu. Putri kita sudah jauh lebih dewasa dan bijaksana, dan aku yakin Hong Zhao Yan akan menjadi suami yang baik untuknya,"

"Benar, Yang Mulia. Terlebih saat ini dia telah menjadi putra dari tuan dan nyonya Xiao, dia pasti akan menjadi laki-laki yang akan membuat anak Perdana Menteri Dao merasa jika dia dan Hong Zhao Yan memang tidak bisa dibandingkan,"

"Benar. Putra Perdana Menteri Dao itu, jika aku mengingat, aku merasa kecewa karena sikapnya yang sangat di luar dugaan kita,"

"Kita sudah dibohongi dan dibodohi oleh keluarga itu sejak awal, saya juga merasa sangat kecewa terhadap mereka,"

"Beruntung putri kita membatalkan pernikahannya. Jika tidak, mungkin kerajaan ini kelak pasti akan dikuasai oleh keluarga mereka, dan pondasi kerajaan tentu akan berubah!"

"Benar, putri kita memiliki pemikiran yang sangat tajam akan hal itu,"

Kaisar mengangguk.

Kedua penguasa kerajaan Chen itu merasa sangat beruntung karena Jian Ying membatalkan pernikahannya, dan bukan hanya itu. Mereka bahkan akan memiliki menantu yang sangat pantas untuk putri mereka.

Berbeda dengan Kaisar dan Ratu, Selir Yun dan Selir An tengah sibuk mempersiapkan barang-barang yang akan menjadi hadiah Hong Zhao Yan nanti.

Mereka tentu akan menyambut dengan bahagia calon suami Jian Ying tersebut.

"Kakak, apakah ini akan cukup?" ucap Selir An.

"Aku rasa cukup, kita bisa memberikan yang lainnya ketika tuan muda Xiao menikah dengan Jian'er,"

"Kakak benar, lagi pula jika kita lihat Hong Zhao Yan pasti akan merasa tidak enak jika menerima terlalu banyak hadiah dari kita,"

"Iya, dia bukanlah orang yang akan memilih cara apapun demi mendapatkan kedudukan,"

"Kakak dan kakak iparku pasti sangat bahagia memiliki putra sekarang,"

"Iya, mereka pasti sangat bahagia,"

Selir Yun menatap beberapa hadiah yang akan mereka berikan pada Zhao Yan nanti, sementara Selir An menatap Selir Yun yang terlihat bersedih.

"Ibu Yun," Luo'er berjalan masuk ke dalam kamar.

"Luo'er, apa yang kau bawa?"

"Aku menemukan bunga kecil ini di dekat danau,"

Selir Yun melihat bunga yang ada di tangan Luo'er, "Bunga yang cantik,"

"Benar, seperti Ibu dan Ibu Yun,"

Selir Yun dan Selir An saling menatap lalu tertawa.

"Mulutmu ini sangat manis!" ucap Selir Yun.

Selir An tahu jika putrinya akan selalu memiliki cara untuk menghibur orang lain, terutama dirinya dan Selir Yun saat dia merasa kesepian.

Itu sebabnya Selir An tidak pernah melarang atau keberatan jika putrinya memanggil Selir Yun atau Ratu dengan sebutan Ibu. Karena dia juga merasa bersyukur, jika putrinya bisa hidup bahagia dengan kasih sayang yang berlimpah di dalam istana.