Adinda Khairunnisa gadis cantik yang ceria, yang tinggal hanya berdua dengan sang ayah, saat melahirkan Adinda sang bunda pendarahan hebat, dan tidak mampu bertahan, dia kembali kepada sang khaliq, tanpa bisa melihat putri cantiknya.
Semenjak Bundanya tiada, Adinda di besarkan seorang diri oleh sang ayah, ayahnya tidak ingin lagi menikah, katanya hanya ingin berkumpul di alam sana bersama bundanya nanti.
Saat ulang tahun Adinda yang ke 17th dan bertepatan dengan kelulusan Adinda, ayahnya ikut menyusul sang bunda, membuat dunia Adinda hancur saat itu juga.
Yang makin membuat Adinda hancur, sahabat yang sangat dia sayangi dari kecil tega menikung Adinda dari belakang, dia berselingkuh dengan kekasih Adinda.
Sejak saat itu Adinda menjadi gadis yang pendiam dan tidak terlalu percaya sama orang.
Bagaimana kisahnya, yukkk.. baca kisah selanjutnya, jangan lupa kasih like komen dan vote ya, klau kasih bintang jangan satu dua ya, kasih bintang lima, biar ratingnya bagus😁🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Din, sudah masuk?" tanya shaka, saat Adinda duduk di bangkunya.
"Iya." sahut Adinda tersenyum manis.
"Kamu sakit apa, sampai di rawat, masa calon dokter bisa sakit." kekeh Shaka.
"Ck, calon dokter juga manusia kali." balas Adinda ikut terkekeh.
"Din, kamu sudah masuk, aku pikir belum, klau tau gitu aku samper ke kontrakan kamu tadi." ujar Elsa pura pura baik.
"Sudah." sahut Adinda acuh, males sudah dia berteman sama serigala berbulu domba itu.
"Ihhh Din, kok acuh gitu sih, padahal aku peduli loh sam kamu, tapi kamu kok gitu sih." rajut Elsa memasang tampang sedih.
*Astaga, perempuan ini, ngeri banget punya teman muna kek gini* gumam Adinda dalam hati.
"Dah lah Sa, ngak usah banyak drama, noh dosen udah datang, mau di hukum loe!" seru Shaka yang males melihat Elsa, bukan kenapa dia juga sering mendengar Elsa ngejelek jelekin Adinda di kampus, namun setiap ada Adinda dia selalu nempel.
"Aku duduk di sini dong Ka, kamu di belakang aja gih, aku kangen sama Adinda." pinta Elsa dengan suara mendayu dayu, karena shaka termasuk cowok populer di kampus itu.
"Males, gue udah nyaman duduk di sini, loe aja yang di sana." acuh Shaka.
"Ihhhh... Shaka kok gitu sih sama perempuan, ngak ada empatinya." cibik Elsa.
Namun Shaka tidak perduli, dia malah sibuk mengeluarkan buku dari dalam tasnya.
Elsa yang melihat Shaka tidak ada niat untuk pindah, dia terpaksa duduk di bangku belakang dengan menghentak hentakan kakinya karena kesal.
Pelajaran di mulai, Adinda fokus memperhatikan dosen menerangkan pelajaran hingga selesai.
Setelah mata kuliah pertama selesai Adinda buru buru merapikan bukunya, dan dengan secepat kilat meninggalkan kelas, malas di ikuti dengan mbak kunti.
"Huufff.... Kalian dari tadi di sini?" tanya Adinda saat sampai di taman belakang kampus, mereka memang sengaja janjian untuk kumpul di taman sana aja, karena membawa bekal makan siang mereka, dan terutama sekali menghindari ratu drama.
"Belum, baru nyampe juga." sahut Lusi.
"Sita tumben nih belum datang?" tanya Adinda.
"Tadi nganterin buku dulu ke ruangan dosen." ujar Lusi.
"Sorry telat, tadi aku nganter buku dulu, sekalian beli jus dulu, dan kucing kucing sama di kunti." ujar Sita ngos ngosan.
"Apes banget ya kita kenal sama dia." kekeh Adinda.
"Bukan lagi, heran aku tuh, dia manusia apa, apa sih." kesal Rini.
"Manusia seribu wajah." kekeh Lusi.
"Haiii.... Kalian di sini, kami capek nyariin di kantin ngak ketemu, rupanya ngumpet di sini." seru Bara.
"Lah, ngapain nyariin kami coba." dengus Lusi, dia sedikit risih dengan kedatangan keempat laki laki itu, itu sama saja mengundang banyak mata memandang mereka.
"Kenapa emang, ngak suka kami ikutan?" tanya Saga.
"Ya gitu deh, gara gara kakak semua kami jadi kena masalah, biasanya kami hidup damai tau ngak, gara gara kakak kakak sok kenal sok dekat sama kami, kami di tempelin sama manusia seribu wajah, hidup kami yang tenang malah jadi terusik." dumel Lusi terang terangan, gadis itu memang tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.
"Ya maaf, tapi kami ingin dekat sama kalian." ujar Nando.
"Ngapain coba dekat sama kami, kakak bisa cari teman perempuan di luar sana, bahkan mereka berharap banget ingin temanan atau jadi pacar kalian, tapi kalian malah selalu gangguin kami." cibik Lusi.
"Perempuan memang banyak yang ingin temanan dan ingin jadi pacar kami, tapi kami tidak tertarik, kami lebih tertarik berteman dengan kalian yang ngak baperan, dan juga ngak pernah menatap kami dengan tatapan memuja yang biasa mereka perlihatkan dan membuat kami risih dan jijik." ujar Saga bergidik sendiri.
"Dah lah, terserah kalian lah." males Lusi.
"Din, makan ini Din." ujar Rini memberikan satu buah kotak bekal ketangan Adinda.
"Makasih." ujar Adinda menerima bekal tersebut.
"Dinda doang yang di tawarin, kami ngak." ujar Nando dengan tampang memelas.
Lusi hanya menatap jengah kearah Nando.
"Klau mau tinggal ambil, ngak usah drama." ketus Lusi.
"Suapin boleh ngak ayang Lusi." pinta manja Saga.
"Dih, makan sendiri, ngak usah sok manja, jijik tau ngak." sewot Lusi sambil menguap nasi ke dalam mulutnya.
Sementara Adinda hanya acuh, sambil makan, tanpa perduli perdebatan teman temannya, tentu saja membuat Aldo gemas dengan tingkah Adinda tersebut, serasa tidak di lihat keberadaannya di sana.
"Astaga, kakak apa apaan sih, kenapa makan makanan aku, udah gitu pakai sendok aku lagi." kesal Adinda.
"Lagian dari tadi kakak di sini, kamu cuekin, trus ngak di tawarin makan." cuek Aldo.
"Ck, tinggal di makan tuh." kesal Adinda menunjuk makanan yang tersedia di depannya.
"Ngak ah, kita kan sama sama baru sembuh, jadi kita harus makan makanan sehat kaya gini, yang itu ngak ada makanan kaya ini, makanya kakak makan punya kamu aja." santai Aldo.
"Tau lah, kakak nyebelin." kesal Adinda mengabaikan Aldo, namun bukan Aldo namanya klau ngak bisa mengusili Adinda.
Sementara di tempat lain, Elsa mengomel sepanjang jalan, karena tidak menemukan Adinda dan kawan kawan, pupus sudah dia makan gratis hari ini, karena telat keluar, karena ada tugas yang belum siap dia kerjakan, saat menyusul Adinda ke kantin, tapi dia tidak menemukan Adinda dan teman temannya.
"Kemana sih mereka, ngeselin banget sih, kok gue di tinggal sendirian, masa iya gue kudu bayar makan sendiri lagi sih, males banget deh, klau sama mereka gue kan bisa mesan makanan sesuka hati gue, ngak perduli seberapa mahalnya, klau ngeluarin duit sendiri kan sayang, mana kiriman dari bapak belum sampai." gumam Elsa sambil cilingak cilinguk mencari keberadaan Adinda dan kawan kawan.
"Ahhh, sial kemana sih, kak Aldo sama teman temannya juga ngak ada, apa mereka janjian ya, kok gue ngak di ajak sih, ngeselin banget mereka itu." gerutu Elsa.
Sementara orang orang yang di cari Elsa sedang asik bercanda tawa di taman belakang kampus.
"Jadi kalian sengaja menghindar dari cewek aneh itu!" kekeh Bara.
"Ya iyalah, ngapain bareng dia, males banget." dengus Sita.
"Ya udah mulai sekarang, kita kumpulnya di sini aja, taman ini kan jarang orang yang lewat, otomatis pasti si uler keket itu ngak akan ngira kita ada di sini." ujar Nando.
"Pasti sekarang dia lagi kocar kacir nyari kalian." kekeh Saga.
"Huummm... Pasti, ngak ada yang bayarin jajananya." kekeh Lusi.
"Ampun deh tu orang, padahal dia itu butuh teman ya, tapi berteman busuk, suka jelek jelekin teman dari belakang, heran kok ada orang kaya dia." ujar Nando tidak habis pikir.
Bersambung....