Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 : Tamu tak diundang.
Bu Siska masuk ke dalam kelas Viola.
"Pagi anak-anak."
"Pagi Bu!" Seru mereka semua.
"Kalian sudah siap?" Tanya Bu Siska yang sudah berdiri di samping mejanya.
"Wah siap ngapain nih Bu? Kita mau ditraktir makan-makan ya?" Tanya Denis.
"Gratisan mulu otak Lo!" Celetuk Amel.
"Huuuuu___ huuuuu__"
"Sudah sudah. Nah, anak-anak, tutup buku kalian dan masukkan ke dalam tas. Hari ini kita akan ulangan matematika."
"Yaaaahhhhh___" seru mereka kecewa.
Denis mengangkat tangannya, "Bu, saya belum belajar Bu."
"Salah sendiri tidak belajar, semalam kamu ngapain aja Denis?" Tanya Bu Siska.
"Bantuin kakak, Bu."
Amel langsung menyela, "Bentar bentar, Bu. Bantuin ngapain Lo?" Tanyanya.
"Bantuin tanding main game ha__ha__" jawab Denis yang langsung disoraki ramai oleh seisi kelas.
"Sudah diam anak-anak. Pokoknya siap tidak siap kalian akan tetap ulangan. Itung-itung buat nguji kesiapan kalian mendekati ujian nanti."
Mengerjakan rumus matematika nyatanya sama sulitnya dengan rumus cinta yang dimulai dari perkenalan, pendekatan dan pengungkapan cinta. Namun serumit-rumitnya rumus matematika masih bisa dikelola oleh otak Viola, beda halnya dengan urusan cinta.
Bu Siska yang sudah selesai merapikan lembaran kertas ulangan langsung keluar dari dalam kelas. Amel menghampiri meja Viola.
"Gimana? Gampang kan soalnya?" Tanya Viola.
"Gampang buat otak Lo yang encer, Vi. Lah gue, sudah pasti warna red yang muncul di kertas putih gue." Amel selalu nyerah kalau udah nyebut tentang pelajarannya Bu Siska itu. Padahal udah belajar semaksimal mungkin tapi otaknya emang cuma nyampe di situ-situ aja.
"Ke kantin yuk!" Ajak Viola yang disetujui oleh Amel. Keduanya berjalan keluar dari dalam kelas menuju ke arah kantin.
Diperjalanan menuju ke kantin, mereka berpapasan dengan pak Didin yang hendak pergi menuju ruang guru. Pria berusia matang itu langsung menyempongkan rambutnya yang kelimis saat melihat Viola. Tak lupa dia mengambil sisir berukuran kecil dari kantong celananya untuk merapikan poninya.
"Selamat siang Viola," sapa pak Didin tak lupa dengan senyuman lebarnya. Matanya langsung berbinar seperti melihat bidadari turun dari khayangan.
"Siang juga pak!" Viola menyenggol lengan Amel dan berbisik. "Gara-gara Lo nih si Bapak jadi senyum-senyum kalo lihat gue."
Amel menahan tawanya, "Lah, Viola doang nih yang disapa Pak."
"Oh ya kamu juga Amel, selamat siang."
"Selamat siang juga Pak Didin yang gantengnya gak ketulungan mengalahkan gantengnya opa-opa Korea, he__he____" puji Amel biar pak Didin semakin melayang tinggi ke awan.
"Duh, Amel bisa aja nih mujinya. Bikin bapak kegeeraan aja," ucap Pak Didin sambil tersenyum malu ke arah Viola. Perut Viola langsung enek dibuatnya.
"Ya udah Pak, kita berdua pamit ke kantin dulu ya? Laper ni Pak," pamit Amel sambil mengelus-elus perutnya yang masih kempes karena belum diisi makanan.
"Oh ya ya silahkan," jawab Pak Didin mempersilahkan. Kedua gadis itu bergegas melangkahkan kakinya kembali menuju ke arah kantin.
Sesampainya di kantin, Dian yang sedang duduk bersama dengan Bian dan Rama melambaikan tangannya ke arah Viola dan Amel. Sebelum duduk, Viola menoleh ke arah Raka yang kebetulan juga ada disana bersama dengan dua temannya, satu cowok gendut berkacamata dan satu cewek dengan rambut panjang dikuncir satu.
Entah mengapa Viola merasa tidak suka dengan kedekatan Raka dengan gadis yang merupakan teman sekelas Raka itu. Mungkinkah ini yang dinamakan cemburu? Tapi siapa dia buat Raka? Dia tidak ada hak untuk cemburu karena Raka bukan siapa-siapanya. Dia juga tidak berhak untuk melarang Raka dekat dengan gadis manapun.
"Boleh gak sih gue lempar gelas ke meja mereka biar rame!" batin Viola melirik ke arah meja Raka yang sedang asyik ngobrol dengan dua temannya.
-
-
-
Pak Wawan sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Lima menit kemudian Viola keluar dari gerbang sekolah dan langsung menghampiri pak Didin dan mobilnya.
"Vio__ Vio____" terdengar suara Raka memanggil dibelakang sana. Namun Viola pura-pura tidak mendengar dan bergegas masuk ke dalam mobil.
"Jalan Pak." Perintahnya pada Pak Wawan. Pak Wawan langsung melaju mobilnya meninggalkan area sekolah.
Sebenarnya Viola ingin sekali ngobrol dengan Raka. Namun mengingat kejadian di kantin tadi membuat Viola berfikir, akan ada masanya dia meninggalkan sekolah itu setelah kelulusan nanti. Dan disaat itu dia juga akan kehilangan momen bersama dengan Raka. Viola ingin mempersiapkan diri untuk itu, lebih baik dia menghindar dari sekarang sebelum perasaannya semakin dalam dan terus menggebu-gebu.
Mobil yang dinaiki Viola sudah sampai di halaman rumahnya. Viola segera turun dan masuk ke dalam rumah. Nampak Tamara yang sudah rapi dan bersiap-siap untuk pergi.
"Kamu sudah pulang sayang?" Tanya Tamara sambil berjalan dengan terburu-buru ke arah Viola.
"Mama mau kemana? Tumben udah rapi," tanya Viola.
"Mama mau ke rumah tante Sinta. Biasa, mau arisan sekalian kumpul-kumpul. Kenapa? Kamu mau ikut?"
Viola menggeleng, "Nggak deh Ma. Vio capek, mau dirumah aja."
"Ya udah, kalau gitu mama pergi dulu ya. Kamu jangan lupa makan dan istirahat." Tamara mengusap wajah Viola sebelum pergi. Sekarang hanya tinggal Viola berdua dengan Mbak Asih berdua dirumah karena pak Wawan kembali pergi untuk mengantarkan mama Viola.
Viola masuk ke dalam kamar dan menaruh tasnya di samping ranjang, dia membuka laci nakas. Saputangan dan permen lolipop dari Raka masih tersimpan rapi didalam sebuah box kecil berbentuk hati. Viola mengeluarkan dua barang itu dari dalam box dan menatapnya cukup lama.
"Kalau nanti gue udah gak sekolah disana, Raka pasti bakal lupa sama gue," gumam Viola. Matanya mulai berkaca-kaca membayangkan semua itu.
Lamunan Viola disadarkan oleh suara ketukan pintu. Rupanya Mbak Asih mengetuk pintu kamar dan membuka pintu yang memang tidak tertutup rapat itu.
"Non, ada temen Non dibawah," ucap Mbak Asih.
"Temen? Siapa mbak?" Viola memasukkan kembali dua barang dari Raka ke dalam kotak dan menghampiri Mbak Asih.
"Mbak gak kenal Non, soalnya baru pertama kali lihat. Mungkin teman baru Non," jawab Mbak Asih. "Ya udah Non, mbak kebawah bikinin minum dulu."
Mbak Asih turun ke lantai bawah. Viola nampak termenung sejenak, kira-kira siapa yang datang bertamu mencarinya. Jika itu teman-teman sekelasnya pasti mbak Asih sudah kenal karena beberapa dari mereka sering main kerumah untuk belajar kelompok atau sekedar main.
Daripada penasaran, akhirnya Viola menyusul turun dan berjalan menuju ruang tamu. Sesampainya disana Viola dibuat terkejut oleh kehadiran seorang tamu yang tak diundang.
...🌼🌼🌼...
seharusnya kamu bangga,punya cowok brondong...😆😆😆
5🌹 dulu buat ka author biar semangat up
aku kadang sampe kaget... nukan histeris lho ya.. kalo liat belut hutan yg gedenya kek ular
Viona ada drama kecebur gak?? si Raka kasih cpr... ehhh🤭🤭🤭
awas... ntar tersebar luas,, mualuu lhoo🤣🤣