Beringin : The Sacred Tree System

Beringin : The Sacred Tree System

Chapter 1

Cianjur, situs purbakala megalitikum gunung padang, sekelompok peneliti yang terdiri dari arkeolog, geologist dan para asistennya, terbangun di sisi timur situs purbakala tempat mereka menggali, seorang pria paruh baya terduduk diam di dalam tenda sambil membersihkan kacamatanya, dia menoleh melihat beberapa orang masih tertidur di dalam tenda.

“Apa yang terjadi ? aku ingat aku sedang beristirahat di tenda dan tiba tiba aku kehilangan kesadaran dan....ingatan,” ujarnya dalam hati sambil memakai kacamatanya.

“Breek,” tiba tiba tendanya di buka, pria itu menoleh melihat seorang wanita berwajah pucat dan nampak ketakutan berdiri di depan tendanya, pakaiannya kotor penuh dengan lumpur dan rerumputan, sepertinya dia juga baru bangun,

“Prof Adit, cepat keluar, ada yang aneh di situs penggalian kita,” ujar wanita itu.

“Ada apa ?” tanya Adit sambil berdiri.

“Anda lihat sendiri saja, ayo cepat prof,” jawab sang wanita.

Adit berlari keluar tenda mengitkuti sang wanita yang menjemputnya, Adit bisa melihat banyak orang yang masih terbaring di tanah dan hanya beberapa yang sudah sadar, Adit melihat ke langit, masih ada retakan di langit dan kondisi langit sangat gelap, namun cahaya matahari sudah menembus masuk dan semakin lama semakin meluas menerangi bumi.

“Lihat prof,” sang wanita menunjuk ke lubang yang di buat oleh tim penggalian di sisi timur situs purbakala.

Adit melangkah maju, dia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, di depannya ada sebuah gerbang terbuka yang konon menurut juru kunci adalah pintu masuk ke dalam situs. Beberapa orang pria dan wanita yang sudah sadar menghampiri Adit dan wanita yang berdiri di sebelahnya,

“Dokter Dwi, cepat kumpulkan orang orang yang sudah siuman, kita selidiki masuk ke dalam,” ujar Adit menoleh ke wanita sebelahnya.

“Eh...sekarang prof ? apa perlu kita minta ijin dulu dari pemerintah daerah atau dari penduduk sekitar ? sebab bagi mereka situs ini keramat kan ?” tanya Dwi.

“Saat ini tidak perlu, kita akan tulis laporan kepada mereka, barusan ada fenomena aneh terjadi dimana semua menjadi gelap dan jujur saja aku tidak ingat apa apa, kemudian terbangun di tenda, kurasa fenomena itu yang membuka pintu situs ini,” ujar Adit.

“Benar juga, kalau di pikir pikir, barusan apa yang terjadi ya ? aku hanya merasa tiba tiba tubuhku limbung dan...aku melihat langit retak, kemudian apa yang terjadi aku tidak tahu dan aku terbangun di semak semak, ketika melihat jam tangan ternyata kita kehilangan waktu selama delapan jam, tapi sekarang cerah dan jam ini masih menunjukkan waktu yang sama seperti sebelum fenomena itu terjadi, aneh,” gumam Dwi.

“Itulah sebabnya kita harus menyelidiki pintu ini sekarang, kita tidak tahu fenomena apa barusan dan apakah hanya melanda tempat kita saja atau malah seluruh indonesia bahkan dunia,” ujar Adit.

“Hmm anda benar, baiklah, (menoleh ke belakang) Irwan, Budi dan Eno, kalian ikut kami masuk ke dalam, cepat siapkan peralatan dan keperluan untuk mengambil sampel,” ujar Dwi.

“Baik bu,” jawab Irwan, Budi dan Eno.

Ketiganya langsung berlari ke arah perkemahan mereka dan bersiap siap. Tak lama kemudian, mereka kembali membawa peralatan lengkap dan mulai menuruni tepi lubang untuk masuk ke dalam pintu yang menganga terbuka. Begitu masuk ke dalam, ke limanya terhenti karena melihat pemandangan yang sangat luar biasa, mereka melihat kalau mereka berada di dalam sebuah lorong yang panjang dengan dinding terbuat dari batu hitam di hiasi oleh mural mural yang tidak bisa di identifikasi. Adit mendekat ke sebuah mural di sebelah kiri dan menyorotkan senter ke arahnya.

Mural itu menggambarkan makhluk sejenis manusia yang berkepala botak dan bermata besar sedang berdiri di depan para manusia yang menyembahnya, di atas mereka banyak sekali pulau pulau yang sepertinya melayang di udara. Adit mengeluarkan smartphonenya untuk berniat memfotonya, tapi ketika dia melihat smartphonenya, ternyata smartphonenya mati walau dia ingat dia mengambilnya dari tenda sebelum masuk dalam posisi di charge.

“Hmmm,” ujar Adit.

“Ada apa prof ?” tanya Dwi.

“Situs ini sepertinya masih aktif.....medan elektromagnetik situs ini menghancurkan smartphone ku, lihat,” ujar Adit sambil memperlihatkan smartphonenya.

Dwi langsung mengambil smartphone miliknya dari kantungnya dan melihatnya, ternyata smartphonenya dalam keadaan sama seperti milik Adit, yaitu dalam keadaan mati. Adit menoleh melihat ke arah salah satu dari tiga asisten yang masuk bersamanya,

“Irwan, tolong kamu keluar dari sini, pergi ke notaris Toni di kota dan bilang sama dia kalau aku minta dia menjalankan wasiat ku, lalu berikan ini sama dia dan minta dia kirimkan bersama seluruh titipan ku ke rumah, dia akan tahu apa yang harus dia lakukan ketika melihat benda ini,” ujar Adit sambil memberikan sebuah gantungan kunci kristal yang berbentuk unik dan menyala kepada Irwan.

“Ba..baik prof, tapi kenapa ?” tanya Irwan.

“Seperti yang ku bilang barusan, situs ini aktif, aku tidak tahu apa yang akan terjadi di dalam, hanya untuk berjaga jaga saja,” ujar Adit tersenyum sambil melirik ke Dwi yang mengangguk.

“Aku mengerti prof, gimana doc ?” tanya Irwan kepada Dwi.

“Silahkan dan kalau sudah kembali ke sini,” jawab Dwi.

“Aku mengerti, kalau begitu saya taruh bawaan saya di sini, permisi prof Adit dan dokter Dwi,” ujar Irwan sambil menaruh tas punggung dan peralatannya.

Irwan mengantungi gantungan kunci itu di kantung jaketnya dan berbalik keluar dari pintu gerbang, namun ketika Irwan melangkah keluar, “greeeek,” terdengar bunyi keras di belakangnya, Irwan menoleh dan melihat pintu tertutup sehingga nampak seperti bukit sebelum pintu terbuka. Wajah Irwan langsung pucat dan dia langsung mendekati bukit di mana pintu sebelumnya berada, dia memukul mukul bukit itu dan meneriakkan nama teman temannya, prof Adit dan dokter Dwi dengan panik.

Beberapa hari setelahnya, karena laporan dari Irwan yang bertujuan menyelamatkan prof Adit dan seluruh rekan rekannya yang berada di dalam situs, petugas dari pemerintah daerah memeriksa situs tersebut, mereka menganggap laporan Irwan hanyalah lelucon belaka karena memang tidak ada bukti yang di temukan di lokasi untuk memperkuat laporannya. Irwan tidak berputus asa, dia mencoba berbicara dengan juru kunci yang menjaga situs itu, namun lagi lagi Irwan tidak berhasil karena juru kunci menganggap semua itu adalah kesalahan mereka sendiri dan dirinya memilih tidak mau ikut campur karena takut menyinggung leluhur.

Karena putus asa, akhirnya Irwan mengatakan kepada pihak universitas yang menjadi sponsor penggalian dan proyek penggalian di hentikan. Irwan menjalankan amanat terakhir prof Adit menemui notaris Toni. Ketika bertemu dengan sang notaris, Irwan sedikit kaget karena ternyata prof Adit menitipkan semuanya termasuk rumah warisan keluarganya kepada sang notaris semenjak bercerai dengan istrinya. Irwan memberikan gantungan kunci kristal berbentuk unik kepada sang notaris yang langsung memasukkannya ke dalam sebuah kotak besi bersama dengan berkas berkas lainnya.

Setelah selesai mengurus wejangan terakhir prof Adit, Irwan yang masih belum menyerah, berusaha mengumpulkan beberapa koneksinya untuk kembali lagi ke situs itu dan meneruskan penggaliannya dengan tujuan menyelamatkan rekan rekannya yang masih berada di dalam situs. Koneksi yang dia hubungi datang dari berbagai kalangan dan bukan hanya peneliti, akhirnya beberapa pebisnis handal dan beberapa profesional yang terkesiap dengan cerita Irwan yang memang melihat ada apa di dalam situs itu, bergabung dan menggalang dana untuk membuka lagi penggalian secara pribadi dan tentunya tanpa ijin dari otoritas setempat.

Terpopuler

Comments

Linna_Naa^•^

Linna_Naa^•^

tamatin ya thor, seru banget soalnya

2024-07-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!