Seorang gadis duduk di atas batu besar, tubuhnya terlihat lemah dan lemah. Namun tatapan matanya setajam elang, auranya dingin dan masih di penuhi kekejaman.
Dia baru saja menyadari bahwa dirinya telah melakukan perjalanan waktu dan masuk ke dalam tubuh seorang gadis lemah dari keluarga petani miskin.
Sebelumnya, dia merupakan seorang permaisuri yang tidak diinginkan, pada saat peperangan, dia menggadaikan jiwanya kepada raja iblis Mo Yan demi untuk bisa menyelamatkan seluruh rakyat kekaisaran.
Di kehidupan pertamanya, dia merupakan seorang pembunuh profesional yang paling ditakuti di dunia modern. Sayangnya dia harus kehilangan nyawa, hanya untuk menyelamatkan seorang bayi berusia 7 bulan yang terjatuh dari lantai 27 dan kini dia kembali dengan ruang dan sistem di tangannya.
Siapa yang berani berurusan dengan gadis kecil yang telah 3x mengalami perpindahan waktu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Membangun Rumah
Wei Qingluo kembali ke rumah menjelang malam, sehingga membuat ibu dan kedua orang adiknya merasa sangat khawatir. Apalagi gadis itu melewatkan waktu makan siang dan baru pulang saat sore.
Namun di perjalanan, Wei Qingluo memutuskan untuk membeli 2 bebek panggang, dia ingin agar ibu dan kedua adiknya makan makanan lezat. Saat ini dia tidak perlu terlalu berhemat, karena uang miliknya sangat banyak.
Saat kereta mewah memasuki desa Shangxie, terlihat semua warga memperhatikannya. Selama tinggal di desa Dashi, semua orang tidak pernah melihat kereta mahal dan sangat indah seperti itu, mereka bertanya-tanya, siapa sebenarnya pemilik kereta mewah yang saat ini mengunjungi desa mereka?
Wei Qingluo turun dari kereta, tangan kanannya menenteng kertas yang berisi bebek panggang, kedua orang adiknya bergegas keluar dari rumah, kemudian berlari sambil memanggil dengan suara yang cukup kencang.
"Kakak perempuan!"
"Kakak!"
Wei Qingluo berjongkok, dia memeluk kedua anak itu kemudian mengajaknya kembali ke rumah. Setelah mendudukkan keduanya di kursi, Wei Qingluo meminta sang ibu untuk segera memasak nasi, mereka harus merayakan kesuksesannya hari ini.
"Kakak! Makanan apa itu? Sepertinya sangat lezat?" tanya Wei Yushuo sambil menelan air liurnya.
"Kakak membeli 2 bebek panggang, setelah ibu selesai memasak nasi, kita akan segera makan." ucap Wei Qingluo.
Mata Wei Yushuo dan Wei Lian terlihat berbinar, kedua anak itu menjadi semakin tidak sabar untuk segera menyantapnya, namun mereka dengan patuh menunggu, hingga sang ibu selesai memasak nasi.
"Aku benar-benar sangat lapar!" ucap Wei Yushuo, matanya terus menerus melirik ke arah bebek panggang.
"Sabar, sebentar lagi nasinya akan segera matang, kita tidak boleh melawan kakak perempuan, kau harus duduk dengan patuh dan menunggu." ucap Wei Lian, sambil mengelus rambut Wei Yushuo.
"Ya, aku akan patuh!" jawab bocah itu sambil menegakkan tubuhnya, namun lubang hidungnya masih terus mengendus bau bebek panggang.
Wei Qingluo terkikik geli melihat kedua adiknya, dia bergegas kembali setelah mandi dan berganti pakaian. Tak lama terdengar suara Zhao Shi yang memanggil anak-anaknya untuk makan, Wei Qingluo juga memanggil Fei Fu, dia menyerahkan separuh bebek panggang dan semangkuk besar nasi untuk di makan pemuda itu, lagi pula dia telah banyak membantunya.
Semua orang makan dengan sangat gembira, meskipun rasa bebek panggang itu tidak selezat masakan Wei Qingluo, namun mereka tetap melahapnya dengan bahagia.
Setelah selesai makan, Wei Lian membawa semua mangkuk dan piring yang kotor ke belakang, gadis kecil itu mencucinya dengan sangat bersih.
Meskipun usianya baru saja menginjak delapan tahun, namun dia terbiasa bekerja keras dan tahu kesulitan yang dialami oleh keluarganya. Di masa lalu, dia sering sekali menangis karena di intimidasi oleh saudara sepupunya, sehingga membuat gadis kecil itu menjadi sangat pemalu, dia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya di depan orang lain.
Setelah mereka berpisah, keluarga Wei lama juga sering datang untuk mengacau, sehingga membuat Wei Lian semakin pengecut. Untung saja Wei Qingluo berubah, sehingga bisa melindungi ibu dan kedua orang adiknya.
Saat ini Wei Lan terlihat lebih percaya diri, dia bahkan tidak pemalu seperti dulu lagi, sikapnya jauh lebih ceria dari sebelumnya dan sering kali memamerkan senyuman manis di hadapan banyak orang, warga desa juga memuji gadis kecil itu karena kebaikannya.
Saat semua anggota keluarga berkumpul, Wei Qingluo tidak menyembunyikan keinginannya untuk membeli tanah dan juga membangun rumah, dia berdiskusi dengan Zhao Shi sambil memperlihatkan 5 lembar uang yang bernilai 500 perak.
Zhao Shi tertegun, dia tak menyangka jika anak perempuannya itu mampu menghasilkan uang dengan jumlah yang sangat banyak, bahkan warga desa yang telah bekerja selama bertahun-tahun belum tentu memilikinya.
"Luo'er! Kita baru saja sampai di desa ini, jika tiba-tiba membangun rumah dan membeli sejumlah lahan, maka akan semakin banyak orang yang iri, kemungkinan besar kenyamanan kita juga akan terganggu," ucap Zhao Shi.
Meskipun kata-katanya seolah mengingatkan gadis itu tentang tidak amannya memamerkan kekayaan di depan orang-orang, namun sudut bibirnya melengkungkan senyuman tipis, sepertinya dia sangat puas dengan pencapaian putri pertamanya itu.
"Ibu, keluarga kita memiliki banyak masalah, musim dingin akan segera datang, rumah ini tidak mungkin bisa menyelamatkan kita. Membeli lahan berarti kita akan memiliki banyak makanan, sehingga tidak perlu takut akan kelaparan dan lagi anggota keluarga Wei lama belum tentu akan membiarkan kita hidup tenang, aku juga tidak bisa selamanya menjaga kalian, ada banyak tugas yang harus aku selesaikan dengan segera." ucap Wei Qingluo.
Mengingat keluarga Wei Lama, Zhao Shi menggertakkan giginya, dia mengingat banyak sekali kejahatan yang telah dibuat oleh orang-orang itu, terutama mantan suami dan juga ibu mertuanya.
"Baiklah, ibu akan menemui kepala desa besok pagi, agar mencarikan tanah yang bagus untuk kita." jawab Zhao Shi.
"Itu bagus, kita juga akan mempekerjakan para penduduk desa untuk mengolah lahan dan membangun rumah, dengan begitu mereka akan memiliki uang untuk membangun rumahnya sendiri dan kita juga akan mendapatkan keuntungan dengan perlindungan dari seluruh warga desa, sehingga jika besok atau lusa keluarga Wei lama datang untuk mencari masalah, keluarga kita akan mendapatkan perlindungan dari semua warga desa." ucap Wei Qingluo menjelaskan alasannya.
Zhao Shi menganggukkan kepala, kali ini dia setuju dengan ucapan gadis itu, sepertinya Wei Qingluo mulai tumbuh dewasa, dia benar-benar memikirkan semua permasalahan keluarga mereka dengan baik.
Hal itu juga membuat Zhao Shi menjadi semakin tertekan, sebagai seorang ibu, dia tidak bisa melindungi anak-anaknya, bahkan membiarkan putri pertamanya yang baru saja berusia 12 tahun, untuk bertanggung jawab terhadap keluarga.
Keesokan harinya, Zhao Shi mengunjungi tenda kepala desa, dia menyampaikan rencananya untuk membeli sejumlah besar tanah dan membangun rumah, bahkan meminta agar kepala desa untuk mencarikan tenaga kerja.
Kepala desa terlihat sangat senang, dengan cara ini mereka akan segera mendapatkan uang dan bisa membangun rumah bata lumpur, sehingga tidak takut jika musim dingin tiba pada waktunya.
Dia segera mengadakan rapat, 60 orang pria berkumpul dan siap untuk membangun rumah, mereka telah terbiasa dan menjadi pengrajin sejak usia muda. Setelah itu dia mengunjungi petugas, untuk mengetahui lokasi tanah yang dijual. Ada 20 hektar tanah yang sangat subur dan memiliki harga 5 tael perak per mu dan 30 hektar tanah yang kurang baik, memiliki harga 2 tael perak per mu.
Wei Qingluo setuju, dia membeli semua tanah dan mengeluarkan uang sebesar 160 tael perak. Dengan cara itu, semua warga desa tidak perlu pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, Wei Qingluo membuka lapangan pekerjaan untuk mereka semua.
Masalah pembangunan rumah di serahkan sepenuhnya kepada kepala desa, Wei Qingluo memberikan desain rumah yang sangat besar, mengambil konsep modern klasik agar terlihat lebih menawan. Rumah itu memiliki 20 kamar dan dirancang dengan indah, ada kamar mandi dan toilet di dalamnya, dia bahkan merancang westafel agar memudahkan ibu dan adiknya dalam mencuci piring.