Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia
"Arya," ucap wanita itu lagi.
"Iya, Ma..., ini aku." ia mempercepat langkahnya, dan tercium aroma kentang goreng yang ditaburi peterseli dan merica.
Terlihat seorang wanita paruh baya dengan tampilan sederhana tetapi tak mengurangi keanggunannya. Lalu seorang pria dengan umur yang sama dan menggunakan kursi roda menghampirinya dengan wajah sumringah saat melihat Rayan.
"Apakah dia cucuku?" tanya pria itu dengan wajah yang begitu cerah.
Rayan merasa bingung dengan apa yang ada dihadapannya. Karena ia belum pernah bertemu dengan kedua orang tersebut selama ini.
"Iya, Pa," sahut Arya. "Ayo, Rayan, kamu salam Opa dan Oma," Arya menimpali.
Meskipun masih dalam kondisi bingung, bocah itu menurut dan menghampiri pria yang duduk dikursi roda. Pria itu mengecup ujung kepala Rayan dengan begitu hangat. "Selamat datang pewarisku," ucapnya menegaskan sembari memegang dagu sang bocah dengan lembut.
Rayan menatap pria paruh baya itu dengan seksama. Ia meradakan kehangatan dihatinya, meskipun baru pertama kalinya bertemu.
Wanita anggun yang sedari tadi tak sabar dengan hanya melihat bocah itu , berjalan menghampiri, lalu berjongkok, dan mengusap ujung kepala Rayan dan mendekapnya dengan begitu penuh kerinduan. Selama ini ia hanya dapat melihat foto dan vidionya saja. Sekarang bocah itu ada dihadapannya.
"Cucu Oma. Maafkan kami yang tak pernah menjengukmu, ini semua demi keselamatan kamu," bisiknya begitu lembut, tetapi sangat mengiris hati.
Rayan masih begitu sangat polos untuk mengerti semua apa yang dikatakan oleh para orang dewasa tersebut. Ia hanya menatap bingung dan mencoba berwajah ramah pada keduanya.
Setelah drama pertemuan ketiganya, Arya mendekap ibunya. "Ma, Dia merampas segalanya." pria itu mengeratkan dekapannya pada wanita yang telah melahirkannya, seolah ingin menghilangkan rasa patah hatinya.
"Dia tidak merampasnya darimu, tetapi karena wanitamu memberi pintu masuk untuk pria itu dan tandanya jika wanita itu tak baik sebagai pendamping hidupmu,"
Arya melepaskan dekapannya, memandang lekat pada wanita yang telah melahirkannya. Jika ditelisik, maka ucapan sang ibu ada benarnya, lalu untuk apa ia meratapinya?
Ia menganggukkan kepalanya, dan memantapkan hati jika tak ada waktu untuk bersedih, apalagi menangisi wanita yang telah merusak mahkotanya, maka itu bukan seorang pria.
Ia berlutut dihadapan pria yang menggunakan kursi roda, lalu menggegam erat jemari tangannya. "Waktunya hampir tiba, hanya selangkah lagi, aku akan menyingkirkannya!" Arya menatap pria dihadapannya. "Aku akan membawa semua yang telah ia rampas kembali kepada papa, dan aku akan mengembalikan keadaan seperti semula, dan setelah papa sembuh, papa bisa kembali memimpin, karena aku juga masih memiliki pekerjaan yang lain,"
Pria berkacamata itu menganggukkan kepalanya. Ia yakin jika puteranya dapat ia andalkan untuk mengurus segalanya.
"Papa percaya padamu. Tidak sia-sia aku mendidikmu untuk menjadi pria tangguh, jangan lemah hanya karena satu wanita, karena wanita yang baik akan ikut berjuang dalam ketidakberdayaanmu, bukan meninggalkanmu," pria itu menegaskan.
Arya mengangguk setuju. "Aku tidak ingin melukainya, karena bagaimanapun ia ibu dari anakku. Aku berjanji, jika masalah ini telah beres, maka aku akan membawa papa, mama dan Rayan ke luar negeri. Disana papa akan mendapatkan perawatan dan pengobatan untuk kesembuhan kaki papa," Arya memegang betis pria itu yang mana disana pernah ada luka tembakan karena sebuah keserakahan seseorang.
Mereka saling pandang, dan wanita anggun itu mengajak makan siang bersama.
Rayan masih belum mengerti apa yang terjadi, bahkan mengapa harus tinggal diruang bawah tanah seperti ini, dan tidak ada teman bermain, hanya saja ini hari libur, dan pastinya ia tidak berangkat kesekolah.
Setelah makan siang berakhir, Arya membawa masuk sang putera ke sebuah ruangan kamar yang mana telah dilengkapi oleh berbagai mainan dan juga camilan.
"Kamu bermainlah disini, nanti Oma akan menemanimu, ayah ada urusan sebentar, jangan nakal," pesan Arya pada puteranya.
Bocah itu menganggukkan kepalanya dan ia mencoba patuh pada perintah sang ayah.
****
Seorang pria turun dari dalam mobil menggunakan pakaian casual dan menggunakan topi serta kacamata hitam, dan tak lupa ia mengenakan sebuah masker didepan sebuah kantor perusahaan yang cukup besar.
Perusahaan itu mengelola produk makanan, dan ia berjalan memasuki pintu kaca yang dapat terbuka sendiri ketika sensor merasakan benda didepannya.
Saat bersamaan, seorang pria yang merupakan cleaning service lengkap dengan alat pembersihnya keluar dari dalam ruangan tersebut.
Ia tersentak kaget saat melihat pria tampan dihadapannya. "B-bos, kau kembali?" ucap pria itu dengan terbata. Tanpa diduga, rasa senangnya membuat alat pembersih berupa sapu terlepas dari tangannya dan pria tampan itu segera menangkapnya.
Sementara itu, seorang wanita turun dari dalam mobil dan ia terlihat begitu sangat glamor dengan pakaian dan perhiasan yang begitu mahal. Ia berjalan dengan menggandeng seorang pria paruh baya berjalan memasuki kantor.
"B-bos," ucap cleaning service itu dengan tercekat, saat sang pria tampan itu memberi isyarat agar diam.
Tampak pria paruh baya dan juga wanita itu berjalan sembari tertawa mesra dan tak menghiraukan dengan sekitarnya.
Mereka melintasi pria tampan itu dan bergegas menuju lift untuk tiba diruangan CEO yang mana saat ini dijabat oleh pria berperut buncit tersebut.
"Sayang, aku mau rumah yang mewah sebagai hadiah ulang tahunku minggu depan," rengek sang wanita saat mereka melintasi dua orang pria itu.
"Tentu sayang, apapun itu akan aku berikan," sahut pria itu meyakinkan dan penuh percaya diri.
Terdengar tawa renyah dari bibir sang wanita yang merasa sangat beruntung karena menikah dengan pria yang kaya sehingga apapun yang ia inginkan akan terwujud dalam sekejap.
Keduanya berjalan menuju lift dan menunggu didepannya. Setelah pintu terbuka, mereka memasukinya untuk mencapai lantai lima tempat dimana pria itu akan bekerja.
Ditempat lain, dua orang pria sudah bergeser dari tempat semula. Ia menatap sang cleaning service dengan sangat tenang. "Pak, tolong berpura-puralah tidak mengenalin saya."pria itu berkedip matanya untuk memberi sebuah isyarat.
Dengan cepat pria itu mengangguk, lalu mereka berpisah dan bersikap seolah tak saling mengenal.
Kedua pengantin baru beda usia itu memasuki ruang kerja utama. Mereka merencanakan akan berbulan madu ditempat yang telah mereka rencanakan, dimana dengan suasana yang sangat begitu romantis.
Wanita itu tak lain adalah Tafasya. Ia duduk bergelayutan pada pria paruh baya itu dengan manja.
"Tok...tok... Tok....
Sebuah ketukan dipintu terdengar begitu nyaring, lalu pemilik ruangan itu mempersilahkan seseorang diluar sana untuk masuk..
Terlihat seorang pria bertopi memasuki ruangan dengan membawa beberapa paket makanan siap saji yang sepertinya di pesan sejak tadi.
Pria itu menyerahkan paket makanan tersebut kepada Bondan. Lalu menyodorkan paket tersebut keatas meja.
Kemudian, pria yang berkerja sebagai kurir itu mengeluarkan secarik kertas berisi nota bon yang akan ia serahkan kepada restaurant tempatnya bekerja.
Tanpa curiga, ia menandatanganinya dengan cepat dan hal itu cukup berhasil membuat pria kurir bergegas pergi.
Sesaat Tafasya memandangi punggung pria kurir itu. Ia merasa seolah dejavu karena pernah melihat pria itu sebelumnya, akan tetapi dimana?
"Koq mirip dengan mas Arya, ya?" gumamnya dalam hati. Namun ia menepis prasangkanya, sebab ia merasa jika mantan suaminya tak pernah serapih itu, apalagi begitu tampan.
Pria itu telah meninggalkan ruangan dengan tatapan datar, lalu menyusuri koridor dengan senyum tipis dan ia bergegas menuju lift.
"Tunggulah kehancuranmu," ucap pria itu sembari memasuki lift yang terbuka pintunya.
atau udah g punya malu?
G MALU APA BILANG PERNAH.
KALAU PERNAH KAN SEKARANG UDAH GAK LAGI🤣🤣🤣🤣
dah g usah ditanggepin ar, tinggal pergi aja🏃♂️🏃♂️🏃♂️
DISINILAH LETAK DIMNA AKU GAK BEGITU SUKA DENGAN CERITA DRAMA KELUARGA.
KOMEN KU BERASA KAYAK EMAK EMAK KOMPLEK BLOK 69🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
SAYANG...
seribu kali SAYANG🤣