NovelToon NovelToon
Menikah Kontrak Dengan Bos Mafia

Menikah Kontrak Dengan Bos Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikah Kontrak / Romansa / Roman-Angst Mafia / Pernikahan rahasia
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Absolute Rui

Elle, seorang barista di sebuah kedai kopi kecil di ujung kota, tanpa sengaja terlibat perselisihan dengan Nichole, pemimpin geng paling ditakuti di New York. Nichole menawarkan pengampunan, namun dengan satu syarat: Elle harus menjadi istrinya selama enam bulan. Mampukah Elle meluluhkan hati seorang mafia keji seperti Nichole?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Absolute Rui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 5: Antara Dua Dunia

Pagi itu, cahaya matahari masuk menembus jendela besar di penthouse Nichole, menerangi ruang tamu yang mewah. Elle, yang baru saja selesai membuat secangkir teh, berdiri di balkon, menikmati udara pagi. Hari itu terasa lebih tenang dibandingkan hari-hari sebelumnya, meskipun ketegangan antara dirinya dan Nichole masih belum sepenuhnya hilang setelah insiden di taman beberapa hari lalu.

Nichole muncul dari ruang kerjanya dengan penampilan rapi seperti biasa—setelan hitam sempurna yang menonjolkan aura dingin dan penuh wibawa. "Kau bangun lebih pagi dari biasanya," katanya tanpa basa-basi.

Elle menoleh, menatapnya sejenak sebelum kembali melihat ke arah pemandangan kota. “Aku butuh udara segar. Penthouse ini terkadang terasa terlalu... besar.”

Nichole berjalan mendekat, membawa secangkir kopi hitam yang baru saja dibuat oleh salah satu stafnya. Ia berdiri di sebelah Elle, membiarkan keheningan menggantung di antara mereka.

"Apakah kau masih merasa takut padaku?" tanya Nichole tiba-tiba, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya.

Elle menoleh lagi, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. “Tentu saja,” jawabnya jujur. “Siapa yang tidak takut pada seorang bos mafia yang terkenal kejam?”

Nichole menyipitkan matanya, tapi bukan karena marah. Ia memandang jauh ke cakrawala, seolah-olah mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Aku tidak ingin kau takut padaku, Elle. Aku ingin kau melihatku... sebagai seseorang yang bisa kau percayai.”

Elle tertawa kecil, sebuah tawa getir. “Percaya? Bagaimana aku bisa mempercayai seseorang yang selalu menyembunyikan kebenaran dariku?”

Nichole menoleh, matanya bertemu dengan mata Elle. Ada sesuatu dalam tatapan itu—sebuah ketulusan yang jarang terlihat dari pria seperti dia. Ia mengambil langkah maju, mendekati Elle hingga jarak mereka hanya beberapa inci.

"Aku tidak menyembunyikan apa pun yang tidak perlu kau tahu," bisiknya.

Elle menelan ludah. Jarak yang begitu dekat membuatnya merasa gugup. Ia bisa merasakan kehangatan tubuh Nichole, bisa melihat garis rahangnya yang tajam, dan bisa mencium aroma khasnya yang maskulin. Detik itu terasa begitu lambat, dan sebelum Elle bisa bergerak mundur, Nichole membuat gerakan kecil untuk mengambil gelas teh di tangan Elle.

Namun, karena gugup, Elle tanpa sengaja berbalik, dan dalam hitungan detik wajah mereka hampir bersentuhan. Bibir Nichole menyentuh bibir Elle secara tidak sengaja, menciptakan keheningan yang luar biasa aneh di antara mereka.

Elle membeku. Waktu terasa berhenti. Sentuhan itu hanya berlangsung beberapa detik, tetapi cukup untuk membuat jantung Elle berdegup kencang.

Nichole pun terlihat terkejut. Ia mundur sedikit, tapi tatapannya tidak lepas dari Elle. Ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya—bukan hanya rasa bersalah, melainkan sesuatu yang lebih dalam.

“S-Saya tidak sengaja,” gumam Elle, wajahnya memerah seketika.

Nichole tidak berkata apa-apa. Ia hanya mengangguk pelan sebelum berbalik, meninggalkan Elle yang masih berdiri di balkon dengan wajah bingung dan jantung berdebar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Siang harinya, Elle berjalan-jalan di sekitar penthouse, mencoba mengalihkan pikirannya dari insiden pagi itu. Namun, perasaannya tetap kacau. *Kenapa aku harus memikirkan itu terus-menerus? Itu hanya kecelakaan!* pikirnya sambil menggelengkan kepala.

Saat berjalan melewati salah satu lorong, ia melihat pintu ruang kerja Nichole sedikit terbuka. Dari celah pintu, terdengar suara Nichole berbicara dengan seseorang melalui telepon.

“Pastikan mereka tahu apa akibatnya jika melanggar kesepakatan,” suara Nichole terdengar tajam, penuh ancaman.

Elle berhenti, penasaran sekaligus takut. Ia tahu ia seharusnya tidak mendengarkan, tetapi sesuatu dalam nada suara Nichole membuatnya tidak bisa pergi begitu saja.

“Bawa mereka ke gudang malam ini. Kita akan beri mereka pelajaran yang tidak akan mereka lupakan,” lanjut Nichole dengan nada dingin.

Elle merasakan bulu kuduknya meremang. Ia melangkah mundur dengan hati-hati, mencoba menjauh sebelum tertangkap basah. Namun, saat ia hendak berbalik, sebuah suara mengejutkannya.

“Elle.”

Ia membeku di tempat, perlahan menoleh. Nichole berdiri di ambang pintu ruang kerjanya, menatapnya dengan tajam.

“Kau mendengarkan?” tanyanya, suaranya tenang tetapi penuh ancaman.

Elle tergagap, tidak tahu harus berkata apa. “Aku... aku tidak sengaja lewat.”

Nichole mendekat, langkahnya lambat tapi penuh tekanan. “Kau tahu, ada hal-hal yang lebih baik tidak kau dengar, Elle. Dunia ini bukan tempat yang aman untuk orang sepertimu.”

Elle mundur selangkah, merasa takut untuk pertama kalinya sejak mereka tinggal bersama. “Aku tidak akan mengatakan apa-apa. Aku janji.”

Nichole berhenti, menatapnya lama sebelum akhirnya mendesah. “Aku tahu kau tidak akan mengatakan apa pun. Tapi itu tidak berarti aku bisa membiarkanmu berada terlalu dekat dengan urusan ini.”

Elle menunduk, tidak berani menatapnya lagi. Ketegangan di udara terasa begitu berat, tetapi ia tidak tahu harus berbuat apa.

Nichole akhirnya melunak. Ia mengulurkan tangannya, menyentuh dagu Elle dengan lembut dan mengangkatnya hingga mata mereka bertemu. “Aku tidak akan menyakitimu, Elle. Kau tahu itu, bukan?”

Elle tidak bisa menjawab. Sebagian dirinya percaya pada kata-kata itu, tetapi bayangan sisi gelap Nichole yang baru saja ia dengar membuatnya ragu.

Nichole menarik diri, memberikan ruang kepada Elle untuk bernapas. “Pergilah ke kamar. Aku akan menyelesaikan ini. Dan jangan keluar malam ini, apa pun yang terjadi.”

Elle mengangguk pelan sebelum berjalan pergi dengan langkah berat. Namun, pikirannya tetap tidak tenang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam harinya, rasa penasaran Elle mengalahkan rasa takutnya. Ia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang akan dilakukan Nichole malam ini. Dengan hati-hati, ia menyelinap keluar dari kamarnya, berjalan menyusuri lorong menuju balkon kecil di lantai atas penthouse. Dari sana, ia bisa melihat ke arah gudang tua yang berjarak tidak terlalu jauh.

Lampu di gudang menyala terang, dan ia melihat beberapa mobil hitam terparkir di luar. Beberapa pria besar keluar dari mobil dengan membawa koper besar. Tidak lama kemudian, ia melihat Nichole keluar dari salah satu mobil, diikuti oleh beberapa anak buahnya.

Hatinya berdebar saat melihat Nichole memimpin pertemuan itu. Ia terlihat begitu berbeda—dingin, tegas, dan tanpa ragu memberikan perintah kepada anak buahnya. Ketika salah satu pria dari kelompok lain mencoba membantah, Nichole langsung mengeluarkan pistol dari balik jasnya dan menodongkannya ke kepala pria itu.

Elle menutup mulutnya, menahan napas agar tidak berteriak. Adegan itu begitu nyata, dan itu mengingatkannya pada siapa sebenarnya Nichole.

Ia melihat Nichole berbicara sesuatu dengan nada rendah, tetapi penuh ancaman. Pria yang ditodong langsung mengangguk panik, dan Nichole akhirnya menurunkan senjatanya.

Elle merasa lututnya lemas. Ia berpegangan pada pagar balkon, mencoba menenangkan dirinya. Saat ia hendak mundur, pandangannya bertemu dengan Nichole yang tiba-tiba menoleh ke arahnya.

Wajah Nichole mengeras seketika. Ia mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada anak buahnya untuk melanjutkan pertemuan tanpa dirinya.

Dalam beberapa menit, Nichole sudah berada di balkon, berdiri di hadapan Elle dengan tatapan tajam.

“Aku bilang jangan keluar,” katanya dengan nada rendah tapi penuh tekanan.

“Aku... aku hanya ingin tahu,” gumam Elle, suaranya gemetar.

Nichole mendekat, tetapi kali ini ia tidak menunjukkan kemarahan. “Dengar, Elle. Dunia ini berbahaya. Aku tidak ingin kau terlibat.”

“Tapi aku sudah terlibat,” jawab Elle lirih, menatapnya dengan mata penuh emosi. “Aku hidup denganmu, Nichole. Aku melihat sisi dirimu yang kau coba sembunyikan. Aku tidak tahu bagaimana aku harus merasa.”

Nichole terdiam. Ia menatap Elle lama sebelum akhirnya mendekat dan menyentuh bahunya dengan lembut. “Aku tahu ini sulit. Tapi aku berjanji, aku akan melindungimu dari semuanya.”

Elle mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi rasa takut dan kebingungan. Untuk pertama kalinya, ia menyadari bahwa hubungan mereka jauh lebih rumit dari yang pernah ia bayangkan.

...To be Continued...

1
Sunarmi Narmi
Sampai sini aku pham kok tak ada kritik dn saran membangun..
Aku membaca sampai Bab ini...alurnya bagus cuma cara menulisnya seperti puisi jdi seperti dibuat seolah olah mencekam tpi terlalu..klo bahasa gaulnya ALAY Thor...maaf ya 🙏...Kisah yg melatar belakangi LN dn itu soal cium" ketua mafia hrsnya lebih greget ngak malu"... klo di Indonesia mungkin sex tdk begitu ganas krn kita mengedepankan budaya timur..ini LN sex hrnya lbih wau....dlm hal cium mencium..ini mlah malu" meong 🤣🤣🤣🤣🤣
Bea Rdz
Ceritanya mengaduk-aduk perasaanku, jempol di atas👍
Regrater
Inilah kenapa saya suka baca, karena ada novel seperti ini!
Shinichi Kudo
Ga tahan nih, thor. Endingnya bikin kecut ati 😭.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!