Wife Number 1

Gelas kosong itu kembali diisi dengan cairan bewarna merah. Dan terlihat tangan dengan urat besar itu mengambil nya dan menghabiskan nya dalam sekali teguk.

Matanya menatap ke depan dengan tatapan yang campur aduk. Gulungan kemeja nya semakin tinggi seiring dengan suasana hatinya yang sedang kacau. Belum genap 24 jam, dia sudah mendapatkan berbagai tingkah dari istrinya. Istri? Entahlah.... Entah itu bisa disebut dengan itu atau tidak. Hubungan pernikahan yang sudah terjalin tiga tahun nyatanya sia-sia.

Dominic mer3mas gelas yang ada di tangannya, kepalanya mengingat ingatan-ingatan suram itu. Pernikahan yang ia pikir akan bisa menjadi selamanya, justru sudah diambang jurang. Sepasang matanya memerah, seiring dengan gelas yang pecah dan berjatuhan di lantai.

"Shazia.... Tiga tahun ini seperti pecahan gelas ini. Seperti pecahan gelas ini.... Tidak bisa kembali."

**************

Lambaian gaun itu tersapu angin malam. Langit langsung gelap seiring dengan hujan mengguyur kota dengan lebat. Bahkan sesekali terlihat kilatan cahaya yang melintas.

"Kenapa belum keluar juga?" Tanyanya sambil menempelkan telinganya di depan pintu itu beberapa kali. Tangannya tampak bertautan, dengan tubuh yang beberapa kali mondar-mandir.

"Aku sudah berdandan cantik. Kenapa kak Dominic tidak keluar juga?" Tanyanya kembali.

"Apa......"

"Kak Dominic....." Panggil Rania setelah hampir terjerembab karena pintu terbuka ketika dia kembali menguping.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Dominic.

"Aku.... aku mengkhawatirkan kakak. Kenapa kakak tidak keluar. Ini waktunya makan malam." Jelas Rania dengan sedikit gelagapan. Apalagi melihat raut wajah Dominic yang tidak bersahabat.

"Kau bisa makan sendiri! Tidak perlu menunggu ku." Jelas Dominic, dia kembali melanjutkan langkah, tapi Rania menghentikannya.

"Kak, mau aku bawakan saja?" Dominic berhenti, dan berbalik perlahan. Tak lupa dengan mata seperti panther itu menatap Rania, yang membuat Rania berpikir dandanan nya berhasil membuat Dominic terpikat, buktinya... Dominic tidak mengalihkan pandangannya.

"Kak, jangan me....."

"Kalau kau makan, makan sendiri saja. Aku tidak lapar, kalau aku lapar, aku akan makan sendiri. Dan jangan lupa.... kita tidak memiliki hubungan apapun. Dan aku ingatkan.... Kau tidak perlu lagi kesini. Ini.... Lantai ini ranah pribadi ku. Jadi jangan kesini tanpa izinku. Mood ku sedang buruk sekarang, jadi akan lebih baik kau pergi dari hadapanku." Jelas Dominic yang membuat Rania mengangguk dengan takut.

************

Rania langsung buru-buru turun dari lantai atas. Lantai yang hanya diperuntukkan untuk Dominic. Dia yang tadinya bisa mendekati Dominic dengan kejadian ini malah membuat nya terusir. Tapi Rania tidak akan menyerah begitu saja, setelah dalam keadaan tenang, dia mengeringkan wajah nya yang basah.

"Kak Dominic hanya marah, dia sedang kesal.... Dan dia kesal pada kak Shazia. Bukan padaku, tidak apa.... Tidak masalah, aku punya kesempatan lagi. Aku punya kesempatan, untuk menjadi istri kakak Dominic dan ketidakberuntungan untuk kak Shazia. Kasihan sekali, dan aku tidak sabar untuk itu."

****************

Aliran shower itu membasahi tubuh kekar itu. Tanpa satupun kain, Dominic menikmati hujaman air yang mengalir di tubuhnya. Setiap aliran air yang melewati tubuhnya memiliki arti bagi Dominic. Seolah masalah yang menghujani kepalanya bisa tersingkir walau sejenak.

"Tuan mau makan?"

"Ya." Ucap Dominic, seorang pelayan bertemu dengan Dominic di jam yang bukan waktunya makan malam lagi.

"Baik tuan, sebentar." Dominic duduk di meja makan yang hanya aktif ketika kedatangan tamu saja. Shazia yang tidak pernah memasak dan punya waktu membuat Dominic tidak berharap apapun lagi.

"Sup iga?"

"Iya tuan, apa tuan tidak suka?" Tanya pelayan itu dengan hati-hati.

"Sajikan saja."

Pelayan itu menjadi harap cemas ketika Dominic memakan makanan itu. "Tuan, jika tidak ada lagi, saya permisi."

"Hmmm." Dominic menikmati makanan dihadapannya, sedangkan pelayan itu sudah bersembunyi, dia menjadi takut.

"Semoga saja tuan tidak marah. Aku sangat takut...."

Beberapa saat kemudian.....

"Pelayan!" Panggil Dominic

"Iya tuan, ada apa?"

"Siapa yang masak?" Tanya Dominic.

"Kenapa tuan?" Tanya pelayan itu dengan hati-hati.

"Besok masak lagi." Ujar Dominic.

"Katakan pada koki untuk memasak menu itu kembali. Kau dengar kan?"

"I-iya tuan.... Tapi...."

"Tapi apa?"

"Masalahnya itu bukan koki yang masak Tuan, tapi nyonya Shazia."

Bersambung.....

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🥰