Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Plak
Plak
Plak
"Apa lagi yang kau tunggu?" Ucap Seorang Pria pada wanita yang ada di hadapan nya.
"Aku,"
"Kenapa? Apa kau mulai iba pada nya? Atau, karena kau merasa bersalah pada nya?"
"Bukan begitu. Hanya saja aku kesulitan membidik target."
"Kesulitan? Kau tinggal menembak kepala mereka semua. Tidak akan ada yang tahu siapa pelaku nya bukan?"
"Bagaimana kalau polisi menyelidiki kematian mereka yang tak wajar?"
"Sejak kapan kita takut pada mereka? Bisnis ini sudah bertahun-tahun lama nya. Jika sampai wanita itu tahu masa lalu nya, tamat lah riwayat kita semua. Dia bahkan tahu kelemahan kita sejak dulu."
"Maafkan aku. Lain kali aku akan langsung mengeksekusi mereka."
"Tidak ada lain kali. Lakukan besok. Jangan sisakan satu pun keluarga itu. Mana tahu, ia telah memberikan informasi pada salah satu dari mereka."
"Siap!"
"Sudah, pergilah sana. Siapkan diri mu untuk besok."
*****
Aisyah mengaktifkan semua pengamanan yang ada di sekitar rumah nya. Hanya ia, Alin, dan juga Aslan yang saat ini bisa masuk ke kediaman mereka.
Bukan nya Aisyah tidak tahu, siapa yang mengintai nya semalam. Hanya saja, ia tidak ingin membuat anak dan suami nya khawatir dan panik.
"Ternyata kalian tidak sabar juga, ya. Apa karena aku sudah mendatangi wanita tua, itu? Oh, kalian bahkan tahu jika aku sekarang adalah wanita gendut." Ucap Aisyah pada diri nya sendiri saat melihat rekaman video yang ada di sekitar rumah nya.
Kamera mini milik Aisyah bukan hanya satu. Semua kamera kecil berbentuk nyamuk nakal itu, tersebar ke segala penjuru. Bahkan nyamuk-nyamuk itu pun berkeliaran di rumah para tetangga.
Aisyah hanya berjaga-jaga agar ia bisa tahu jika tetangga mereka adalah orang yang aman.
Tenang saja, nyamuk-nyamuk itu tidak akan mempan jika di semprot atau pun di pukul. Jadi, tidak akan sulit untuk membuat mereka tetap berada di sana.
Aisyah pun mulai menyiapkan pakaian mereka. Selama satu minggu ini, ia harus bertahan demi keluarga kecil nya.
Hanya satu minggu saja. Setelah itu, ia akan membawa mereka ke tempat yang lebih aman.
"Sayang, kita kan pergi nya masih satu minggu lagi. Kok kamu udah beres-beres aja?"
"Aku cuma nggak mau nanti ada barang-barang penting yang tinggal. Jadi, kan nggak ada salah nya di persiapkan dari sekarang."
"Hmm, kau benar. Aku lupa bahwa istri ku ini adalah orang yang paling siaga. Apa sih, yang tidak bisa kamu lakukan sayang?"
"Masak."
Uhuk.
Aslan tersedak ludah nya sendiri. Benar. Dari dulu Aisyah memang tidak suka memasak. Ia paling takut dengan minyak goreng. Apalagi saat menggoreng cumi. Aisyah trauma.
"Kalau masak, udah ada aku sayang. Kamu, tinggal makan aja."
Aisyah hanya tersenyum sambil membereskan barang-barang penting milik mereka.
Tidak banyak yang ia bawa. Karena barang-barang penting milik nya, ia simpan di suatu tempat.
Bahkan satu orang pun tidak ada yang tahu, dimana tempat itu.
Aisyah sedikit lega karena ada Bu Tini yang sedang mengelola perusahaan milik Aslan. Ia mempercayakan wanita itu untuk melakukan yang terbaik pada perusahaan tersebut.
Setelah semua nya beres, Aisyah pun ke kamar Alin. Ia harus mewanti-wanti anak nya itu mulai sekarang.
"Bunda,,"
"Kamu lagi ngapain sayang?"
"Lagi baca buku aja ni, Bunda. Kan nggak lama lagi ujian."
"Alin, Bunda mau nanya sesuatu."
"Iya Bunda."
"Di sekolah Alin, ada nggak murid yang tiba-tiba baik ke Alin? Padahal dia sebelumnya cuek."
Alin pun kelihatan berpikir sejenak hingga kening nya berkerut. Lalu, ia pun ingat akan kejadian tempo hari.
"Ada Bunda. Nama nya Andra. Waktu Bunda sakit, Andra yang mengantarkan Alin pulang."
"Oh gitu. Nama nya Andra?"
"Iya Bunda. Memang nya kenapa?"
"Nggak ada apa-apa sayang. Hanya saja, mulai sekarang, kamu harus hati-hati ya. Yang nggak suka sama kamu kan banyak. Kamu itu pinter. Mana tahu, mereka ngedeketin kamu karena ada mau nya."
"Wah, benar juga ya Bunda. Selama ini, Andra selalu di bawah Alin. Mana tahu nanti Andra punya maksud lain."
"Eh, Bunda nggak bilang ya. Itu kamu yang ngomong kalau teman mu kayak gitu."
"Hehe. Tapi kan nggak ada salah nya siaga." Ucap Alin sambil memperlihatkan barisan gigi nya yang putih dan rapi.
Aisyah pun memakai kan kalung pada Alin. Tidak lupa anting baru dan juga gelang.
"Sayang, apapun yang terjadi, jangan pernah membuka apa yang udah Bunda berikan."
"Memang nya kenapa Bunda?"
"Ya nanti kalau hilang, Bunda sedih. Kalau bisa, simpan baik-baik dan selalu pakai semua pemberian Bunda ini. Apa kamu mengerti?"
"Mengerti Bunda. Bunda tenang aja. Alin akan pakai selalu kok. Tapi, aman kena air kan, Bunda?"
"Aman kok sayang."
Sebenarnya di dalam kalung, anting dan gelang, ada kamera pengintai dan juga senjata tidak kasat mata.
Bukan itu saja. Di dalam anting juga terdapat alat lain yang di pasang Aisyah untuk menjaga Alin.
Untuk saat ini, ia hanya bisa melakukan hal itu pada Alin. Penjagaan nya juga akan ekstra. Tidak seperti sebelum nya.
Setiap hari selama seminggu, Aisyah akan mengantar dan menjemput Alin. Aisyah bahkan sesekali menunggu Alin pulang.
Karena mereka sebentar lagi akan ujian, jadi Alin pasti pulang cepat.
Aisyah tidak ingin, hanya karena diri nya. Alin yang tidak bersalah pun terkena gerah nya. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk melawan saat ini.
Dari kejauhan, Aisyah beberapa kali melihat orang yang sama. Ia mengintai keluarga Aisyah sudah beberapa hari.
Aisyah yakin, jika tidak lama lagi, mereka akan mengeksekusi nya. Karena pasti, mereka sudah tahu, jika Aisyah sudah pergi ke rumah nya yang lama.
Sedikit banyak, Aisyah pasti sudah tahu titik terang nya. Namun, Aisyah masih harus membuat mereka bekerja keras. Tidak ia biarkan ini semua berakhir dengan mudah. Akan ia habisi mereka semua yang berhubungan dengan organisasi, tanpa tersisa.
"Loh, Bonita? Ada apa? Tumben main di sini?"
"Aisyah, aku sengaja ke sini untuk melihat Alin. Aku sangat merindukan nya."
"Oh ya? Padahal kalian baru beberapa kali bertemu. Tapi, kau sudah rindu saja pada anak sambung ku itu."
"Aisyah, kau salah. Kami sudah sering bertemu saat kau tak ada."
"Jangan mengarang cerita, Bonita. Aku selalu berada dekat dengan Alin."
"Tidak selalu. Terkadang kau begitu lengah Aisyah, kau memang pintar. Tapi, kau selalu kurang beruntung. Tapi, aku juga tak tahu. Apakah kali ini, kau akan kembali si-al?"