Aku sangka setelah kepulanganku dari tugas mengajar di Turki yang hampir 3 tahun lamanya akan berbuah manis, berhayal mendapat sambutan dari putraku yang kini sudah berusia 5 tahun. Namanya, Narendra Khalid Basalamah.
Namun apa yang terjadi, suamiku dengan teganya menciptakan surga kedua untuk wanita lain. Ya, Bagas Pangarep Basalamah orangnya. Dia pria yang sudah menikahiku 8 tahun lalu, mengucapkan janji sakral dihadapan ayahku, dan juga para saksi.
Masih seperti mimpi, yang kurasakan saat ini. Orang-orang disekitarku begitu tega menutupi semuanya dariku, disaat aku dengan bodohnya masih menganggap hubunganku baik-baik saja.
Bahkan, aku selalu meluangkan waktu sesibuk mungkin untuk bercengkrama dengan putraku. Aku tidak pernah melupakan tanggung jawabku sebagai sosok ibu ataupun istri untuk mereka. Namun yang kudapat hanyalah penghianatan.
Entah kuat atau tidak jika satu atap terbagi dua surga.
Perkenalkan namaku Aisyah Kartika, dan inilah kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9
Dret..dret...
Melati yang tengah asik menyiapkan menu hidangan sore untuk menyambut kepulangan suaminya, tanpa sadar jika sejak tadi ponselnya terus berdering tanda ada panggilan masuk.
"Sudah saya taruh dimeja makan semua non,!" seru Niroh setelah selesai menata semua hidangan olahan istri kedua Bagas.
"Terimakasih, Niroh! Kalau begitu kamu bisa mencucinya sekarang. Saya mau mandi, nanti keburu mas Bagas pulang!" jawabnya seraya melepas apron yang melekat pada tubuhnya.
Saat melewati ruang makan, Melati sempat menghentikan langkahnya sejenak. Kedua netranya menatap kearah meja dengan tatapan penuh bangga, serta senyum yang terukir dari bibir tipisnya juga tak kalah merekah.
'Aku yakin, mas Bagas pasti akan semakin cinta padaku setelah ini!'
Puas bergumam dengan batinya, dia melangkahkan kakinya kembali menuju kamar, karena waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Biasanya sebentar lagi Bagas akan pulang dari kantornya.
Drett...drett....
"Pasti mas Bagas..!" lirihnya penuh harap.
Dia lantas mendekat kearah meja rias untuk segera menjawab panggilan tersebut.
Keningnya mengernyit saat mendapati bukan Bagas yang melakukan panggilan. 'Nomor siapa ini?' batinya.
"Hallo, siapa ya?" jawab Melati masih dengan kening mengernyit.
"Eghemm..! Ternyata kau masih bisa hidup dengan tenang Melati. Ha..ha..ha!!" kata seseorang dari sebrang telfon disertai tawa iblis yang menggelegar digendang telinga Melati.
Melati terperanjat mendengar ucapan lawan bicaranya tersebut. Helaan nafas yang terdengar berat menandakan ketakutan bercampur kemarahan yang sulit untuk dia ungkapkan. Kedua netranya membola tajam, serta satu tangan terkepal kuat.
"Siapa kamu..?! Apa maksud dari ucapanmu? Jangan pernah mencoba...."
"Sssst...ssst...!! Aku belum selesai berbicara Melati. Dengarkan dulu! Coba kamu lihat rekaman video yang barusan aku kirimkan untukmu. Aku harap penglihatanmu masih normal, jadi kamu bisa melihatnya dengan penuh cinta! Ha..ha.ha...," sela orang misterius tersebut.
Seketika panggilan terputus. Ponsel Melati bergetar sekali, bahwa pesan dari orang misterius itu baru saja masuk.
Melati segera memutar sepenggal video tersebut.
Mata Melati semakin membola sempurna, saat melihat adegan video ranjang yang memperlihatkan dirinya dengan sang mantan tunangan yang tengah memadu kasih disalah satu hotel ternama dikotanya.
Entah bagaimana video tersebut bisa sampai pada seseorang tadi. Yang jelas, ini adalah ancaman besar selain kedatangan Aisyah.
Secepat kilat, Melati langsung menghapus pesan video tersebut. Dia terduduk lemas diatas ranjang, dengan wajah yang begitu ketakutan.
'Kurang ajar!! Siapa orang itu? Bagaimana dia bisa tahu rekaman video itu' batinya seraya bangkit dari duduknya. Dia berjalan pelan dengan perasaan yang begitu kalut.
"Atau jangan-jangan, dia orang suruhan...? Nggak-nggak. Nggak mungkin Raden yang berbuat ini. Dia sudah menikah..." gumam Melati berjalan mondar-mandir dengan beberapa pertanyaan yang memenuhi ruang kepalanya.
Dia segera menekan nomor ponsel orang misterius tadi. Tidak memerlukan waktu lama, dan panggilan segera terjawab.
"Hallo Melati sayang. Bagaimana, sudah melihatnya kan?! Oh..aku jadi semakin penasaran seperti apa rasa tubuhmu itu. Atau, bagaimana jika suamimu tercinta itu akan melihatnya. Aku yakin, kamu akan segera berganti status menjadi J A N D A!!" tandasnya.
"Kurang ajar! Siapa kamu sebenarnya. Jangan coba-coba bermain api denganku!! Atau, butuh berapa uang untuk menutup mulut busukmu itu?!" teriak Melati yang sudah merasa frustasi.
Nafas ibu sambung dari Narendra itu memburu kuat, disertai wajah yang terlihat pucat pasi karena rahasia besarnya sudah mulai diketahui orang lain. Hati yang semula berbunga kini bagai tersambat petir disore hari. Baku kukunya pun ikut memutih karena terlalu kuat dia mengepalkan tangan. Perasaanya benar-benar kacau, bagaimana jika rahasia besar itu sampai pada suaminya, Bagas.
Tidak. Ini tidak bisa Melati biarkan begitu saja. Dia harus segera menyelesaikan masalahnya terlebih dulu. Kedatangan Aisyah saja belum dapat diatasi, ini sudah mendapat masalah lebih besar bagaikan bom waktu yang siap meledak kapan saja, jika waktunya benar-benar tepat.
"Eitszz...tunggu dulu sayang! Aku tidak butuh uangmu. Jika dibandingkan denganku, harta suamimu hanya seujung dari kukuku saja! Ha..ha...! Jika kamu ingin aku tutup mulut, maka temuilah aku malam ini di hotel xxx. Aku tunggu kamu pukul 8 malam. Jika kamu sampai terlambat 5 menit saja, maka jangan salahkan aku jika Bagas akan segera menceraikanmu!!" kata pria itu yang terdengar santai namun penuh dengan intimidasi.
Tut...
Panggilan terputus kembali sepihak. Dan itu benar-benar membuat Melati semakin menggila karena ancaman pria misterius tadi.
Melati segera menghempaskan ponselnya diatas ranjang dengan sembarangan. Dia yang sudah merasa frustasi dan tertekan, segera melanjutkan tujuannya semula yakni untuk membersihkan diri.
** **
Sebelum keluarga besar tersebut pulang, tuan Abdullah mengajak keluarganya untuk singgah dimasjid terdekat pusat perbelanjaan untuk menunaikan sholat magrib terlebih dahulu.
Narendra dan Bima berdiri diantara sang oppa dan juga Mahardika. Dua bocah kecil itu begitu khusuk melakukan sholat, walaupun wajahnya semp at berpaling kekiri dan kekanan.
"Assalamualaikum warahmatullahi...assalamualaikum warahmatullahi..." lirih tuan Abdullah setelah selesai dengan sholatnya.
Aisyah yang berada disaf wanita segera keluar terlebih dulu, dan menunggu sang putra diteras masjid. Dia menoleh saat Narendra memanggilnya seraya berlari kedepan.
"Bunda...aku sudah selesai sholatnya!" kata Rendra setelah Asiyah berhasil menangkap tubuh putranya.
Asiyah tersenyum bangga, "Oh ya..apa tadi putra bunda yang tampan ini berdoa?" ditoelnya pipi chuby Rendra, karena Aisyah terlalu gemas dengan wajah kemerahan Narendra.
"Emtt..iya dong bunda. Tadi Narendra mengikuti oppa berdoa. Abang Bima juga berdoa dibantu sama pakdhe!" jawab bocah kecil itu dengan antusias.
"Pintar banget cucu omah!" sela bu Sinta mencium pucuk kepala Narendra.
"Ya sudah, kalau begitu kita pulang sekarang. Anak-anak pasti kecapean kan? Abang Bima sama adek Rendra pasti pada belum minum susu kan. Nanti bibi bikinkan ya," seru Meisya menatap putra serta keponakannya.
** **
3 mobil terpisah, karena memang Aisyah dan juga Mahardika membawa mobil berbeda, begitu juga tuan Abdullah.
Suasana mobil Aisyah sangat berbeda seperti biasanya. Suasana yang biasa hening, kini menjadi riang karena suara putranya yang sejak tadi asik bercengkrama denganya.
Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan. Aisyah sangat bersyukur dengan hadiah pemberian Tuhanya kali ini. Dia begitu antusias mendengarkan apa saja yang diucapkan putranya, serta menjawab beberapa pertanyaan dari Narendra dengan penuh kesabaran.