Perjuangan dan kesabaran seorang Langit Maheswara, berakhir sia-sia. Wanita yang selalu dia puja, lebih memilih orang baru. Niat hati ingin memberikan kejutan dengan sebuah cicncin dan juga buket bunga, malah dirinya yang dibuat terkejut saat sebuah pemandangan menusuk rongga dadanya. sekuat tenaga menahan tangisnya yang ingin berteriak di hadapan sang kekasih, dia tahan agar tidak terlihat lemah.
Langit memberikan bunga yang di bawanya sebagai kado pernikahan untuk kekasihnya itu, tak banyak kata yang terucap, bahkan ia mengulas senyum terbaiknya agar tak merusak momen sakral yang memang seharusnya di liputi kebahagiaan.
Jika, dulu Ibunya yang di khianati oleh ayahnya. maka kini, Langit merasakan bagaimana rasanya menjadi ibunya di masa lalu. sakit, perih, hancur, semua luka di dapatkan secara bersamaan.
Ini lanjutan dari kisah "Luka dan Pembalasan" yang belum baca, yuk baca dulu 🤗🥰🥰
jangan lupa dukungannya biar Authornya semangat ya 🙏🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Kejora
Di perusahaan Langit.
Raja sedang mengotak-atik layar komputernya, sementar Langit berguling-guling di kamar pribadinya. Rasanya dia bosan sekali, pekerjaannya saja sudah surut dan kalo adapun ya buat project yang masih lama.
"Ehh, bukannya Ibu sama si kembar mau ke rumah Dokter Meta ya? Mau apa sih Ibu ketemu Kejora?" Gumam Langit.
Tangan Langit pun mencari nomor hp ibunya, dia menelpon ibunya dan berbincang begitu sambungannya sudah terhubung. Entahlah, perasaannya tidak enak dan pikirannya terus tertuju pada Kejora.
"BOS! KELUAR LU!" Teriak Raja.
Langit pun memutuskan sambungan telponnya, dia segera keluar menghampiri Raja yang berteriak memanggilnya.
Cekleekkk...
"Ck, mau apa sih babu?" Decak Langit kesal.
"Si anjir, sialan banget panggil gue babu." Ucap Raja tak terima.
"Buruan ada apa." Desak Langit.
"Kerjaan gue dah beres, Bos. Beritanya udah kesebar kemana-mana, saham Wilyatama juga udah terjun bebas." Ucap Raja.
"Lu dapet bonus, tar ambil ke Mansion." Ucap Langit mengacungkan jempolnya.
Kening Raja mengernyit, biasanya kalau ada bonus pasti transferan yang dia dapat. Bukan sebuah barang atau yang lainnya, tapi perasaannya tidak enak untuk sekarang ini.
"Kenapa di ambil? Mau ngasih mobil kah?" Tanya Raja sambil menaik turunkan alisnya.
"Siapa bilang, orang gue mau kasih S3mv@k selusin kok." Ucap Langit sambil menutup pintu kamarnya.
"Sialan." Raja menendang pintu kamar Langit.
Ya, berita tersebarnya fakta tentang Syifa adalah ulah Langit, dia memindahkan beberapa foto dan juga fakta dari dalam hp Kejora. Bukan hanya itu saja, dia meminta orang untuk mengorek informasi Syifa yang lainnya, karena ternyata banyak sekali.
Langit malakukan ini semua atas dasar rasa kemanusiaannya, dia iba kepada Kejora dan ingin memberikan kebahagiaan padanya dalam bentuk bantuan sebagai teman.
*****
Kejora di paksa masuk ke dalam mobil, Ayra dan Meta tetap berusaha menarik Kejora karena tak mau Kejora merasakan trauma lagi atas paksaan yang pria berbaju hitam lakukan. Cukup pelecehan yang pernah terjadi pada Kejora itu menyakitinya, dulu Kejora sampai Stress dan ingin mengakhiri hidupnya karena merasa kotor. Tetapi usahanya di gagalkan oleh Ayra, Meta pula membaw Kejora ke Psikiater untuk menyembuhkan traumanya.
"Minggir!" Tepis pria kekar mendorong tubuh Ayra dan Meta sampai tersungkur ke tanah.
Di waktu yang bersamaan, Laras sampai di kediaman Meta bersama si Kembar. Melihat keributan di alamat yang di beritahukan oleh Langit, Laras segera keluar dari dalam mobil di susul oleh Galaxy dan Angkasa.
"Jangan bawa Kejora, Sialan!" Bentak Ayra tak patah arang, dia mengambil kayu memukul-mukul para pria itu.
Namun kekuatan Ayra tak sebanding dengan mereka yang berotot, Kejora di masukkan ke dalam mobil secara paksa. Sementara empat orang lainnya menghalangi Ayra dan Meta yang masih berusaha menyelamatkan Kejora, kayu yang di pegang Ayra pun di lemparkan ke sembarang arah.
Galaxy mengepalkan tangannya kala melihat perempuan di sakiti, kakinya melangkah cepat kearah dua wanita yang menangis memanggil nama Kejora sambil melawan pria kekar yang menghalanginya.
Bughhh.. Bughhh...
Galaxy memukul para pria itu dengan tangannya, Angkasa ikut menyerang dengan tenaga yang mereka miliki. Menghadapi mereka bukanlah masalah besar bagi si kembar, kini mereka pun saling menghajar.
Dari belakang mobil, Laras membungkukkan badannya, dia mengempeskan ban mobil yang dimana terdengar suara teriakan dan isakan seorang perempuan di dalamnya.
"Yes!" Sorak Laras begitu bannya mulai menciut.
Setelah itu, Laras kembali ke mobilnya membuka dasboard mencari sesuatu di dalamnya. Seingatnya ada senjata yang selalu Aiman sediakan untuk berjaga-jaga, bukan hal yang biasa kalau seorang keluarga pebisnis dapat penyerangan secara tiba-tiba, untuk itu dia juga harus bisa melindungi diri sendiri.
"Nah, dapat." Ucap Laras mengambil sebuah pistol dan memasangkan pelurunya.
DOORRR...
Laras menembakkan senjata apinya ke kaca spion, Ayra dan Meta reflek menutu kedua telinganya. Dua pria yang berada di dalam mobil keluar dari dalam mobil, mereka mencari siapa yang sudah menembak mobilnya. Ayra menyenggol lengan Meta, pandangannya mengarah kearah Laras. Gamis panjang dengan kerudung syar'i membalut tubuhnya, tapi terlihat gagah saat memegang sebuah pistol.
"Lepaskan gadis itu!" Ucap Laras pelan namun menekan.
"Jangan ikut campur!" Tegas pria kekar sambil memgeratkan giginya.
DOORRR..
"Jangan banyak ngomong." Sarkas Laras kembali menembakkan senjatanya.
Kali ini bukan kearah mobil, peluru itu berhasil menusuk bahu salah satu diantaranya.
"Aakkhhhh..."
Bughhhh... Bugghhh..
Galaxy seolah mendapatkan samsak gratis, dia menghajar mereka dengan membabi buta, meskipun dia juga terluka setidaknya lawannya jauh lebih terluka.
"Cih, malu sama badan." Cibir Angkasa.
Keempatnya tersungkur ke bawah, mereka pun segera kembali pada ibunya karena tadi mendengar suara tembakan.
Benar saja, Laras sedang bertarung dengan satu orang pria dan satu pria lainnya terluka.
Ayra lantas mengeluarkan sahabatnya, Kejora bergetar ketakutan sambil menjambak rambutnya sendiri. Trauma itu datang kembali, saat Ayra meraih tangan Kejora pun langsung di tepisnya.
"Ra, ini gue sahabat loe! Ayo kita keluar, sebelum mereka dateng lagi." Bujuk Ayra.
Perlahan Kejora menatap kearah Ayra, dia melihat pancaran mata Ayra dan segera memeluknya. Mereka pun keluar dari dalam mobil.
Galaxy dan Angkasa membereskan lawan yang di hadapi ibunya, mudah sekali kalau dua lawan satu. Laras berlari kearah Kejora, dia menatap gadis itu ketakutan.
"Nak, apa kau baik-baik saja?" Tanya Laras.
"Maaf, Ibu siapa ya?" Tanya Ayra.
"Saya Laras, Ibu Langit. Apa benar ini rumah Dokter Meta?" Jawab Laras seraya memastikan bahwa tujuannya memang benar.
Ayra pun mengiyakan, dan dia memperkenalkan Kejora pada Laras sambil menuntun sahabatnya masuk kedalam rumah. Meta menyusul setelah menghubungi pihak kepolisian, para pria berbadan kekar itu harus di singkirkan agar tak mengotori rumahnya.
"Aku bikin minum dulu ya," Ucap Ayra.
Kejora pun duduk meremas tangannya, dia menundukkan kepalanya dengan isi pikirannya yang semrawut. Laras mendekatkan tubuhnya, dia memeluk Kejora dan mengusap punggungnya. Kejora merasakan kenyamanan di dalam dekapan seorang ibu, meskipun itu bukan ibunya sendiri. Tangisnya pecah seketika, inilah yang ia butuhkan selama ini, sebuah pelukan dari sosok ibu yang menghangatkan tubuhnya.
"Semua badai akan segera berlalu, Tante salut sama kamu Kejora, orang lain belum tentu sehebat kamu." Ucap Laras dengan lemah lembut.
Usapan lembut di kepala Kejora mengingatkannya pada sosok kakak lelakinya, sementara usapan di punggungnya mengingatkannya pada sosok Neneknya dan juga adiknya yang sering diam-diam memeluknya hanya untuk menguatkan.
Dari ambang pintu, Meta menyeka air matanya melihat Kejora di peluk oleh Laras. Ingin sekali dia memaki semesta, karena dirinya merasa semesta tak memberikan bahagia yang Kejora butuhkan selama ini.