Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati yang terluka
Mutia menyetir Mobil sambil sesekali melihat Intan di sisinya yang masih betah membisu, namun Mutia yakini bahwa di dada putri sulungnya itu masih ada amarah yang berkobar.
Mutia menarik nafas dalam, jujur Dia tau betul rasa sakit yang putrinya rasakan, namun rasa yang Dia rasakan lebih sakit dari pada yang orang lain rasakan.
Mutia merasa sudah melakukan semuanya untuk Haris, menyiapkan semua kebutuhannya dengan tangannya sendiri, mengurus empat anaknya sendiri, membantu bisnis Haris hingga bisa sukses seperti ini.
Namun Mutia sadar tubuhnya sudah tidak seperti dulu lagi, melahirkan empat anak membuat Dia tubuhnya sudah tak seindah saat belum punya anak. Dulu Haris begitu mengaguminya, sehingga Dia yang dulu play boy saat kuliah benar-benar berubah demi mendapatkan dirinya.
Namun saat menginjak anak ke dua, saat melahirkan kembar tubuhnya menjadi lebih gendut, sudah tidak seramping dulu, Mutia sempat memergoki sekertaris suaminya menggoda Haris, Entah siapa yang memulai tapi itu salah di mata Mutia namun Mutia sadar dia sudah tidak menyenangkan lagi bagi suaminya.
Sempat Mutia pergi dari rumah kala itu dengan membawa anak-anaknya karena Haris lebih memilih membela sekretarisnya. Hingga berminggu-minggu Mereka pergi dari rumah meninggalkan Haris sendirian di rumah.
Saat Mutia meminta mundur karena sadar dengan dirinya, Haris meminta ampun dan memohon-mohon untuk memaafkan ke kekhilafannya, lalu sekertaris itupun di berhentikan.
Hidup damai hingga lahir anak ke empat Kean bontotnya yang paling mereka sayangi, Haris begitu bahagia dan selalu ada untuk mereka.
Namun tidak Mutia sangka akan ada cerita pahit di ujung usianya yang ke 38 tahun, di khianati lagi oleh Haris hingga menikah secara sembunyi seperti ini.
Amat muda waktu Mutia menikah dengan Haris, saat itu dia berusia 19 tahun dan haris 25 tahun. Anak sulungnya saat ini berusia 19 tahun sudah semester 2, si kembar Zia dan Zea sudah SMA sementara yang paling bontot Kean bontot kelas 6 SD dan sebentar lagi menginjak SMP.
Tidak Mutia sangka di saat anak-anak sudah mulai besar justru Dia akan menjadi janda. Mutia sudah Mantap memilih keputusan itu Dia tidak mau terluka lebih lagi, seperti sikap suaminya seumur hidupnya tidak akan berubah.
"Bun..." Kata Intan memecah kesunyian lamunan Mutia.
"Hmm ya Kak? kenapa?" Jawab Mutia tetap sambil menyetir.
"Ayok kita pindah rumah Bun... " Kata Intan.
"Kak... Boleh tidak Bunda mohon sama Kakak..."Kata Mutia pelan dan lembut.
"Seperti apapun Ayah... Itu tetap Ayah Kakak dan adik-adiknya semua... Kakak kasih contoh yang baik buat adik-adik agar tetap hormat sama Ayah."Kata Mutia.
"Kak, rumah yang kita tinggali itu, rumah warisan dari Kakek dan Nenek untuk kalian, Kalau kakak pergi rumah itu akan kehilangan kenangan kita..., dan bisa jadi simpanan Ayah yang akan di bawa kesana. Bunda minta ke kakak jaga Ayah ya..." Lanjut Mutia.
"Bunda Akan beli rumah dekat kebun bunga Bunda, sama yang dekat dengan restoran Bunda, Adik-adik Bunda bawa kalau misal mau tinggal sama Ayah juga tidak apa-apa..." Lanjut Mutia lagi.
"Mantan istri itu ada, kalau mantan Anak itu tidak ada kak, sampai kapanpun kalian semua anak-anak Ayah dan Bunda. Kakak sudah besar hanya Kakak yang bisa Bunda ajak berbagi tugas. Bisa ya kak...?"Tanya Mutia sambil memegang tangan Intan.
Mutia menepikan mobil lalu memeluk Intan, dan luruh semua tangis yang sedari tadi dia tahan. Sakit, sakit sekali hatinya tidak kuat bila harus setiap hari bertemu Haris, jalan satu-satunya di matanya hanya dengan berpisah.
Intan memeluk Bundanya tak kalah keras tangisan yang keluar dari bibir Intan, dalam hati intan dia bertekad akan membuat Ayahnya menyesal seumur hidupnya.
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat