Mengalami kecelakaan tragis hingga menewaskan seluruh anggota keluarganya, membuat Nadia Putri Dewangga mengalami depresi berat hingga status kejiwaannya di nyatakan sebagai ODGJ.
"Nama kamu Reyna kan? Reyna tinggalnya sama siapa?" Tanya Aldo, seorang CEO muda yang sukses meski pernah berstatus sebagai narapidana.
"Sama mama, om." Jawab gadis kecil bernama Reyna. Usianya sekitar enam tahunan.
"Papa ngapain sih ngomong sama dia. Dia itu anaknya orang gila pah. Nanti papa di amuk lho sama mamanya." Tegur gadis kecil seusia Reyna. Ia adalah putrinya Aldo.
Melihat Reyna bersama orang asing, Nadia langsung mendekati Reyna dan memukuli lelaki yang sedang berusaha menghalangi Reyna untuk pergi.
"Nadia." Batin Aldo merasa terkejut dengan kehadiran seseorang dari masalalunya.
Cerita selengkapnya, silahkan baca di episode berikut!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faeyza Sadean, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Tidak Terima
Setelah mengecek rekaman CCTV. Dirga segera mengurus pembayaran rumah sakit. Tapi ternyata biaya perawatan Nadia selama di rumah sakit sudah langsung masuk dalam tagihan di perusahaan Dewangga. Setelah itu Dirga pergi ke rumah om Burhan untuk memastikan Nadia baik-baik saja.
"Nad, itu bayinya Arin sama Aldo. Kita kembalikan ya Nad. Kita tukar sama adik kamu. Adik kamu ada sama Arin Nad." Ucap Dirga saat melihat Nadia sedang berusaha mengganti pampers bayi yang di bawanya. Tapi Nadia hanya diam, tidak merespon ucapan Dirga sama sekali.
Setelah itu Nadia menimang bayi tersebut dalam gendongannya dan memeluk erat seolah takut akan kehilangan bayi Arin yang sudah di anggap miliknya.
Dirga merasa bingung, bagaimana cara menukar kembali bayi Arin dengan bayi yang dibuang Mesya. Kemudian ia melihat Mesya baru keluar dari dalam kamar dengan menggendong bayinya. Dirga berkesempatan untuk menanyakan tentang bayi yang dibuang oleh Mesya tadi.
"Memangnya apa urusannya sama kamu?" Ucap Mesya dengan judes, saat Dirga menanyakan tentang bayi yang di buangnya.
"Aku akan adukan sama om Burhan. Aku yakin itu bayi Alda yang hilang. Kamu pasti yang mengambilnya waktu kecelakaan kemarin."
"Jangan mengarang cerita ya! Mungkin saja bayinya Alda berada dalam mobil dan meledak bersama mobilnya. Kamu kan nggak ada disana."
"Nadia sendiri yang bilang. Dia masih sempat melihat adiknya dalam pelukan mamanya dan masih menangis." Ucap Dirga mengingat cerita dari Nadia saat masih bisa di ajak komunikasi.
"Nadia kok di percaya. Dia itu kan sudah nggak waras. Jadi apapun ucapannya sudah tidak bisa di percaya lagi. Jadi kamu jangan asal menuduh!"
Mesya merasa emosi dan kemudian mengabaikan Dirga. Tapi Dirga tetap yakin bahwa bayi itu adalah bayi Alda. Ia akan berusaha mencaritahu nanti.
Pada suatu hari, Dirga mencari keberadaan seseorang yang waktu itu menolong Alda dan bayinya saat kecelakaan terjadi. Setelah bertemu dan banyak bertanya, Dirga menunjukkan foto Mesya untuk menanyakan apakah benar orang tersebut yang mengambil alih bayi Alda darinya.
Dan ternyata orang tersebut mengangguk membenarkan. Dirga merasa kesal dengan apa yang di lakukan Mesya. Tapi ia juga tidak bisa menuntutnya, sebab saat ini om Burhan sedang mengalami struk dan kesana kemari harus dengan bantuan Mesya.
Setelah melihat mamanya sangat menyayangi bayi yang di anggap cucunya. Dan Nadia juga menganggap bahwa bayi Arin dan Aldo adalah bayinya sendiri. Akhirnya Dirga mengalah dan membiarkan bayi itu tertukar. Yang penting bagi Dirga, baik bayi Arin atau bayi Alda sama-sama akan mendapatkan kasih sayang dari keluarganya.
Dirga juga akan memastikan kedua ponakannya tersebut akan hidup berkecukupan, baik secara materi ataupun kasih sayang. Dirga juga jadi khawatir jika bayinya ia tukar lagi, bisa-bisa Mesya malah akan kembali membuangnya yang lebih jauh lagi. Bayi yang saat ini di bawa Nadia saja sudah di lirik terus sama Mesya, seolah khawatir jika ternyata bayi tersebut adalah bayi Alda yang sudah ia kasihkan ke orang.
Flashback Off
Nadia lupa-lupa ingat dengan apa yang di laluinya selama beberapa tahun ini. Ia juga tidak bisa membedakan antara kejadian nyata ataupun sekedar halusinasinya saja. Tapi ia masih sangat mengingat dan yakin bahwa Reyna adalah anaknya Aldo. Hanya saja tentang Chila, ia masih lupa-lupa ingat.
Aldo merasa senang saat melihat Nadia menatap Chila dengan tatapan yang sejuk. Lalu kemudian Nadia memeluk Chila dengan pelukan hangat. Kali ini Chila tidak berontak tapi malah merasa sangat nyaman dalam pelukan mama barunya.
Setelah memeluk Reyna. Nadia mengajak om Dirga untuk mengobrol berdua.
"Om, apa Chila itu adik aku om? Aku seperti merasa pernah dikasih tahu om kalo Chila itu adik aku. Apa benar itu om?" Tanya Nadia memastikan ingatannya tidak salah.
"Iya Nad. Benar. Chila itu adik kamu. Tapi om bingung sekarang, Bagaimana cara jelasinnya pada Aldo dan mama. Pasti mama juga akan marah dan tidak terima kalo ternyata Chila bukanlah cucunya." Balas Dirga mengutarakan rasa khawatirnya.
"Lebih baik biarkan begini saja Nad! Toh sekarang Chila sama Reyna ada pada kamu. Jadi nggak perlu lagi mengungkit masalalu! Tapi terserah kamu juga sih!" Ucap Dirga memberi saran.
Nadia hanya diam tidak tahu harus berpendapat seperti apa. Lalu kemudian mereka kembali untuk berkumpul dengan yang lain.
Sekitar satu jam kemudian, Aldo dan Nadia sudah sampai di rumah tempat tinggalnya. Chila tampak melirik kesana kemari untuk melihat seberapa luas rumah papanya tersebut.
Menurut Chila rumahnya tidak sebesar rumah neneknya. Tapi rasanya sejuk saat masuk ke dalamnya. Entah kenapa rasanya berbeda dengan rumah mama Arin. Padahal kalo di lihat, ukuran rumahnya hampir sama. Tapi Chila merasa tidak keberatan jika harus tinggal di rumah tersebut.
"Pah, nanti Chila bobok sini saja ya. Kan besok sekolah Chila masih libur." Ucap Chila tiba-tiba. Ia merasa penasaran, ingin tahu rasanya tinggal di rumah papa bersama mama barunya.
"Boleh." Ucap Aldo senang. Dengan begitu, Chila jadi akan lebih dekat lagi dengan mama barunya.
Mereka berempat terdiam dengan pikiran masing-masing. Ada yang merasa khawatir, ada yang bingung dan ada juga yang merasa canggung. Kemudian Nadia mengajak Chila dan Reyna untuk masuk ke dalam kamar.
Aldo menghela nafas lega setelah istri dan anak-anaknya masuk ke dalam kamar. Ia juga langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya sendiri dan membuka ponselnya untuk melihat foto pernikahannya tadi. Foto pernikahan kiriman dari Dirga di lihatnya sambil senyum-senyum sendiri.
Senyum Aldo memudar ketika ponselnya berdering menampilkan nama mamanya memanggil.
"Ya mah." Jawab Aldo malas.
"Kamu dimana Al? Kenapa belum pulang juga? Mama sudah menentukan tanggal pertunangan kamu sama Vera." Ucap Rani setelah mendengar suara putranya.
"Nggak ada pertunangan antara aku sama Vera mah. Hari ini aku sudah sah menjadi suami Nadia."
"Apa? Jangan gila kamu Al!"
"Terserah mama! Yang pasti sekarang aku sudah menikah dengan Nadia. Aku akan tinggal di rumah baru ku bersama Nadia dan anak-anak."
"Nggak Al. Kamu nggak boleh bawa Chila ikut kamu! Chila harus di sini nemenin mama."
Aldo langsung menutup panggilan dari mamanya. Ia merasa bingung harus membiarkan Chila bersama mamanya atau ikut dengannya.
"Keterlaluan kamu Al. Mama yang sudah merawat dan membesarkan Chila dari bayi. Sekarang kamu mau seenaknya saja membawa Chila pergi dari mama. Mama nggak akan biarkan kamu bawa Chila pergi dari rumah ini." Batin Rani kesal dan merasa tidak terima.
Bersambung..
klo aldi tegas aq dukung tp klo msh plilplan lebih baik nadia pergi tinggal kan aldo biar dy menyesal...
menyusul suaminya arin yg baru sama c meisya....
jgn lama2 yc thor...
ayo thor buat mereka yg jahat kena karma termasuk c Vera yg mw jd pelakor...
smoga aldi bisa tegas melawan mamanya dan nadia juga bisa tegas jgn cuma tau nya pasrah makanya slalu tersakiti...