Di sebuah desa kecil bernama Pasir, Fatur, seorang pemuda kutu buku, harus menghadapi kehidupan yang sulit. Sering di bully, di tinggal oleh kedua orang tuanya yang bercerai, harus berpisah dengan adik-adiknya selama bertahun-tahun. Kehidupan di desa Pasir, tidak pernah sederhana. Ada rahasia kelam, yang tersembunyi dibalik ketenangan yang muncul dipermukaan. Fatur terjebak dalam lorong kehidupan yang penuh teka-teki, intrik, kematian, dan penderitaan bathin.
Hasan, ayah Fatur, adalah dalang dari masalah yang terjadi di desa Pasir. Selain beliau seorang pemarah, bikin onar, ternyata dia juga menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui oleh keluarganya. Fatur sebagai anak, memendam kebencian terhadap sang ayah, karena berselingkuh dengan pacarnya sendiri bernama Eva. Hubungan Hasan dan Fatur tidak pernah baik-baik saja, saat Fatur memutuskan untuk tidak mau lagi menjadi anak Hasan Bahri. Baginya, Hasan adalah sosok ayah yang gagal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sabotase
Proyek sekolah akhirnya dibangun. Rudy dan Fatur merasa senang dan bangga hasil kerja keras mereka berdua membuah hasil yang baik. Sekolah tersebut menjadi simbol kemajuan dan harapan warga Pasir.
Namun ada beberapa warga masih menganut pemikiran sekolah itu buang-buang duit. Warga Pasir masih banyak yang menganut pemikiran seperti itu. Ada pun mahasiswa, bisa dihitung dengan jari. Tugas Rudy dan Fatur bertambah lagi, mereka harus mensosialisasikan pada masyarakat bahwa pendidikan itu penting hingga sarjana.
Peresmian sekolah itu dihadiri oleh sebagian warga desa Pasir. Keduanya semakin di hormati di desa Pasir. Setelah dirasa keuangannya semakin bertambah, Fatur memutuskan kuliah di IKJ, mengambil fakultas tv dan film. Fatur memulai perkuliahannya dengan penuh semangat, walaupun dia tahu tantangan yang ada dimasa akan datang akan semakin besar.
Fatur mengambil program studi sarjana (S1) Film dan Televisi, Fakultas Film dan Televisi. Ini adalah salah satu impiannya kuliah di Ikj dan menjadi seorang sutradara terkenal seperti pak Hanung Brahmantyo, Riri riza dan Live Zheng. Dia berharap akan bisa menjadi seperti mereka dan Fatur sangat bersyukur diberi kesempatan oleh Allah untuk kuliah di IKJ. Sekarang umurnya sudah 29 tahun.
Dia berpikir kuliah di IKJ adalah langkah awalnya kesuksesannya.
Fatur mulai belajar tentang dunia televisi dan film. Setiap tugas yang diberika dosennya dia kerjakan dengan penuh semangat, baik itu film pendek, dokumenter, atau acara televisi lainnya memberinya wawasan dan pengalaman yang semakin mengasah kemampuannya.
Sementara Rudy tetap melanjutkkan usahanya di desa Pasir. Membantu menjaga sekolah.
Sementara Agus menjaga kebun dan ternak-ternak lainnya, dia juga membayar anak buahnya untuk menjual hasil panen keluar kota dan pasar tradisional. Sedangkan Halimah tetap berada didesa Pasir, setiap bulannya dia dikasi uang bulanan oleh Fatur.
Fatur tidak menyangka akhirnya hidupnya juga seperti waktu dia sekolah di Sma 2 Bangko.
Lagi-lagi sibuk-sibuknya menyelesaikan tugas akhir, Ari dan Ririn selalu membullynya, bullyannya tidak hanya berhenti pada omongan, tapi juga selalu lewat fisik. Awalnya Fatur hanya diam, dia tidak mau mencari musuh dan berakhir dipenjara seperti di Sma dulu. Fatur hanya fokus untuk menyelesaikan tugas akhirnya.
“Kamu itu nggak pantas kuliah di tempat kami! Kau hanya dari desa. Kamu cocok bermain lumpur, nanam padi disawah...” ejek Ririn dan diikuti tawa mahasiwa lainnya.
Fatur hanya diam masuk kedalam kelas. Namun didepan kelas, kakinya ditendang oleh Ari hingga Fatur tersungkur dilantai.
Fatur akhirnya terbawa emosi, karena Ari dan Ririn menghina umminya. Fatur emosi langsung menghajar kedua orang itu hingga terjatuh ditanah. Dia mengambil gelas yang ada dikantin kampus dan memukulnya kekepala dua orang itu. Tak lupa dia juga menghajarnya seperti kesetanan.
Para polisi mendatangi Fatur dan memborgolnya. Dua hari Fatur dipenjara dan di introgasi dengan keras, dan sering kali mendapat kekerasan fisik dari polisi. Namun Fatur tidak tinggal diam, kali ini dia akan melawan. Dia menghajar para polisi hingga babak belur. Kali ini para tahanan dan polisi merasa heran pada Fatur yang berani melawan polisi.
“Aku tidak diajarkan takut oleh ibuku! Aku diajarkan harga diri keluarga itu nomor satu dan jika ada yang menghinanya, dia akan mendapatkan balasan yang seharusnya dia dapatkan.” teriak Fatur.
Fatur dipegangi oleh dua polisi untuk tidak menyerang polisi yang sudah tidak berdaya. Namun polisi itu juga kewalahan menghadapi Fatur yang nampak kesetanan. Bahkan beberapa tahanan melihatnya ngeri. Dari sorot matanya mengambarkan kemarahan teramat dalam.
“Seharusnya kalian para polisi itu tidak memihak pada siapapun. Kalian itu harus adil, tidak ada kekerasan sampah seperti ini dipenjara terhadap para tahanan. Aku tahu mereka itu salah, tapi mereka itu manusia. Perlakukan mereka sepertinya hal manusia.” teriak Fatur menendang-nendang kakinya kearah polisi yang memukulinya.
Pertengkaran itu berhenti saat pak Harry dan Bagas datang ke penjara. Para polisi melepaskan Fatur. Mata Fatur menatap tajam dua pria itu. Pak Harry sang rektor, dan pak Bagas ada sang Kajur.
“Bebaskan dia. Kami tidak ingin dia dipenjara, ada hukuman yang lebih layak dan terhormat yang harus dia dapatkan.” ujar pak Harry. Dia tersenyum dingin menatap Fatur.
“Kamu hebat Fatur... Tanpa rasa takut kamu memukul anak kami, dan membuatnya sampai saat ini masih koma. Rasanya hukuman penjara itu tidak cukup bagimu.” jelas pak Bagas.
“Kamu tetap bisa menyelesaikan kuliahmu. Tapi kami menganti tugas akhirmu. Kami akan kirim kamu ke militer, kamu akan belajar disana. Tugas akhirmu buat sebuah novel dan film tentang kemiliteran.” jelas Bagas. Fatur mengeryitkan keningnya. Dia curiga ada maksud lain dari mengirimnya ke militer.
“Ayo ikut dengan kami...” ajak sang rektor.
Fatur menghela napas panjang saat sudah masuk ke area tempa dimana dia akan dilatih menjadi seorang tentara, tapi jalur dapat masalah bukan prestasi. Hari pertama pelatihan, sangat berat untuk Fatur. Selain belum beradaptasi dengan lingkungan, dia juga dibebani oleh pikiran-pikiran yang membelenggu pikirannya.
Aktivitasnya dimulai tepat pukul 4 pagi pelatih meniup peluit keras-keras dan ada juga yang mengetuk pintunya dengan keras. Fatur terkejut langsung bangun dari tidurnya, segera memakai seragamnya. Dia sangat tergesa-gesa, sehingga memakai seragam nya tidak sempurna. Akhirnya Fatur di suruh push-up 50 kali. Setelah itu mereka melakukan latihan berupa latihan fisik dasar. Lari sejauh 10 kilo meter dengan ransel seberat 20 kilo gram.
Melakukan push-up, sit up, dan pull up hingga ratusan kali. Latihan rintangan medan tempur, seperti memanjat tebing, merangkak dibawah kawat berduri, dan menyebrangi kolam berlumpur.
Fatur merasa tidak sanggup dengan latihan yang begitu berat. Namun berhenti bukan pilihan, dan mungkin saja hukuman lain yang lebih berat menantinya.
Dia juga mengikuti latihan tanpa tidur selama dua malam berturut-turut, hanya diberi waktu istirahat 15 menit. Simulasi perang dan ledakan palsu dan suara tembakan terus menerus melatih fokus di tengah kekacauan.
Kritikan keras pelatih yang juga menguji mental mereka. Supaya tahu siapa yang mentalnya kuat dan bisa bertahan. Fatur hampir menyerah saat gagal memimpin timnya. Dia dimarah habis-habisan sama pelatih.
Pengunaan senjata dan taktik kemampuan menggunakan senjata. Perakitan dan pembongkaran senjata dalam waktu singkat. Taktik pertempuran tim, seperti penyergapan, pertahanan dan evakuasi. Waktu makan hanya 10 menit, tempat tidur harus rapi, dan lain sebagainya.
Setiap perintah harus dilakukan tanpa pertanyaan. Latihan di medan yang nyata, sebagai puncak pelatihan, Fatur dan lainnya di kirim di medan latihan yang menyerupai zona perang nyata.
Mereka harus bertahan hidup dihutan dengan bekal seadanya.
Navigasi dengan peta dan kompas tanpa alat modern. Berburu makanan dari alam. Beradaptasi dengan cuaca ekstrim, baik hujan lebat, panas terik atau cuaca yang dingin. Setelah enam bulan, Fatur telah dibentuk bukan lagi mahasiswa biasa. Dia menjadi lebih disiplin, tangguh menghadapi apapun yang ada didepannya.
Saat latihan seorang tentara senior menghampiri pelatih dan berbisik ke pelatih. Sang pelatih nampak mengerutkan keningnya, tapi nampaknya dia hanya pasrah dan memanggil Fatur agar maju kedepan.
“Fatur, kamu mendapat perintah akan di kirim ke negara konflik. Semoga kamu bisa bertahan disana dan ingat harus waspada dimana saja. Aku mau kau pulang dengan selamat. Jangan biarkan siapapun yang mencoba menghancurkanmu itu berhasil menghancurkanmu.” ujarnya dengan tegas. Fatur hanya diam dan nampak berpikir. Lalu dia izin bertanya.
“Siap pak.” jawab Fatur dengan tegas.
“Siap. Saya boleh bertanya pak?” tanya Fatur.
“Silahkan.”
“Bukankah tentara yang dikirim ke negara konflik itu minimal memiliki pengalaman 2 sampai lima tahun. Sedangkan yang pelatihan baru 6 bulan itu belum memenuhi syarat untuk di kirim ke negara konflik?” tanya Fatur. Pelatih nampak menghela napas panjang.
“Ini udah perintah dari atasan. Kamu atau pun saya tidak bisa menolaknya. Jika kamu di kirim disana, berarti kemampuanmu sudah memenuhi syarat untuk kesana. Mereka mengangapmu kuat Fatur, makanya mengirimmu disana agar bisa menghancurkanmu. Jadi pesan saja adalah, kamu tetap kuat dan bertahan. Prajurit pantang mundur dalam pertempuran, dan yakin lah kamu adalah pemenang."