Di hancurkan berkeping-keping oleh suaminya dan juga ibu mertuanya, kehidupan Laras sangat hancur. selain harus kehilangan anak keduanya, Laras di serang berbagai ujian kehidupan lainnya. Putranya harus di rawat di rumah sakit besar, suami mendua, bahkan melakukan zina di rumah peninggalan orantuanya.
Uluran tangan pria tulus dengan seribu kebaikannya, membawa Laras bangkit dan menunjukkan bahwa dirinya mampu beejaya tanpa harus mengemis pada siapapun. Akan dia balaskan semua rasa sakitnya, dan akan dia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Sehebat apa luka yang Laras terima? apakah dia benar-benar membalaskan rasa sakitnya?
Yuk simak terus ceritanya sampai habis ya 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Gila?
Pria itu menoleh kearah Laras, nafasnya memburu dengan tangan bercucuran darah. Laras melangkahkan kakinya menghampiri pria yang memakai baju serba hitam tanpa takut, para karyawan menundukkan kepalanya saat Laras melewatinya.
"Kenapa kau membuat keributan disini tuan? Lihat, semua penunjung sampai ketakutan! Bahkan dari mereka ada yang membawa anak kecil, jika tidak ada keperluan lagi, maka silahkan anda angkat kaki dari sini." Tegas Laras tanpa mengalihkan pandangannya pada pria yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam.
"Siapa kau?! Beraninya kau mengusirku dari sini, hah!" Bentaknya.
"Aku pemilik restoran ini! Kenapa? Ada masalah?" Laras melipat kedua tangannya, dia memasang wajah menantang pria di hadapannya meskipun ia menyembunyikan degup jantungnya yang berdebar karena takut.
Pria yang bernama Fernando berjalan kearah Laras, ia menelisik wajah Laras yang mana membuat wanita yang di tatapnya memundurkan tubuhnya.
"Jangan mendekat tuan, sopan lah sedikit pada perempuan." Protes Laras.
"Dimana kau sembunyikan Berlian? Kau pasti tahu dimana dia berada!" Tanya Nando.
"Berlian? Aku tidak punya Berlian tuan, yang aku punya hanya perhiasan biasa, malahan aku baru mau menabung untuk membeli berlian." Ucap Laras dengan polosnya.
Nando mengepalkan tangannya, giginya mengerat dengan mata terpejam sampai suara giginya yang beradu terdengar jelas di telinga Laras.
"Bukan berlian itu yang ku maksud! Aaahhhh.. Cepat katakan dimana Berlianku!" Tampaknya Nando mengerang frustasi, ia menjambak rambutnya ke belakang.
Laras mengernyitkan dahinya tidak paham, dia menatap kearah managernya yang di jawab gelengan kepala. Laras berbisik pada salah satu karyawannya, setelah itu karyawannya menghampiri manager untuk membuat berita di media sosial, karena Laras merasa ada yang tidak beres dengan pria di hadapannya.
"AARRGGHHH.. BERLIAN ...." Nando berteriak histeris sampai membuat semua orang terkejut.
Prang ..
Brak ..
"SEMUANYA, MUNDUR!" Teriak Laras merentangkan tangannya berjalan mundur.
"Melly! Bubarkan pengunjung!" Pekik Laras menatap kearah Melly selaku manager restorannya.
Melly lantas membubarkan pengunjung, dia membawa para pengunjung ke arah belakang agar tidak ada yang terluka akibat amukan Nando. Saat Nando masih melemparkan semua barang-barangnya, dia menangis histeris dan tidak memperdulikan luka yang ada di tangan juga wajahnya.
"Wah, ini mah orang depresi. Masa gara-gara berlian dia ngamuk, emang berapa sih harga berlian?" Heran Laras. Dia tetap mengira bahwa berlian yang di maksud oleh Nando adalah sebuah berlian perhiasan.
"Mungkin harganya sampai ratusan milyar bu." Timpal karyawan di sebelahnya.
Nando terduduk saat tubuhnya melemas, tangisnya mulai mereda hanya terdengar isakan kecil sampai terbatuk-batuk. Dengan langkah ragu, Laras memberanikan dirinya untuk mendekat kearah Nando.
"T-tuan, k-kau---"
Bruk ..
Tubuh Nando ambruk seketika, wajahnya basah oleh air mata dan kelihatannya pria itu sangat kacau. Para karyawan laki-laki membantu Laras menggotong Nando ke ruangan Laras, disana Laras langsung mengeluarkan kotak obat untuk membersihkan luka di tangan Nando.
.
.
Bayu mendapat kabar dari Kiara perihal kejadian di restoran adiknya, ia bergegas memacu kendaraan miliknya bersama sang istri. Jalanan tidak terlalu ramai, hal tersebut mempermudah Bayu untuk sampai ke lokasi tujuan.
"Ya Allah, lindungilah adik hamba." Bayu terus berdoa tanpa hentinya dengan pandangan lurus kearah jalanan, ia khawatir terjadi sesuatu pada adiknya.
Kiara mengelus tangan Bayu dari sampingnya, tak bisa di pungkiri ia juga merasakan hal yang sama seperti suaminya. Tak henti-hentinya cobaan datang pada Laras, entah kebahagiaan seperti apa yang Tuhan akan berikan pada adik iparnya.
15 Menit kemudian.
Bayi memarkirkan mobilnya di sembarang arah, dengan langkah buru-buru keduanya berlarian masuk ke dalam restoran.
"Laras!" Panggil Bayu dengan suara keras.
Karyawan yang tengah membereskan pecahan kaca menoleh kearah Bayu, salah satu dari mereka menghampiri Bayu yang terlihat cemas.
"Tuan, anda mencari bu Laras?" Tanyanya.
"Dimana Laras? Apa dia baik-baik saja?" Cecar Bayu.
"Bu Laras ada di ruangannya tuan, disana juga ada manager dan juga pria yang membuat kekacauan tadi." Jawabnya apa adanya.
Tanpa basabasi lagi, Bayu berjalan menuju ruangan Laras, begitu pintu terbuka yang pertama kali ia lihat adalah Laras tengah membalut tangan pria yang tengah tak sadarkan diri menggunakan perban.
"Laras." Panggil Bayu.
Laras mengalihkan pandangannya menatap kearah sumber suara, dia memberikan perban itu pada Melly untuk melanjutkannya.
"Kak Bayu, kak Kiara. Ada apa? Apa kalian perlu sesuatu?" Tanya Laras.
"Kamu gak apa-apa kan? Mana yang luka? Biar Kakak obatin?" Cecar Kiara memeriksa seluruh tubuh Laras, ia sampai memutarkan badan Laras sampai si empu oleng.
"Kamu ini, Kakaknya khawatir? Malah nanya ada apa." Omel Bayu.
"Gapapa kok, begitu kejadian tadi aku langsung mundur dan membubarkan para pengunjung. Kayaknya sih itu orang depresi deh kak, tiba-tiba saja dia nanya sama aku dimana Berlian miliknya? Ya aku jawab, aku gak tahu Berlian yang mana, orang aku punyanya perhiasan emas biasa aja gak punya Berlian." Jelas Laras dengan polosnya.
"Berlian? Mungkin Berlian yang dia maksud itu bukan perhiasan kali Dek, bisa saja nama orang."Tebak Bayu, dia pun bingung mengapa ada orang yang mencari Berlian sampai ke restoran.
Laras mengendikkan bahunya, untuk lebih jelasnya dia akan menunggu sampai pria pembuat onar itu sadar dan menanyakan maksudnya. Melly juga tak kunjung melaporkan setelah ia menyebarkan berita, zaman sekarang sudah canggih, jadi untuk mencari keluarga dari pria yang tidak di kenal itu hanya tinggal menunggu pihak yang bersangkutan datang.
"Mel, ada info lagi gak? Siapa tahu ada yang kenal gitu?" Tanya Laras.
"Enggak ada, bu. Nanti Melly kabarin lagi kalau udah ada info terbaru, mending kita lihat kerusakan di luar karena sepertinya banyak barang yang pecah." Jawab Melly.
"Iyalah Mel, pasti banyak yang pecah orang semua perabotannya melayang." Desah Laras, ia menghembuskan nafasnya kasar karena sudah pasti dirinya harus menata ulang dan mengganti dengan perabotan Baru.
Laras meminta Bayu dan Kiara untuk menjaga Nando, dia dan Melly keluar melihat semua hasil kekacauan yang tengah di bersihkan oleh karyawan yang lain. Tenaga Nando sangatlah besar, security dan juga karyawan pria yang hendak menghentikannya pun terpental dan juga kena bogeman Nando.
"Kalau ibu lihat tadi, beuh tuh orang tenaganya guede banget sampai security aja pada kewalahan." Ujar Melly.
"Iya lah, Mel. Biasanya tenaga orang gila lebih gede daripada orang waras, hahaha." Sahut Kiara dari arah belakang.
Melly dan Laras pun terkekeh mendengarnya, Kiara datang mengambil air minum untuk suaminya dan tak sengaja mendengar percakapan adik dan juga manager restoran.
Kiara kembali ke ruangan Laras, tak lama kemudian seseorang datang membawa anak kecil di dalam gendongannya.
"Loh, Elsa." Ucap Laras.
Aiman berjalan menghampiri Laras, dia juga melihat berita yang tersebar di sosial media. Setelah ia selesai berziarah, ia segera membawa Elsa datang menemui Laras di lokasi kejadian.
"Ras, kamu gapapa?" Tanya Aiman khawatir, sama halnya seperti Bayu dan Kiara sebelumnya.
"Alhamdulillah, Mas. Aku gapapa kok." Jawab Laras tersenyum.
Laras merentangkan tangannya pada Elsa, gadis kecil itu pun beralih ke dalam gendongan Laras.
"Dimana Fernando sekarang?" Tanya Aiman.
"Fernando? Siapa dia mas? Aku gak kenal sama namanya Fernando?" Tanya Laras bingung.
"Yang buat kekacauan tadi namanya Fernando, dia anak rekan bisnis aku. Dia depresi karena calon istrinya hilang entah kemana, pasalnya perempuannya tengah hamil dan kabarnya ia di culik." Papar Aiman, begitu melihat berita Aiman sangat tahu siapa pria yabg tengah membuat kegaduhan di tempat Laras, untuk itu dia segera datang karena takut Laras kenapa-napa.
"Oh, gitu ya. Dia ada di ruanganku Mas, tadi dia pingsan pas udah ngamuk-ngamuk gak jelas." Ucap Laras.
Aiman dan Laras pergi menuju ruangan dimana Fernando berada, nampaknya Fernando yang kerap di panggil Nando belum juga sadar dari pingsannya. Aiman segera menghubungi rekan bisnisnya yang merupakan ayah dari Nando, sementara Laras dirinya bermain dengan Elsa.
Telpon Laras terus berdering, dia menurunkan Elsa daei pangkuannya dan segera mengambil ponsel dari tasnya. Bagitu Laras menjawab panggilannya, matanya terbelalak mendapat kabar dari Mbok Wati yang melaporkan bahwa Langit di bawa kabur oleh mantan Mertuanya.
"APA?! Kenapa bisa, Mbok? Aku segera kesana sekarang juga!" Pekik Laras dengan cemas, ia segra berdiri mengambil tasnya tanpa memperdulikan Bayu yabg terus memanggilnya.
"Ras! Laras!" Bayu segera mengejar Laras yang sudah berlari keluar dari restoran.
"Aiman, kamu bisa jaga dia kan?aku mau susul mas Bayu sama Laras." Ucap Kiara meminta bantuan pada Aiman.
"Iya, Mbak." Sahut Aiman.
"Mel, urus dulu restoran ya." Ucap Kiara seraya beranjak pergi dari ruangan Laras.