TAMAT 02 NOVEMBER 2023
Ning Aisha menangis setelah King tak sengaja menciumnya. "Jangan dekati aku lagi!"
"Terus, gimana cara Gue jagain Lo, Cengeng?"
"Nggak perlu, aku bisa jaga diri baik-baik! Kita bukan mahram, jangan deket-deket! Setan pasti suka godain Kita, terutama kamu yang nggak kuat iman! Nggak mau shalat. Pasti jadi temen setan!"
"Lo mau dihalalin sama temen setan ini? Bilang! Besok Daddy sama Mom biar ngelamar Lo buat Gue!"
"Sinting..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA-EMPAT
Kaki jenjang yang dihiasi sepatu heels terayun pelan memasuki kamar sepasang suami istri muda.
Mommy Lily mendatangi Aisha dan King ke kamarnya dengan buah tangan tiga paper bag berisi pakaian.
"Sayang..."
Aisha berjingkrak memindai perempuan cantik itu. Di belakang Mommy Lily, ada Daddy Axel yang mengekori nya.
Mommy Lily meletakkan paper bag di atas sofa lalu duduk di sisi ranjang menghadap Aisha yang barusan ingin berdiri tapi dicegah.
"Udah duduk ajah!" Aisha tersenyum kikuk, dua mertuanya datang disaat dia menciumi pipi suaminya yang sudah terlelap.
Sepertinya pernikahan dini mereka tidak terlihat ada masalah meski sebelumnya Aisha sempat menolaknya.
"Besok Mommy Daddy ada penerbangan ke Singapura lagi. Kalian baik-baik di rumah ya," pesan Mommy Lily, sedang Daddy Axel hanya fokus menatap putranya yang terpejam di balik selimut.
"Iya Mam."
Aisha maklum jika kedua mertuanya jarang ada di rumah. Sebagai pimpinan perusahaan besar, Daddy Axel selalu membawa Mommy Lily ke mana pun dia pergi.
Kedatangannya kemarin, hanya karena Baby Dilkash lahir. Setelah memastikan cucunya aman di rumah utama, tentu mereka kembali bekerja seperti hari-hari biasanya.
Aisha memindai Mommy Lily yang membuka laci nakas-nya. Memeriksa bungkusan kotak berisi pengaman yang masih utuh tak tersentuh.
Aisha membelalak kecil, ketika Mommy Lily menatapnya penuh selidik. "Kalian nggak ngelakuin tanpa pengaman kan, Aisha?"
"Em... Enggak Mam." Aisha kikuk, seharusnya tidak ada pertanyaan soal ranjang. Tapi, dia maklum karena mereka masih SMA.
Mommy Lily mengingatkan, karena peduli, sama seperti saat Ummi Zivanna menegur soal kewajiban seorang istri padanya.
"Ingat pesan Mommy ya Aisha, jangan hamil sebelum usia kamu cukup. Harus inget ini kalo lagi darurat."
Meski menikahkan anaknya di usia muda, mereka sepakat untuk tidak terburu-buru memiliki cucu.
Mommy Lily setuju dengan usulan King saat ingin menikahi Aisha, karena dia yakin Aisha jodoh yang akan bisa merubah gaya hidup putra nakalnya. Seperti Gus Emyr yang merubah gaya hidup si sulung Khaira.
"I-iya Mam." Aisha mengangguk malu, dan Mommy Lily mengelus kepala menantunya.
"Sekarang kamu istirahat, Sayang."
"Iya Mam." Aisha membiarkan Mommy Lily mengecup kening King sebelum wanita itu pergi keluar bersama Daddy Axel.
"Ngapain ketawa ketawa gitu?"
Mommy Lily menatap aneh suaminya yang sedikit mengeluarkan gelak tawa tertahan.
"Menurut mu, buat apa King nikahin Aisha? Apa cuma buat nemenin tidurnya?" Ada senyum tertahan yang terbit di bibir Daddy Axel.
Bagaimana cara King menahan gejolak, bahkan sampai tidak menyentuh satu pun pengaman yang mereka sediakan.
"Dulu Bapak nikahin saya buat apa?" tanya balik Mommy Lily.
Lelaki itu hanya sibuk melebar senyum manis yang jarang terlihat. "Bahagiain my beautiful secretary. Apa lagi?"
"Mellifluous! Mungkin begitu juga alasan King. Mau bahagiain Aisha."
Pelukan lembut Daddy arahkan pada istri yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. "Aku mencintaimu milyaran kali."
"Aku triliunan, Pak!"
Bergelayut di daun pintu, Aisha tersenyum mendengar kata-kata romantis yang keluar dari kedua mertuanya. Saat ingin menutup pintu kamarnya, Aisha iseng menguping pembicaraan mereka.
"Daddy sama Mommy sweet banget."
Sejenak, Aisha memandang wajah King yang tenggelam di permukaan sprei. Jika dipikir lagi, King juga sangat sweet padanya.
King rela melakukan apa pun, demi membuat dirinya nyaman. Termasuk, tidak memaksa dirinya melakukan kegiatan intim meski sering merasa pening.
Hanya saja, perilaku King sangat jauh dari ayahnya yang irit bicara. Ya, Aisha sering kewalahan menghadapi ocehan King yang tiada habisnya saat berdebat.
Pelan-pelan, Aisha naik ke atas ranjang. Lalu membetulkan posisi tidur King agar tak lagi menelungkup, di saat yang sama, pemuda itu membuatnya masuk ke dalam pelukan.
"Jangan macam-macam Liam," igau King.
"Sssttt..." Aisha balas pelukan King. Kemudian pejamkan matanya.
🖋️~
^^^🖋️~^^^
-Axel Prince Miller... -Singapura...
"Demo?!" Lelaki berkemeja biru pudar dengan dasi biru gelap itu berdiri seketika mendengar berita buruk dari asisten personalnya.
"Ada pembullyan yang didalangi ketua JAS-MC." Rudolf nama lelaki paru baya yang selalu setia menemani CEO Millers corpora.
"Korban masuk rumah sakit," tambahnya lagi.
Axel mengepal kuat tangannya. Baru kemarin ia percayakan King kepada Aisha. Hari ini King mulai membuatnya resah.
"King!" geramnya.
"Jangan sampai Lily tahu!" Axel menatap Rudolf yang menggeleng.
"Gimana bisa? Di media sosial sudah tersebar beritanya! Pewaris Millers corpora membuat murid beasiswa koma!"
"Ya Tuhan!" Axel mengalihkan pandangan ke arah luar, di mana istri sekaligus sekretaris bayangannya tergesa-gesa masuk.
"Daddy!" Sudah Axel duga, Lily akan lebih terpukul mendengar beritanya. "Ini gara-gara kamu selalu biarkan King bebas. Dia jadi liar begini!"
"Tenang dulu!"
Axel tahu Lily terpukul bukan hanya karena King yang nakal. Lily pasti menyayangkan sikap King karena dulu di masa lalu Lily hanya penyandang beasiswa yang acap kali dibully.
Sekarang, ia justru menjadi ibu dari pelaku bullying. Lily kecewa hingga menekuk wajah cantiknya.
Demi memenangkan istrinya. Axel segera mengatur penerbangan pulang ke Indonesia, dengan segelepar harapan jika bukan King yang membuat murid beasiswa koma.
🖋️~
^^^🖋️~^^^
-Aisha Humaira...
"Kamu buat mereka celaka, King?" Di negara yang berbeda, Aisha justru mencecar suami nakalnya secara langsung.
"Nggak sama sekali!" King sudah mendapati korban masuk rumah sakit sebelum dia balas dendam karena bullying Aisha.
Namun, wajah Aisha seperti tak percaya pada ucapannya yang jujur. "Kamu meragukan aku, Aisha?"
Aisha berpaling, dan King mencecar manik Aisha yang ingin dia yakinkan. "Sumpah, aku jujur Aisha! Bukan aku yang buat anak-anak beasiswa masuk rumah sakit! Trust me!"
Aisha terpaku penuh pertimbangan. Lantas, masuk ke dalam kamarnya tanpa bicara apa pun lagi.
Seharusnya dia tak perlu beri tahu siapa yang membully dirinya kemarin. Belum ada dua puluh empat jam, pelaku sudah berstatus sebagai korban.
King tahu Aisha berada di posisi yang sulit sekali untuk mempercayainya. King turun ke lantai bawah, menemui temannya yang juga shock pada berita viral hari ini.
"Cari tahu siapa yang buat drama ini?"
"Liam?" Roland berasumsi. "Harusnya orang yang punya power yang lakuin ini semua!"
"Cari mati dia!" Mahesa menimpali.
Gladys menggeleng. "Gue nggak setuju sama pendapat kalian, boleh kan?" tanyanya.
King beralih pada gadis tomboi itu.
"Liam nggak mungkin tega nyakitin cewek lemah. Nggak masuk akal kan! Buat apa dia lakuin ini? Kalo pun Liam benci ke Lo. Dia lebih suka beradu di arena balap atau ring tinju!"
"Gue setuju." Dewa menambahkannya.
Bagaimana pun mereka pernah sangat dekat, dan Liam bukan tipe orang yang menyerang perempuan lemah.
King ingin sekali menimpali, sebelum matanya berfokus pada Aisha yang menyusul dirinya turun. Mendengar nama Liam, sekejap Aisha menatap penasaran suaminya.
"Kamu yakin bukan kamu?"
"Demi Allah, Ning." King meyakinkan sekali lagi, berharap kali ini Aisha percaya. "Demi Allah! Kamu mau aku sumpah pocong?"
Aisha menggeleng.
"Kamu percaya?" cecar King. Dan Aisha mendekat untuk peluk suaminya.
King terpejam lega. "Silahkan seluruh dunia mengecap ku buruk! Aku cuma butuh kepercayaan mu," katanya.
Roland memutar bola matanya. "Jomblo menjerit liat mereka." Mahesa hanya terkekeh melihat raut aneh Roland.